[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Malam ini hujan sangat deras seperti menggambarkan dua orang yang tengah patah hati. Petir tak mengira hubungannya akan kandas secepat ini itu pun dengan alasan yang tak masuk akal. Petir harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Malam ini Petir harus mendapat jawaban dari Mendung. Harus! Petir mengambil kunci motornya lalu pergi tanpa memakai jas hujan tidak peduli dengan suara gemuruh dan hujan yang sangat lebat. Mendung adalah tujuannya.
Petir sampai di depan rumah yang cukup sederhana, dia memarkirkan motornya ke sembarang tempat lalu berjalan melempar batu kerikil pada jendela kamar Mendung.
"MENDUNG PUTRI SEMESTHA! GUE TAU LO BELUM TIDUR, KELUAR! GUE MAU BICARA SAMA LO," teriak Petir tak peduli suaranya tenggelam karena hujan.
Mendung yang masih menangis di kamar tersentak saat mendengar suara teriakan yang sangat dia kenal. Ia meletakkan kembali ikan lele di dalam toples bekas sosis yang tadi digenggamnya lalu menghapus air matanya.
"MENDUNG, GUE TAU GUE CUEK SAMA LO, TAPI LO JANGAN GINI DONG! KITA BISA BICARAIN SEMUA BAIK-BAIK."
Mendung mengintip Petir dari celah jendelanya, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih sangat menyayangi Petir. Ia ingin sekali memeluk Petir dan mengatakan bahwa ia sangat mencintainya lebih dari hidupnya, tapi itu mustahil ia dan Petir tidak akan mungkin bisa bersatu.
"MENDUNG GUE MOHON KELUAR! GUE BUTUH JAWABAN! KALO GUE SALAH NGOMONG! JANGAN KEK GINI."
Mendung ingin sekali berbicara bahwa bukan Petir yang salah tapi dirinya yang salah. Sampai kapan Mendung bisa menyembunyikan ini, sampai kapan? Jujur saja Mendung sudah lelah.
Brak.
Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang pria dengan sorot mata tajam, dia–Langit Semestha.
Langit menghampiri Petir yang masih berdiri di sana, tak peduli dengan hujan yang masih sangat lebat.
Bugh.
Langit memukul wajah Petir habis-habisan di bawah guyuran hujan, tetapi Petir tak merespon. Dia hanya diam, membiarkan Langit memukul wajahnya tanpa ampun.
Mendung yang melihat itu langsung menghapus kasar air matanya dan beranjak keluar menghentikan Langit yang sedang kesetanan.
"KAK LANGIT UDAH!" teriak Mendung bersama Rembulan di belakangnya yang sama terkejutnya dengannya.
"UDAH, KAK UDAH!" teriak Mendung histeris mencoba memisahkan Petir dan Langit.
Mendung menarik Langit sedangkan Rembulan menarik Petir.
"BELUM CUKUP LO BUNUH IBU GUE? DAN SEKARANG LO MAU NYAKITIN ADIK GUE?! GUE GAK AKAN BIARIN LO HANCURIN HIDUP KELUARGA GUE!"
"Bukan gue yang nyakitin adik lo, tapi adik lo yang nyakitin gue."
"Maksud kamu?" tanya Rembulan tak mengerti.
"Mendung mutusin gue."
Langit tersenyum miring. "Bagus, gue harap lo gak akan ganggu hidup adik gue lagi."
"Kak Petir mending pergi deh," usir Mendung, walau terpaksa ini yang terbaik.
"Gue gak akan pergi sebelum gue tau apa alasan lo putusin gue."
"Karena kita nggak cocok."
Petir tersenyum miring. "Alasan yang gak masuk akal."
"Cukup kak, lebih baik kak Petir pergi dari sini. Mendung nggak mau liat kak Petir lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Petir Dan Mendung [Terbit]
Fiksi Remaja-Ketika toa mengejar kulkas- Petir Ghuna Razenka. Si cowok cuek sedingin kutub selatan. Mulanya hidupnya tenang tenang saja namun setelah bertemu dengan sosok Mendung Putri Semestha. Si gadis pengejar cowok cuek. Hidupnya seketika berubah. Tiap hari...