21. going crazy

34 6 0
                                    

Alana masuk kedalam kamarnya dengan terburu. Melempar tas ranselnya ke arah ranjang dengan sembarang. Segera membuka almari besarnya dan mengambil foto-foto dari roll film yang kemarin sempat dicucinya.

Ia kemudian menarik kursi meja belajarnya. Membuka foto yang berada digenggaman tangannya dengan acak. Alana duduk dengan perasaan yang tak karuan. Jantungnya berpacu cepat.

Dan benar, ia menemukan kembali foto Kafka menyempil diantara foto lain miliknya. Benar-benar Kafka, bahkan cowok itu tersenyum kearah kamera. Dengan menggunakan celemek kain berwarna krem.

Cr/ pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr/ pinterest

Foto berikutnya yang ia dapatkan, cairan resin yang belum mengering dicetakannya. Dengan hiasan beberapa tangkai dandelion. Alana memutar kursinya, mengambil ranselnya dengan cepat. Dan mengobrak abrik isinya untuk menemukan gantungan kunci yang tadi Kafka berikan.

Begitu menemukannya, ia menyamakan dengan foto yang dipegangnya. Alana menghembuskan panjang nafasnya. Sama persis.

Setelah memutar kembali kursinya untuk menuju meja, ia membuka kembali fotonya yang lain. Dan kemudian, yang paling menyita perhatiannya adalah sebuah foto dua tangan yang saling memamerkan gantungan kunci.

Yang satu memegang gantungan kunci dandelion yang sama persis dengan yang Kafka berikan. Tangan seorang cewek. Dan satu lagi, memegang sebuah sebuah gantungan dalam botol kaca kecil dengan gulungan kertas kecil didalamnya. Tangan seorang cowok.

Alana menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang dingin.

Siapa lo sebenernya, Kaf?

Jika keduanya memang memiliki hubungan yang istimewa dulunya, mengapa Kafka tidak ada ketika Alana pertama kali membuka mata setelah koma itu.

Gue bisa gila beneran ini.

Alana membuka perlahan kedua telapak tangannya, berniat akan memberesi foto-foto yang berserakan diatas mejanya, sudut matanya tak sengaja melihat ponselnya yang menyala dalam salah satu foto resin yang belum mengering.

Tanggal dan waktu yang tertera saat itu,

28 maret

Alana segera beranjak dari kursinya. Berlari keluar kamar dan berteriak rusuh mencari Mamanya sembari menahan dadanya yang sesak.

"Kenapa, Lan? Kamu cari apa? Kok sampe teriak-teriak begitu?" Tanya Mamanya, yang baru saja keluar dari kamar.

"Barang-barang lamaku dimana?" Alana mengatur nafasnya. Takut Mamanya akan mencurigai.

"Ada digudang, di kardus-kardus yang kemarin, pas kamu ambil flashdisk lama mu itu. Mau cari apa?"

"Sepatu Ma. Sepatu lama ku yang warna putih. Aku pengen make itu." Alasan itu muncul begitu saja. Dan Alana mensyukuri hal itu.

walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang