27-MENYERAH

391 93 78
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

Sebuah mobil berhenti di depan cafe tempat Mendung bekerja, cafe Rumea. Membuat senyum Mendung terukir setelah melihat siapa yang keluar dari mobil hitam itu.

"Udah nunggu lama?" tanya Petir sambil membukakan pintu mobil untuk Mendung.

"Nggak kok," ujar Mendung laku masuk ke dalam mobil.

"Hai kak Mendung," sapa Awan yang berada di belakang.

"Iya, gimana? Awan udah periksa ke dokter?" tanya Mendung. Sementara Petir mulai melajukan mobilnya menuju rumah Mendung.

"Udah kok kak, Awan baik-baik aja."

Mendung hanya manggut-manggut, lalu beralih menatap Petir yang sedang fokus menyetir dengan tenang.

***
Mereka saat ini telah sampai di kediaman Mendung. Awan hanya diam di dalam mobil, tak mau keluar, takut dengan kakak Mendung. Bagaimana jika dia dicaci maki di sana?

Mendung yang melihat pergerakan Awan pun mengerti dengan keadaan yang saat ini dia rasakan.

"Awan ayo turun, kakak Mendung gak jahat kayak Awan pikirin," ujar Mendung melempar senyum pada Awan seolah menenangkan.

Petir yang melihat keakraban mereka pun sangat yakin, dia tidak salah memilih pacar. Mendung saja sayang dengan keluarganya apalagi dengannya.

Mereka masuk ke dalam rumah Mendung membuat Rembulan yang baru saja memasak langsung keluar dari dapur dan melihat Mendung bersama dengan satu cowok dan satu cewek.

"Assalamualaikum kak Rembulan," salam Mendung lalu mencium punggung tangan Rembulan.

"Waalaikumsalam, Mendung kamu bawa siapa?" tanya Rembulan melirik Awan dan Petir.

"Oh iya kak, ini Awan yang Mendung ceritain kemarin."

Rembulan memandang Awan dari ujung kaki hingga ujung rambut membuat Awan gugup. Tetapi, detik berikutnya Rembulan tersenyum pada Awan membuat Awan pun ikut tersenyum.

"Hai Awan, kenalin aku Rembulan, kakak iparnya Mendung. Kalau kakak aslinya lagi kerja," ujar Rembulan melempar senyum.

"Awan kak, maaf ya udah ngerepotin," ucap Awan.

"Ngerepotin kenapa?"

"Awan serahin bayi Awan sama kak Rembulan."

"Nggak kok siapa bilang ngerepotin? Justru kakak seneng karena sebentar lagi dapet momongan."

Awan menarik nafas panjang lalu tersenyum. Ternyata kakak Mendung tak seperti yang dia duga. Dia baik dan ramah pula, anaknya pasti akan sangat dijaga disini.

"Dan yang di belakang Awan pasti Petir?" tebak Rembulan membuat Petir terkejut lalu mengangguk.

"Mendung suka banget loh cerita tentang kamu, dia bilang kamu udah jadi pacar dia dan panggilannya kak pacar sama adek pacar, ih gemesin banget tau," lanjut Rembulan membuat Mendung malu.

"Ih kak Rembulan, kenapa diceritain sih? Mendung kan jadi malu."

"Iya, iya. Eh baru sadar, ayo duduk sambil nunggu kakak Mendung pulang, biar kak Rembulan bikinin minuman ya."

Mereka kemudian duduk seperti yang diperintahkan Rembulan padanya.

"Kursinya keras ya? Maaf Mendung nggak bisa beli kursi empuk," ujar Mendung memandang Awan dan Petir sendu.

"Gak papa kok kak, kan jadi pengalaman, hehehe," ucap Awan menenangkan membuat Mendung tersenyum.

Tak lama kemudian Rembulan datang membawa dua cangkir teh hangat dengan dua piring, yang satu berisi mendoan, dan satunya berisi pisang goreng.

Between Petir Dan Mendung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang