"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun."
Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cr/pinterest
Mundor. Gantengnya kelewatan.
■ ■ ■
Hanaf seorang diri didalam ruang osis. Ia memetik gitarnya dengan syahdu. Menikmati kesendirian yang selalu menjadi penenang untuknya. Meskipun tangan nya tengah sibuk memetik senar gitar, pikirannya justru melanglang buana.
Sebulan setelah pertemuan tak sengajanya dengan Alana diruangan Pak Agus, perasaannya menjadi tak menentu. Akan dikatakan cinta pada pandangan pertama, ia sendiri belum pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Jika untuk dikatakan sebatas kagum, mengapa detak jantungnya selalu menjadi tak beraturan meskipun sebatas karena Alana tak sengaja melihat kearahnya dan tersenyum.
Ditengah memetik senar gitarnya, ia tersenyum. Menyadari kebodohannya akan sebuah perasaan. Sesuatu yang seharusnya sangat wajar terjadi untuk remaja seusianya.
"Naf, Hanaf." Ia mendongak terkejut begitu mendapati seseorang tengah memanggilnya. Keyra, sekretaris osis Hanaf yang sering dimakcomblangkan dengan nya tengah menatapnya heran. Siapapun akan heran jika melihat Hanaf yang tersenyum lebar ketika tengah memetik gitarnya sendirian didalam ruangan.
"Eh, Key. Kenapa?"
"Harusnya gue yang nanya. Lo ngapain senyum-senyum sendirian gitu?" Keyra menahan tawanya sembari merapikan meja nya.
"Enggak." Jawab Hanaf cepat. Menutupi kebodohannya. Menghindari kemungkinan jatuhnya harga dirinya sebagai seorang ketua osis.
"Jatuh cinta ya lo." Seantero sekolah bahkan tau jika Keyra memang menyukai Hanaf sejak awal. Bahkan sejak sebelum menjadi sekretaris osis karena kalah dalam pemilihan umum. Namun sepertinya Hanaf, entah benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu, dengan jahatnya ia tak pernah menotice balik perasaan Keyra.
Sesering apapun mereka bertemu dalam acara osis, maka sesering itu Hanaf mengabaikan seluruh perhatian kecil Keyra. Mulai dari Keyra yang sengaja membelikan air minum, hingga Keyra yang selalu sengaja membawa dobel makan siangnya karena mengingat Hanaf yang sendirinya tidak pernah sarapan namun menyuruh Alana untuk tidak lupa sarapan.
Hanaf menaruh kembali gitarnya ke sudut ruangan. Dan segera beranjak dari kursinya.
"Loh, mau kemana?" Tanya Keyra dari balik layar laptopnya yang baru saja menyala.
"Keluar lah, mau ke kelas." Baru saja Hanaf akan melangkah keluar dari ruangan osis. Pintu justru terbuka dan muncul sosok Alana dari baliknya.
"Hai." Sapa gadis itu, kalem. Hanaf tersenyum senang.
"Hai, Key." Alana tak lupa menyapa Keyra yang juga berada didalam ruangan.
"Hai." Jawab Keyra.
"Eh, Kafka." Kafka yang baru saja melintas dibelakang Alana menghentikan langkahnya begitu mendengar Keyra memanggilnya dengan cukup keras. Sebenarnya Kafka melintas karena penasaran dengan apa yang dilakukan Alana dan Hanaf. Namun karena Keyra memanggilnya, ia justru berhenti dibelakang Alana. Mencuri kesempatan dalam kesempitan.