[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
"Jadi gimana Tir? Lo setuju sama saran Neptunus? Ini terlalu bahaya bagi lo," ujar Taro sedikit khawatir.
Saat ini mereka sedang berada di markas BANDANGER, ngapain lagi jika bukan memikirkan bagaimana cara menangkap Rain. Untuk itu Neptunus menyuruh Petir menyimpan rekaman suara saat Petir bertemu dengan Rain.
Petir bilang, Rain sempat menelponnya untuk bertemu di sebuah gudang tua di hutan. Karena itu Neptunus sempat kepikiran untuk membuat ide itu. Tapi, ia rasa itu terlalu bahaya. Semua keputusan ada pada Petir, mereka hanya menurut saja.
Petir menghela nafas panjang. "Gue setuju."
"Lo serius? Ini terlalu bahaya. Gimana kalo lo ketangkep? Rain bisa ngelakuin apapun semaunya," ujar Ranting khawatir.
Petir menepuk bahu Ranting. "Kalian gak usah khawatir, gue aman. Kalian cukup panggil polisi."
"Oke kalo itu keputusan lo," ucap Neptunus menepuk bahu Petir. "Semoga berhasil."
Petir mengangguk. Ia lalu beranjak pergi. Betapa terkejutnya ia saat melihat Mendung menatap sinis dirinya, seolah ingin sekali menerkam.
Ia was-was. Apakah Mendung tau apa yang akan dia lakukan? Tapi siapa yang memberitahu? Ah sial Petir harus bagaimana?
"Neng Mendung ngapain ke sini? Ngaku! Mau ketemu bang Lintang ya," ujar Lintang mengedipkan satu mata pada Mendung.
"Ati-ati Tang, ada pawangnya," ucap Gempa melirik Petir.
"Kenapa?" tanya Petir.
"Kak Petir bolos pelajarannya pak Tatang ya?" Masih menatap Petir sinis.
Petir menghela nafas lega. Syukurlah Mendung tak tau apa yang ia rencanakan bersama geng BANDANGER, jika ia tau pasti akan melarangnya. Ada sedikit rasa bersalah menyelimutinya ketika ia tak mengatakan yang sebenarnya pada Mendung. Tapi, mau apalagi? Ia harus menangkap Rain segera mungkin.
"Mendung kan udah bilang jangan bolos. Kak Petir kan udah kelas dua belas, sebentar lagi lulus. Harus banyak banyak belajar kak. Mendung nggak mau ya sampai kak Petir nggak lulus gara-gara mikirin gimana caranya nangkep kak Rain."
Petir mengelus puncak kepala Mendung. "Aku mikirin kamu bukan Rain."
"WAHAI PARA NYAMUK! AYO KITA KELUAR SAHAJA DARI MARKAS!" teriak Lintang, menarik Gempa yang sibuk main game dan Taro yang sibuk mengunyah taronya. Nyam! Nyam!
Diikuti oleh Neptunus dan Ranting yang dengan santuynya keluar, tak mau mengganggu kedua kekasih itu. Maklum namanya juga baru balikan.
Petir maupun Mendung geleng-geleng. Mendung lalu menatap Petir serius. "Jangan pergi."
"Apa?"
"Mendung tau apa yang mau kak Petir lakuin. Itu terlalu bahaya kak. Mendung khawatir kalau—"
Petir memegang kedua pipi Mendung. "Tenang, semua akan baik-baik saja."
"Mendung khawatir kak, kak Rain terlalu berbahaya."
Petir mengelus kedua pipi Mendung. "Selama aku di sini, gak ada yang bisa sakiti kamu. Bahkan Rain sekalipun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Petir Dan Mendung [Terbit]
Roman pour Adolescents-Ketika toa mengejar kulkas- Petir Ghuna Razenka. Si cowok cuek sedingin kutub selatan. Mulanya hidupnya tenang tenang saja namun setelah bertemu dengan sosok Mendung Putri Semestha. Si gadis pengejar cowok cuek. Hidupnya seketika berubah. Tiap hari...