[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Rembulan berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang bersalin, khawatir bagaimana jika Awan tidak selamat? Mengingat usianya yang baru menginjak enam belas tahun.
Langit mengusap punggung Rembulan berusaha menenangkan. "Awan pasti baik-baik aja."
Seorang dokter wanita keluar dari ruang bersalin membuat Langit dan Rembulan langsung menghampirinya.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Langit.
"Maaf, kami hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka, kalian harus memilih bayinya atau ibunya?" tanya dokter itu membuat keduanya terkejut.
Ini adalah pilihan yang sangat sulit, jika mereka menyelamatkan bayinya Awan tidak akan selamat. Tetapi, jika mereka menyelamatkan Awan, bayinya tidak akan selamat, bayi yang selama ini sudah diidam-idamkan mereka. Lalu mereka harus memilih yang mana?
"Dok selamatkan saja bay—"
"Selamatkan ibunya," ujar Rembulan membuat Langit langsung melotot.
"Baiklah kalian tanda tangani dokumennya, sementara saya akan berusaha sebaik mungkin," ujar dokter itu lalu kembali masuk.
"Kamu gila? Kenapa kamu memilih ibunya? Ingat yang kita tuju dari awal itu bayinya!" kesal Langit.
"Mas, kita nggak boleh egois! Karena hanya yang kita tuju bayinya, Awan dibuang begitu saja? Awan sudah aku anggap sebagai adikku sendiri, sama halnya seperti Mendung, hidup Awan juga berarti."
"Terserah."
***
Lampu ruang UGD mati, seorang dokter keluar dengan raut wajah menunduk sedih. Mendung mendekat dengan pikiran negatif yang muncul, tidak! Ia harus percaya bahwa Petir akan baik-baik saja.
"Innalilahi wainnailaihi roji'un, saudara Petir tidak bisa kami selamatkan," ujar dokter itu membuat Mendung seketika lemas.
Septuna memeluk Mendung menguatkan, yang lainnya juga ikut menangis mendengar nyawa Petir tidak dapat diselamatkan, tangis mereka semua memenuhi ruangan itu.
"Catat waktunya sus," ujar dokter pada suster.
"NGGAK! KAK PETIR GAK BOLEH PERGI!" teriak Mendung membuat mereka merasa kasihan.
"Mendung lo harus terima kenyataan," ujar Septuna.
"NGGAK! KAK PETIR MASIH HIDUP! DIA GAK AKAN PERNAH NINGGALIN MENDUNG!" teriak Mendung semakin keras, ia lalu berlari masuk ke dalam UGD diikuti oleh semua.
Air mata Mendung lolos saat melihat seluruh badan Petir termasuk wajahnya tengah di tutupi oleh selimut, ia membukanya kasar dan mulai mengguncang tubuh Petir.
"Ka-kak Petir? Kak Petir cuma tidur kan? Ka-kak Petir gak akan pernah ninggalin Mendung kan? Kak Petir bangun dong. Kak Petir, semua orang gak percaya kalo kak Petir cuma tidur. Kak Petir, jangan buat Mendung khawatir dong. Kak Petir mau kita balikan kan? Syaratnya kak Petir harus bangun dulu. Kak Petir, BANGUN KAK, BANGUN!!"
Semua orang ikut menangis melihat Mendung. Mereka tak menyangka hidup Petir sesingkat ini, apalagi ia meninggalkan orang yang sangat menyayangi nya.
Petugas rumah sakit mulai mencopot peralatan medis Petir, tetapi Mendung berteriak mencegah mereka.
"JANGAN DILEPAS! PASTI KAK PETIR BAKAL SEMBUH KOK! MENDUNG MOHON JANGAN DILEPAS!" teriak Mendung seperti orang gila.
Dokter meng–kode agar semua petugasnya menurut saja, ia membiarkan Mendung menemani Petir sebentar saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/239696920-288-k451543.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Petir Dan Mendung [Terbit]
Ficção Adolescente-Ketika toa mengejar kulkas- Petir Ghuna Razenka. Si cowok cuek sedingin kutub selatan. Mulanya hidupnya tenang tenang saja namun setelah bertemu dengan sosok Mendung Putri Semestha. Si gadis pengejar cowok cuek. Hidupnya seketika berubah. Tiap hari...