Alana naik bus seorang diri. Duduk dibagian belakang sembari menyumpal telinga dengan earphone dan mendengarkan lagu lama milik nike ardilla. Tangannya berkeringat dingin. Ia akan kembali mengunjungi kakek tua ramah itu. Membawa beberapa roll film baru untuk dicuci dan sekotak roti gulung kayu manis yang sempat dibelinya sebelum naik bus tadi.
Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Mamanya sempat tidak mengijinkannya untuk pergi sendirian. Tapi tadi, dengan segala bujuk rayu dan sedikit alasan tak masuk akal, Alana berhasil kembali meyakinkan Mamanya jika ia tidak masalah untuk pergi seorang diri.
Gadis itu tidak sabaran, foto Kafka yang mana lagikah yang akan ia temukan dari roll filmnya. Dan Alana tak lupa membawa serta ponsel rusaknya, ia ingin membetulkan sekalian ponsel itu nanti sembari menanti hasil foto yang dicuci.
Mari kita temui Kim Lana satu tahun yang lalu.
■ ■ ■
Pintu berdenting, Kafka masuk kedalam nya membawa sekotak kue jahe yang tadi dibelinya dikafe langganannya sebelum mampir ketempat ini. Ia tersenyum lebar begitu Kakek tua ramah muncul dari balik meja nya dengan senyuman.
"Selamat siang, Kek." Sapa Kafka, ramah.
"Selamat siang. Kafka? Kamu udah lama sekali nggak kesini." Kakek itu terkekeh. Ini kunjungan pertama Kafka setelah hampir satu tahun berlalu.
Kafka tersenyum senang. Kakek masih mengingatnya dengan baik. "Iya kek. Banyak kegiatan disekolah soalnya."
Bohong. Kafka bahkan sudah hampir seperti mayat hidup jika Jeffrey tidak berhasil membujuknya untuk kembali bersekolah. Hanya bersembunyi didalam kamar sepanjang hari. Menghindari banyak orang, bahkan termasuk Mamanya sendiri. Kafka seperti menarik dirinya dari permukaan bumi sebelum akhirnya mau kembali bersekolah dan mencoba untuk mulai mengenang.
"Sudah hampir tahun akhir kan? Jangan terlalu banyak membolos." Ujar Kakek itu sembari keluar dari tempatnya.
Kafka memberikan kotak kue jahe yang dibawanya pada Kakek itu.
"Kakek suka kan sama kue jahe?" Tanyanya, mengingatkan.
"Susu jahe buatan nenek dulu paling enak. Ah, kalau nenek masih ada kamu pasti bisa merasakan juga." Kakek itu melayangkan pandangannya pada sebuah foto besar dibelakang Kafka. Foto seorang wanita tua yang terlihat sangat menawan.
Kafka menoleh, melihat foto itu.
"Nenek cantik." Pujinya.
Kakek itu tertawa. Wajah tua nya sangat teduh. Pembawaanya yang ramah membuat Kafka selalu suka jika berkunjung ketempat ini. Melepaskan kerinduannya akan kehangatan keluarganya. Sebenarnya pun, Alana mengenal kakek ini dari Kafka. Tetapi gadis itu tak pernah berkunjung kemari berdua dengan Kafka. Sekalipun tak pernah, bahkan sebelum semua kejadian itu.
"Nenek dulu memang paling cantik. Saingan Kakek juga banyak. Tapi lihat, siapa yang akhirnya jadi pemenang kan?" Kafka tertawa.
"Pada akhirnya, perempuan itu lihatnya siapa yang akan berjuang hingga akhir. Bukan yang sebatas tampan. Kakek contohnya, tak punya uang aja nenek masih mau." Kakek terkekeh diakhir kalimat. Kafka hampir terbahak jika tidak mengontrol dirinya.
Lihat, dengan Kakek ini, Kafka mendapatkan kembali dirinya yang dulu. Seorang Kafka yang pernah ceria.
Kakek itu tidak pernah memaksanya untuk bercerita tentang apapun yang terjadi. Cukup Kafka datang dan menemaninya bermain catur, itu semua saling mengobati kesepian masing-masing. Kafka yang rindu akan sosok Papanya saat itu, dan Kakek yang rindu akan sosok Nenek yang setia.
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...