Happy reading!
Chapter 30 - End?
Dinda telah berada di depan gerbang pagar rumah yang memiliki gaya aristektur Eropa. Membenahi letak kacamatanya di atas kepala lalu menghembuskan napasnya. Ia mendekat ke pagar, menekan belnya.
Suara kunci pintu memutar telah terdengar, dari balik pintu utama yang besar nan tinggi itu terlihat seorang pria berumur dua puluh tahun keluar dari sana. Lelaki itu melambaikan tangannya dan berlari kecil menghampiri Dinda, kemudian membuka gembok pagar.
"Tumben lo. Masuk kuy, masuk," sambutnya menggeser pagar.
Dinda menggeleng, "Ga usah, Ken. Gue buru-buru soalnya."
"Gitu ye, dah jadi artis. Sibuk teross." Kennedy berceloteh.
"Ah, elu mah. Iya deh iya, yang Programmer mah beda," decak Dinda.
"Btw, selamat ye." Dinda mengerutkan dahi, bingung akan ucapan selamat yang diberikan Kennedy kepadanya.
"Maksud lo?"
"Halah. Itu, Cold In LA. Udah gue dengerin bolak-balik. Eh, tuh lagu, lu yang tulis ye ama pacar lu si Daniel entu?" tanya Kennedy bersandar di pagarnya.
Wanita itu menggeleng sekali lagi, "Ngga. Gue mah cuma ikut jadi temen duet aja. Yang nulis kan Daniel, sama the boys, sama Bellova juga. Kalo What Am I, baru gue yang jadi co-writernya bareng Daniel."
"Wuihhh, serius?" Dinda mengangguk, membenarkan ucapan saudara sepupunya ini.
"Mantep lah. Eh, dari tadi kita ngobrol mulu. Sampe lupa gue ga nyuruh lo masuk."
"Ga usah. Gue buru-buru. Nih," kata Dinda memberikan kunci mobilnya, menjatuhkan benda itu di telapak tangan Kennedy. "Gue balikin mobilnya, thank you in advance."
Kennedy mengernyit, "Maksud lo apaan nih? Gue kan emang niatnya beliin tuh mobil buat lu, Codot!"
"Makasih. Tapi, gue pingin ganti mobil baru." Dinda beralasan. Ia meninggalkan rumah itu dan masuk ke dalam taksi online yang telah ia pesan sejak tadi mengikuti mobilnya. "Bye!"
Dinda memandang jauh keluar jendela. Akhir-akhir ini beberapa masalah datang bertubi-tubi. Seingatnya, ia tak melakukan kesalahan apapun. Uang yang dipinjamnya dari Kennedy pun telah terbayar lunas. Secara tunai. Di hadapan Alice. Lantas, mengapa wanita ber-make up tebal itu menyalahkannya dalam perkara ini? Toh, kemarin, ia juga tak jadi meminjam uang sebesar seratus juta. Dan memilih untuk mengganti uang Daniel dari hasil syutingnya selama ini.
Batinnya terasa lelah perlahan. Pikirannya sempit memikirkan semua hal ini. Tak mungkin menceritakan semua masalah ini kepada Astrid. Cukup sebuah kesalahan di masa lalu saja yang membuat mereka sempat beradu argumen.
"Pak, ke The Kasablanka Hall, ya," kata Dinda mengotak-atik smartphone.
Giraffe
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel & the Secrets
FanfictionPrevious title: Los Angeles "Hidup itu memilih dan dipilih. Keuntungan dan resiko mengikutinya dari belakang." *** Berawal dari kehilangan dompet, Adinda Putri mendapatkan pertolongan dari Daniel Seavey. Namun, rasa curiga tiba-tiba muncul dalam ben...