25-CARI PETIR

302 85 25
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

Terlihat sepasang kekasih tengah menikmati angin malam di sebuah taman, berjalan menyelusuri para pedagang di sekitar taman dengan tangan saling bertautan seolah tak ingin kehilangan.

Mendung melihat pedagang permen kapas di sana, langsung saja Mendung merengek meminta itu pada Petir seperti anak kecil sedang merengek pada ayahnya minta dibelikan mainan.

Petir dan Mendung berjalan ke arah penjual permen kapas itu.

"Pak, permen kapasnya satu bungkus dong," ujar Mendung membuat penjual itu langsung memberikannya.

"Ini neng, sepuluh ribu saja," ujar penjual itu.

Petir mengeluarkan selembar uang merah pada penjual itu membuat penjual itu melotot karena uangnya terlalu besar baginya.

"Mas, maaf tidak ada uang kecil?"

"Buat mas aja, anggap aja rezeki," ujar Petir lalu pergi membawa Mendung yang tengah memakan permen kapas.

"ALHAMDULILLAH YAALLAH! MAS SEMOGA LANGGENG SAMA PACARNYA SAMPAI MAUT MEMISAHKAN!" teriak penjual tersebut membuat senyum Petir terukir.

Petir dan Mendung akhirnya duduk di trotoar sambil menikmati permen kapas. Melihat Mendung senang karena dibelikan permen kapas olehnya membuat Petir tersenyum. Hal yang sangat kecil saja Mendung dapat tersenyum senang seperti ini apalagi hal besar.

Kesederhanaan Mendung lah yang membuat Petir jatuh cinta padanya, dia bisa dewasa lebih dari usianya saat ini. Orang-orang mengira Mendung beruntung memiliki Petir, namun menurut Petir sendiri, Petir lah yang beruntung memiliki Mendung.

Dalam keadaan apapun Mendung selalu tersenyum dan membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum walaupun tidak tau masalahnya Mendung bisa menenangkan Petir. Mendung benar-benar hebat.

Reflek senyum Petir terukir di bibirnya. Tangan kanannya mengelus puncak kepala Mendung dengan lembut membuat Mendung terkejut dengan perlakuan Petir barusan. Jarang-jarang Petir melakukan hal ini kepadanya.

"Kak pacar kenapa?" tanya Mendung merasa aneh.

"Gak papa," jawab Petir masih mengelus puncak kepala Mendung.

"Oh iya kak pacar belum makan permen kapasnya ya? Yah udah mau abis, tadi sih gak minta," ujar Mendung dengan polos membuat Petir mengacak rambutnya gemas.

"Makasih," kata Petir dengan senyum di bibirnya.

"Buat?"

"Lo udah nenangin gue, walaupun lo gak tau apa masalah gue," jelas Petir membuat Mendung tersenyum.

"Ya jelas lah. Mendung kan tau sifat kak pacar, kak pacar nggak mau kan Mendung tau urusan pribadi kak pacar? Makanya Mendung nggak tanya," jelas Mendung.

"Kalo gue cerita, lo mau dengerin?" tanya Petir membuat Mendung memandangnya lekat lalu mengangguk. Sepertinya Petir benar-benar ingin menceritakannya pada Mendung.

"Ini masalah adik gue. Awan, dia hamil."

Deg.

Mendung terkejut mendengar penjelasan Petir. Dirinya tak tau bagaimana harus merespon Petir, takut salah dan malah membuat mood Petir jadi kacau lagi, Mendung memilih untuk mendengarkan saja.

"Jujur gue merasa gagal sebagai kakak, walaupun Awan bukan adik kandung gue tapi gue udah nganggep dia adik kandung. Bahkan lebih."

Mendung terkejut, ternyata Awan bukan adik kandung Petir. Pantas saja Awan dan Petir beda jauh, yang satu lemes yang satu kaku. Mendung masih mendengarkan cerita Petir.

Between Petir Dan Mendung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang