[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Mereka telah sampai di depan rumah yang terbilang cukup sederhana. Di mana lagi jika bukan kediaman Semestha? Keduanya masuk ke rumah tersebut sambil mengucapkan salam dan dijawab oleh sang tuan rumah.
Langit tengah meminum kopi sementara Rembulan menggendong bayi itu. Iya, bayi yang dilahirkan Awan waktu itu.
Rembulan sangat kasihan karena bayi itu tak bisa melihat ibu kandungnya. Ia berjanji akan merawat anak Awan dengan segenap jiwanya. Rembulan sudah terlanjur menyukainya.
Petir duduk di sebelah Langit, sementara Mendung pergi ke dapur berinisiatif membuat teh untuk Petir. Ah seperti istrinya saja!
"Btw, mau diberi nama apa bayinya?" tanya Petir membuka suara.
"Tadinya mau kami beri nama Bintang tapi—"
Rembulan memotong ucapan Langit. "Karena bayi ini mengingatkan kita akan Awan, jadi kita beri nama Awan Semestha."
Mendung maupun Petir tersenyum. Walaupun Awan sudah meninggal, tetapi masih ada Awan kecil yang berada disini.
"Oh iya Rembulan, kamu kan mau periksa kehamilan," ujar Langit membuat Mendung maupun Petir melirik Rembulan.
"Iya aku lupa mas. Petir, Mendung, kakak titip Awan ya, cuma sebentar kok."
Mendung mengangguk, Rembulan langsung menyerahkan Awan kecil pada Mendung. Gadis itu menerimanya dengan senang hati, karena melihat kelucuan Awan kecil satu ini.
Keduanya mulai beranjak pergi. Tinggalah Mendung bersama Petir dengan Awan kecil yang saat ini di gendong Mendung. Ah seperti keluarga kecil saja!
Tak lama kemudian, ponsel Petir bergetar. Ia langsung mengeceknya dan ternyata telepon dari Neptunus. Sepertinya ada yang penting.
"Hal—"
"Lo cepet ke markas!"
Petir terkejut, sepertinya memang benar ada hal yang sangat penting.
"Ada apa?"
"Gue tau Rain ada di mana."
Petir mengeraskan rahangnya. Sepertinya Rain harus habis ditangannya!
"Gausah kebanyakan mikir! Cepat ke markas!"
Tut..
Neptunus memutus teleponnya secara sepihak. Petir ingin sekali mengetahui di mana keberadaan Rain. Tetapi, mengingat Mendung hanya sendirian dirumah membuat dirinya bingung.
"Kak Petir kenapa?" tanya Mendung melihat raut muka Petir yang tampak khawatir.
"Gue harus segera ke markas."
"Yaudah, apa yang perlu ditungguin?"
"Lo sendiri."
"Gak papa kali kak, Mendung kan udah biasa sendiri. Paling sebentar lagi kak Langit sama kak Rembulan pulang."
"Tapi ... "
"Udah kak gak papa. Kak Petir pergi aja, kayaknya ada yang penting."
Petir mengalah. Ia mengecup puncak kepala Mendung dengan lembut lalu beranjak keluar. Di depan pintu ia menghentikan langkahnya, mengingat kejadian beberapa bulan lalu.
Tidak sepertinya Petir tidak bisa meninggalkan Mendung sendirian, terlalu berbahaya baginya. Ia lalu memencet nomor Septuna di sana memintanya agar segera datang ke rumah Mendung untuk sekedar menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Petir Dan Mendung [Terbit]
Teen Fiction-Ketika toa mengejar kulkas- Petir Ghuna Razenka. Si cowok cuek sedingin kutub selatan. Mulanya hidupnya tenang tenang saja namun setelah bertemu dengan sosok Mendung Putri Semestha. Si gadis pengejar cowok cuek. Hidupnya seketika berubah. Tiap hari...