EXTRA PART

629 68 257
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

4 tahun kemudian...

Tampak seorang cowok tengah fokus membaca buku di sebuah taman dekat universitas Greosha. Tak peduli dengan tatapan memuja para gadis yang karena ketampanannya. Dia-Petir Ghuna Razenka.

Meski sudah di jenjang perkuliahan, tetapi pesonanya masih tak terkalahkan hingga sampai saat ini. Bukan cuma dia saja, para anggota Inti Geng BANDANGER lainnya juga sama.

Walaupun beda jurusan, tetapi persahabatan mereka masih terjalin utuh sampai saat ini. Seorang gadis cantik dengan riasan tipis di wajahnya tiba-tiba duduk di sebelah Petir. Dia-Cerah Anjasmara.

Cerah melirik Petir. "Otak lo udah diciptakan buat pinter. Terus kenapa lo terobsesi banget belajar?"

Petir hanya diam. Tak menanggapi pertanyaan Cerah membuatnya mendengus kesal. Ia tau jiwa batu Petir kembali seperti dulu. Dingin dan tak mau tau. Iya, sejak Mendung Putri Semestha pergi meninggalkannya beberapa tahun lalu.

Petir sangat terpukul. Ia menjadi diam seperti dulu. Sehari setelah Mendung meninggal Petir tak mau memakan apapun bahkan tifus nya kambuh, alhasil ia harus dirawat di rumah sakit.

Sampai saat in,i tak ada yang mampu menggantikan Mendung dihatinya. Sebanyak apapun cewek yang mengantri untuk menjadi miliknya, Mendung masih menempati tahta tertinggi di hatinya.

Cerah menghela nafas. "Gue tau belajar adalah cara lo buat bisa ngelupain sedikit stres lo." Melirik Petir. "Tapi jangan terlalu terobsesi, otak lo butuh istirahat."

Petir menutup bukunya. Ia mengambil tas di sebelahnya, lalu pergi tanpa melirik Cerah sekalipun.

Cerah menggeleng, sudah biasa ia diperlakukan seperti itu sejak ia hampir saja mencelakai Mendung. Jika bukan karena ia menyukai Petir, pasti kejadian itu tak akan terjadi. Mendung baik, bahkan sangat baik.

Cerah beranjak pergi, namun ia tak sengaja melihat cewek yang saat ini memenuhi pikirannya. "Mendung?"

***

Seorang cewek mengguncang tubuh cowok di depannya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya. Cowok itu mendengus kesal karena selalu diganggu terus.

"Apa sih Rah? Lo gak lihat gue lagi sibuk!" ujarnya marah.

Cerah mendengus. "Jelasin ke temen lo, Mendung masih hidup! Gue tadi lihat dia di-"

Neptunus menoleh dengan sorot mata tajam. "Udah! Jangan buat Petir jadi stres lagi, lo tau sendiri kan gimana dulu kita buat dia tenang waktu Mendung pergi."

"Tapi beneran Nus, gue ngeliat Mendung di kampus. Gue gak mungkin bohong!"

"STOP!" teriak Petir melirik Neptunus dan Cerah secara bergantian dengan tajam, lalu beranjak pergi meninggalkan mereka. Mereka tak tau seberapa rindunya ia pada sosok gadis polos itu.

Petir merindukan Mendung.

***

Petir Ghuna Razenka kini tengah duduk di samping batu nisan bertuliskan 'Mendung putri semestha bin Gelap Semestha' selepas dari rumah Neptunus, Petir langsung ke pemakaman Mendung. Ia rindu.

Petir mengelap batu nisan tersebut serta mencabut beberapa rumput yang memenuhi pemakaman Mendung. Cowok berbaju biru dengan wajah dingin itu menghela nafas panjang.

"Mendung, lo inget gak waktu gue nembak lo di sini." Membayangkan saat-saat dimana ia menyatakan perasaan pada gadisnya itu.

"Gue gak nyangka, lo bisa pergi secepet ini."

Between Petir Dan Mendung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang