Sore itu setelah berpisah dengan Jeffrey dipelataran cafe, mata Kafka tak sengaja menangkap bayangan seorang gadis yang baru saja masuk kedalam salah satu toko dan tempat les alat musik dijajaran cafe. Kafka pernah melihat sekilas gadis itu disekolah barunya.
"Kaf, duluan!" Pamit Jeffrey seraya mengklakson kearah Kafka yang masih terdiam disamping motornya.
"Iya." Sahut Kafka sekilas, lantas segera menyusul gadis yang sempat dilihatnya tadi. Meninggalkan motornya dihalaman parkir cafe.
Bel diatas pintu otomatis berdenting ketika seseorang membukanya. Tidak terlalu banyak orang yang berkunjung ke toko ini. Kafka dengan mudah menemukan sosok gadis yang tadi sempat menyita perhatiannya hingga menuntunnya untuk masuk kedalam toko ini.
"Cari apa, Lan?"
"Masih ada lp vinyl yang lama nggak mbak? Yang punya nya nike ardilla atau chrisye gitu." Suara merdu milik gadis itu terdengar hingga tempat Kafka saat ini berdiri. Berjarak beberapa meter dengan Kafka yang berpura-pura melihat-lihat gitar klasik.
Pelayan itu tersenyum kearah gadis itu. "Aneh-aneh saja. Harusnya kalau cari barang-barang lama ke toko antik, Lan. Sebentar, aku carikan dulu."
"Hehe, kan barangkali masih ada mbak."
Obrolan kedua orang itu terdengar sangat akrab satu sama lain. Kafka sangsi jika gadis itu memang sering pergi kesini.
Sembari menanti pelayan tadi mencarikan barang yang ia mau, gadis itu berjalan-jalan melihat-lihat barang lainnya. Dan hampir tiba ditempat Kafka yang saat ini tengah melihat sebuah album lp milik Cigarrete after sex.
"Lan, ini yang kamu cari." Selangkah lagi saja gadis itu tiba ditempat Kafka, langkahnya justru terhenti dan kembali keapada pelayan toko yang tadi memanggilnya. "Oh, iya mbak." Sahut gadis itu.
Kafka menghembuskan nafasnya panjang.
"Sama apalagi?" Tanya sang pelayan kearah gadis itu.
"Mbak, saya mau cari lp yang punya Bryan Adams masih ada?"
Gadis yang baru saja akan menyebutkan kembali pesanannya itu menoleh cepat kearah Kafka yang dirasanya baru saja memotong pembicaraannya. Kafka yang ikut menoleh kearahnya menyebabkan mata keduanya bertemu. Ada sorot terkejut dimata gadis itu. Sangat terlihat jelas perubahan air wajahnya.
"Oh maaf." Ujar Kafka kalem.
Gadis itu menggeleng cepat dan segera mengambil barangnya dan terburu membayar dikasir. Kafka membatalkan pesanannya dan memilih untuk menyusul gadis itu tadi.
Langkah kakinya terhenti berjarak beberapa langkah saja dari gadis itu. Ia tersenyum sekilas, lantas menpuk pelan pundak gadis itu. Dan sebab terkejut, gadis itu melonjak dari tempatnya.
"Sorry, ini kembalian lo kelupaan tadi." Kafka menyerahkan dua lembar uang kearah gadis itu. "Kalau nggak salah, kita pernah ketemu kan?" Tanyanya, ragu akan gadis ini mengingatnya atau tidak.
Sembari menerima uang dari Kafka dan berujar lirih terimakasih gadis itu mengangguk pelan.
"Ah, yang tadi ditangga sekolah ya?"
"Iya, lo juga yang dihukum sama Hanaf dilapangan sekolah kan?" Kafka segera tersenyum lebar mengetahui jika gadis ini diam-diam mengenali wajahnya."Kenalin, Kafka Moehar." Kafka mengulurkan tangannya. Gadis itu terdiam sejenak, menatap tangan Kafka aneh.
"Ah, berlebihan emang." Kafka yang hampir menarik kembali tangannya segera ditarik oleh gadis dihadapannya. Gadis itu menjabatnya erat.
"Alana, Kim Lana." Keduanya tersenyum begitu lebar satu sama lain.
"Balik sama siapa?" Tanya Kafka begitu Alana telah melepaskan jabatan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...