"Kaf," Alana menyentuh pelan pundak Kafka yang sedang terduduk dikursi tunggu. Wajahnya lesu. Penuh kekhawatiran yang hampir tak kentara.
Cowok itu mendongak. Tersenyum tipis. "Iya? Udah malem, aku anter kamu pulang dulu aja ya?" Ajaknya pada Alana.
"Tapi kakek belum sadar."
Sejak datang, kakek langsung dibawa masuk ke ICU. Kata dokter, ternyata penyakitnya sudah parah. Dan jika terlambat sedikit saja mungkin sudah kecil kemungkinan mampu diselamatkan.
Kakek mengidap pneumonia. Sejak setahun terakhir. Tapi tidak ada satu pun anggota keluarganya disini. Kata Kakek tadi sore, putra semata wayangnya sudah bersama nenek disurga. Itu sangat menyakitkan.
"Nanti kamu dicariin mama kamu, ayo aku anter pulang dulu. Kalo kakek udah sadar, nanti aku kasih tau kamu."
Alana menatap mata Kafka. "Kamu masih mau disini?"
Kafka mengangguk. "Siapa lagi kalo bukan aku?"
Gadis itu akhirnya mengalah. Membiarkan Kafka mengantarkannya pulang kerumah lebih dulu.
Sepanjang perjalanan, hanya hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing. Dengan kekhawatiran masing masing yang tak mampu diucapkan.
"Makasih." Ujar Alana, lirih.
Kafka tersenyum. Sangat manis. "Jangan khawatir. Kakek pasti baik baik aja."
"Iyaa." Setelah itu, pintu mobil tertutup. Dan Alana masuk kedalam rumahnya, bersamaan dengan Kafka yang mulai melajukan kembali mobilnya.
■ ■ ■
Tubuh tua itu terbaring diatas brangkar rumah sakit. Dengan beberapa selang yang terpasang, membantunya tetap bertahan hidup. Kafka mengusap wajahnya sekilas. Lantas kembali duduk dikursi tunggu, masih menggunakan hem putih dan celana formal nya.
Ia menghembuskan nafasnya panjang. Ternyata, semesta terkadang memang sekejam itu saat menentukan takdir seseorang.
"Keluarga Kakek Mario?" Dokter baru saja keluar dari dalam ruangan Kakek setelah pemeriksaan keliling.
"Iya dok?" Kafka segera beranjak dari kursi. Mendekat kearah dokter.
"Boleh masuk, keadaannya sudah lumayan membaik. Dan tadi, kakek minta dipanggilkan kamu juga."
Kafka tersenyum senang. "Terimakasih dok."
Setelah dokter berpamitan, ia segera masuk kedalam ruangan. Mendapati Kakek yang saat ini tersenyum kearahnya.
"Sudah baikan, kek?"
"Sudah mendingan. Kemari, ada yang harus kita bicarakan."
Kafka menutup pintu, berjalan mendekat kearah Kakek dan duduk dikursi yang disediakan disamping brangkar.
Dan setelah itu, kakek memulai pembicaraannya. Tentang suatu hal yang cukup mengejutkan Kafka.
■ ■ ■
Kafka datang kesekolah dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Ia tidak tidur semalaman. Kondisi kakek setelah sempat membaik kembali drop dipertengahan malam.
Kafka bahkan meminta Tante Karin untuk datang. Karena ia sejujurnya masih sedikit kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang banyak lagi.
Sedangkan dirumah sakit, banyak dokter dan perawat yang keluar masuk ruangan Kakek akan memberitaunya perkembangan terbaru dan itu sedikit membuatnya kesulitan.
"You okay? Kaya nya kamu semaleman nggak bisa tidur ya?" Tanya Alana, yang mulai berani menghampiri Kafka lebih dulu dikelas cowok itu. Membawakan sebuah kotak makan untuk Kafka sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...