"Loh, udah selesai?"
"Cepet sadar juga ternyata."
Alana membuka matanya.
"Mamaaaaaaaa!" Ia berteriak, ketakutan. Namun teriakannya langsung terhenti begitu seseorang membawanya kedalam dekapan hangat. Tubuhnya bergemetar hebat.
"Alana. Alana. Mama disini, mama disini." Bisik mamanya, penuh kekhawatiran. Alana masih membelalakkan matanya, memeluk Mamanya begitu erat. Jantungnya berpacu cepat. Ia ketakutan. Bukan ketakutan seperti biasa. Kali ini, ia benar-benar ketakutan.
Disamping ranjang, Bella menatap khawatir. Tak tahu menahu apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Dalam hati, ia bersumpah akan menghukum dirinya sendiri jika terjadi sesuatu dengan Alana.
"Alana kenapa? Alana mimpi buruk?" Tanya Mamanya begitu nafas Alana mulai teratur. Meskipun masih dengan kedua tangan yang bergemetar hebat.
"Dia siapa, Ma?" Alana melirik seseorang asing yang berdiri disamping Bella.
"Hanaf, dia yang bawa kamu pulang. Katanya dia ketemu kamu dihalte bus. Kamu kenapa? Alana kenapa?" Mamanya membelai lembut pipi Alana. Menatapnya lembut.
Alana menutup matanya kembali, masih dengan posisi duduknya diatas ranjang.
Ia ingat. Ketika keluar dari tempat kakek tua ramah tadi, ia merasakan sakit yang begitu sangat dikepalanya. Bahkan untuk sebatas menghubungi Bella atau Mamanya saja rasanya tak sanggup. Lebih sakit dari tempo hari setelah pertemuannya dengan Jeffrey.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk duduk dihalte bus dengan wajah kesakitannya. Setelah itu ia hanya dapat mendengar suara orang mengkhawatirkannya, dan akhirnya ia telah berada dirumah.
Alana perlahan kembali membuka matanya. Ia tersenyum kearah Hanaf. Keadaannya telah membaik.
"Makasih udah nganterin gue."
Hanaf tersenyum, mengangguk. "Sama-sama."
"Gue nggak tau apa yang bakalan terjadi kalau lo nggak ada." Lanjut Alana.
"Karena lo udah baikan, kaya nya gue harus balik. Takut dicariin. Tante, saya pamit pulang duluan."
Mama Alana tersenyum. "Makasih udah mau mengantarkan Alana pulang, nak. Maaf kalau jadi merepotkan kamu."
"Iya tante, nggak masalah kok." Jawab Hanaf kalem.
"Bella, gue balik duluan." Pamitnya pada Bella.
Bella mengangguk. "Ayo, gue anterin lo sampe depan."
Setelah itu Bella dan Hanaf meninggalkan Alana berdua dengan Mamanya didalam kamar.
Alana tak berani mengatakan apapun. Ia memilih membungkam mulutnya dengan seluruh pertanyaan yang bersarang dikepalanya. Seluruh protes pada Mamanya hanya mampu ia telan sendirian. Ia tak mungkin menyalahkan. Ia tak mungkin mengungkapkan, seluruh isi kepalanya.
"Kamu perlu istirahat lagi aja, atau perlu Mama telponkan terapismu?"
Alana tersenyum dan kembali berbaring. "Nggak perlu. Aku baik-baik aja kok, Ma."
"Tapi tadi kayanya kamu-"
"Kemarin waktu terapi terakhir katanya emang gitu, Ma. Wajar kok." Ujarnya cepat, memotong ucapan Mamanya.
"Lain kali jangan pergi sendirian lagi pokoknya. Kalo Bella emang nggak bisa, sama Mama."
"Iya Mamaku sayang."
Mama Alana beranjak dari sampingnya. "Mama siapkan bubur buat kamu dulu ya."
Alana mengangguk cepat. "Kaya biasa ya, Ma. Nggak pakai kecap."
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...