Alana menghela nafas lega ketika masuk kedalam kamarnya dan tidak mendapat rentetan pertanyaan dari Mamanya, dan memang tidak ada Mamanya tadi ketika masuk rumah.
Namun begitu ia berbalik badan setelah menutup pintu, Alana memekik tertahan. Mendapati Bella yang telah nangkring manis dikursi meja belajar milik Bella sendiri.
"Ngagetin tau ga!" Serunya kesal.
Bella menyengir. "Hehe, sorry."
"Lo tumbenan nginep sini."
"Oh? Ngusir nih?"
Alana berjalan kearah sahabatnya itu setelah menaruh plastik belanjaannya keatas meja belajar miliknya sendiri.
"Ya, enggak. Sebelum acara akhir tahun kemarin kan lo udah jarang banget nginep sini."
"Jarang apanya deh? Baru dua kali gue nggak tidur sini perasaan."
Giliran Alana yang menyengir. "Oh iya ya? Lupa."
"So, lo dari mana? Kok keluar malem malem."
Pandangan Bella terus tertuju pada Alana yang kini duduk ditepi ranjang. Berhadapan langsung dengannya yang juga memutarkan kursinya. Duduk bersila diatas kursi sembari memeluk snack yang dibelinya sebelum kemari tadi.
"Minimarket beli jajan sama beli susu."
"Too long time, you know. Gue udah disini sejak kata Tante Kusma lo pergi baru aja. Ngapain?" Tanya Bella, penuh selidik.
"Hehe, tadi ada Kafka. So, masa iya gue tinggalin gitu aja."
Bella memutar jengah bola matanya. "Gosh. Kafka? Lo yakin itu Kafka atau–"
"Kevin? Anak anak lain udah pada tau soal itu?"
"Lo kenal Kevin juga?"
Alana mengedikkan bahunya. "No, tepatnya. Maybe yes, or no. Dia tau gue."
"Viral anjir. Kaya waktu Kafka pindah pertama kali dulu. Ya, jelas sih bakalan viral. Visualnya aja sama gitu. Ga dapet Kafka, Kevin boleh lah. Kata anak anak sih gitu."
"Kata lo atau kata anak anak?"
"Gila lo. Yakali kata gue."
"Barangkali, Bell."
"No, nggak banget pokok nya. Tapi kaya nya, dia maybe udah sama Keyra, atau yaa sejenis Keyra yang genit."
"Maksud lo?"
"Mereka barengan terus kemana mana. Nempel terus si Keyra nya. Pelampiasan dari Hanaf, maybe?"
Alana memalingkan wajahnya sekilas, menarik nafas panjang sembari menyembunyikan raut khawatirnya dari Bella. Sejujurnya, ia masih merasa khawatir pada Kafka. Dengan waktu yang sudah malam begini, dengan siapa cowok itu berantem? Masa iya dengan–
Ah, Alana agaknya mulai memasuki masa overthinking yang menyebalkan.
"Hei. Malah ngelamun gitu. Gue nggosipnya sendirian ini jadinya."
Alana lantas menoleh kembali kearah Bella yang sembari sibuk menyuapkan snack kedalam mulutnya.
"Dia masih jadi sekretaris osis?"
"Ahh, gue lupa bilang ya? Lo tadi dicari Hanaf sebenernya. Buat dijadiin saksi kata dia. Maybe Keyra mau dilaporin ke komite sekolah?"
"Kenapa harus gue?"
"Lo yang pertama kali dia ganggu. Masa iya gue yang bersaksi."
Alana menghembuskan napas pendek. "Percuma nggak sih, sebentar lagi juga bakalan serah terima jabatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...