Kafka membelalak terkejut, mendapati seseorang yang berwajah persis dengannya berdiri, mencegat langkah Alana. Benar benar mirip dirinya, bahkan seperti duplikatnya. Ada dua dirinya disini, saat ini.
"Hey, bro. Lama nggak ketemu kaya nya? Terakhir, waktu lahir, right?"
Alisnya bertaut. Bingung.
Dan Alana, kakinya yang bergemetar terlihat sangat jelas dari tempat Kafka saat ini berdiri. Gadis itu ketakutan. Perlahan menoleh kebelakang, mengapa ia mendapati Kafka juga dibelakangnya.
"Ga nyangka ya, dia masih hidup setelah koma lama." Kafka dua– atau siapapun itu. Tersenyum miring kearah Alana, lantas melirik Kafka dibelakangnya.
"Dan lebih ga nyangka lagi, kalian bisa ketemu lagi sekarang."
"Oh, gue lupa ngenalin diri ya?"
"Kevin, Kevin Moehar." Orang itu mengulurkan tangannya pada Alana yang masih membeku ditempat.
Kafka yang menyadari apa yang telah terjadi segera melangkah cepat kearah Alana. Melayangkan satu pukulan telak dipipi kanan orang yang berwajah sama dan bernama hampir sama dengannya itu.
"Bangsat." Desisnya marah.
Lantas menarik gadisnya menjauh dari sana dengan segera. Menuju mobilnya yang terparkir disudut halaman parkir sekolah.
Alana syok berat, pasti. Tangannya berkeringat dingin sebab pertemuannya dengan orang tadi, ditambah suhu ac mobil yang rendah. Suara cowok dimobil sebelum kecelakaan itu sama persis dengan suara orang tadi.
"Alana." Kafka memanggilnya lembut. Melirik kearahnya khawatir.
"D-dia tadi siapa?" Tanyanya. Ragu.
Kafka menarik nafas panjang. Ia sendiri tak tahu apapun. Sumpah, Demi Tuhan. Ia tidak pernah tau jika ia memiliki saudara kembar dibumi ini.
Entah orang tadi kebetulan hanya mirip atau memang saudara kembarnya, Kafka benar benar tidak tau apapun. Tapi, marga mereka sama. Moehar.
Moehar bukan nama mendiang Papa Kafka, Mamanya dulu bilang Moehar adalah nama mendiang kakeknya dari pihak mama. Dan berarti–
Ck. Dia siapa tadi?
Kafka sebenarnya tak kalah syok nya dengan Alana. Jantungnya turut berdenyut nyeri, ia memukul orang tadi bukan tanpa sebab.
"Lan, kamu–"
"Orang yang bawa mobil kamu waktu kecelakaan ku itu, mirip kamu. Bahkan aku kira dia kamu. Tapi,"
Alana menjeda ucapannya. Kafka menatapnya tidak sabaran. Ia ingin tahu. Wajahnya menampakkan raut antara terkejut dan ingin tahu secara bersamaan.
"Tapi apa?"
"Aku nggak pernah tau dia siapa. Aku nggak inget sepenuhnya, aku cuman inget, dia ajak aku keluar, dia bentak aku dan setelah itu dia berharap aku mati atas kecelakaan itu. Orang itu, dia persis sama kamu. Aku sempet inget, waktu aku tau dia bukan kamu. Aku kira dia alter lain kamu. Dia–"
Kafka menarik nafas panjang. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran mobil, lantas memejamkan matanya. Pikirannya kalut mendadak.
"Kenapa kamu nggak pernah cerita soal itu kesiapapun, Lan?"
"Aku baru inget itu waktu ada kecelakaan didepan toko kakek terus aku liat wajah kamu dan akhirnya aku inget hal itu. I just, don't have anyone to tell." Suaranya melirih diakhir kalimat.
Alana baru kali ini banyak berbicara setelah ingatan baru menembus kepalanya. Biasanya gadis itu akan lebih memilih diam dan memaksa kepalanya untuk mengingat kembali, tapi kali ini berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...