44. epilog

48 5 2
                                    

Cr/pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr/pinterest

■ ■ ■

Alana sedikit terkejut begitu mendapati seseorang duduk dibangku tempat ia biasa melarikan diri ketika jamkos. Punggung yang tak asing. Gadis itu berjalan mendekat.

"Hei." Sapanya lembut.

Kafka langsung menoleh. Terlihat sangat terkejut. Tetapi ia langsung mampu untuk mengontrol wajahnya. Mempersilakan gadis itu duduk disamping nya.

Alana melepas topi dan dasinya, mereka sama-sama kabur dari upacara.

"Lo kok bisa disini?" Tanya Kafka.

"Harusnya gue yang nanya sama lo. Ngapain disini?"

Kafka tersenyum. "Lo gak liat?"

Kafka tidak membawa topi, tidak memakai dasi. Pantas saja ia memilih untuk kabur.

"Lo? Perasaan lo lengkap-lengkap aja."

"Boring you know. Dengerin orang ceramah dua jam. Sekarang aja belum selesai kan yang ngomong."

Mereka tertawa.

Dan Alana langsung terbangun dari tidurnya. Bayangan Kafka yang berdiri didepan pintu kelasnya, menantinya untuk pulang bersama tergambar jelas.

Ia dan Kafka yang diam-diam merencanakan Bella harus bertemu dengan Jeffrey.

Ia dan Kafka yang terkikik saat diam-diam menguping Jeffrey tengah confess pada Bella. Namun langsung berubah masam dan tidak enak pada Jeffrey ketika Bella menolak cowok itu.

Semuanya. Bayangan Kafka muncul secara sporadik dalam kepalanya. Beriringan namun acak. Tetapi masih rumpang, tidak lengkap.

Badannya menggigil. Kepalanya pening sekali rasanya. Hingga kemudian, suara-suara aneh muncul dalam kepalanya. Bukan, itu bukan suara aneh.

Itu suara dirinya. Curhatannya pada Bella tentang Kafka. Kalimat kalimat penenang dari Bella. Sapaan nya pada Jeffrey, hingga gombalannya dengan Kafka.

Nafas Alana terasa berat. Ia kembali menutup matanya perlahan. Sembari mendekap erat gantungan kunci yang tempo hari ia buat bersama Kafka.

■ ■ ■

Alana berlari kecil menuruni tangga rumahnya. Semalam ia bertemu kembali dengan terapisnya. Dan terapisnya mengatakan jika ingatannya perlahan telah mulai kembali.

Alana bahkan telah mengingat seluruh kejadian awal awal pertemuannya dengan Kafka.

Membuatnya benar benar tidak sabar untuk segera bertemu cowok itu.

Terkadang ia berpikir, selama ini untuk apa terapi jika masih ada satu memori penting dalam dirinya yang dimanipulasi. Konyol memang. Tapi itu kehendak Mamanya, dan ia bisa apa.

walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang