Kafka membuka pintu jati besar didepannya. Lantas masuk kedalam ruangan ber ac itu dengan langkah santai. Bahkan, ia melemparkan tas ranselnya keatas sofa dan kemudian meminum air mineral diatas meja yang sebenarnya dikhususkan untuk tamu penting.
"Ck. Kakinya."
Kafka menurunkan kakinya yang semula terangkat satu begitu Tante Karin datang membawa beberapa map dan berkas.
"Mobil aku udah dateng, tan?" Tante Karin adalah satu satu nya orang yang paling dipercaya oleh mendiang Papa Kafka. Orang yang pertama mengetahui fakta jika Kafka bukan anak kandung papanya.
Juga orang yang pertama kali langsung mengurus seluruh perusahaan setelah papanya tiada. Mamanya menyerahkan perusahaan itu pada Tante Karin, karena mau menikah lagi.
Hei, itu bukanlah sebuah hal mudah. Mengurus perusahaan besar seorang diri, hingga saat ini. Kafka sedang dipersiapkan katanya.
"Ck. Mobil terus. Punya papa kamu kenapa?"
"Ih, tante. Ya udah jadul lah."
Ctak!
Kafka meringis begitu Tante Karin menyentil keras bibir nya. Hanya Tante Karin yang selalu melakukan hal itu pada Kafka.
"Bersyukur."
"Iya bersyukur. Tapi udah dateng kan, tan?"
Tante Karin hanya melirik Kafka sekilas. Lantas memamerkan sebuah kunci mobil. Sebelum Kafka berhasil meraihnya, Tante Karin lebih dulu berhasil kembali menyembunyikannya dan kemudian mengajukan berkas kearah Kafka.
"Syaratnya."
Kafka hafal diluar kepala hal itu. Namun ia hanya terdiam.
"Kartu aku aja deh, mana. Aku make mobil papa aja."
"Kamu beneran nggak mau lambo nya?"
"Mau dijual, atau mau buat aset perusahaan juga terserah."
"Kaf, itu cuman-"
"Kartu aku, tan."
Tante Karin terdiam. Kemudian menyerahkan sebuah kartu. Tapi lagi, sebelum Kafka berhasil meraihnya Tante Karin lebih dulu berhasil kembali menyembunyikannya.
"Kartu lama kamu kenapa?"
"Udah limit, tan. Aku aja sampe make atm ini loh."
"Yaudah, pake atm aja. Kenapa minta baru?"
"Pelit banget astaga. Dimarahin papa loh."
"Boros banget astaga. Dimarahin papa loh." Tante Karin meniru nada bicara Kafka. Lantas tersenyum penuh kemenangan karena Kafka yang menampakkan wajah kesalnya.
"Ah udahlah. Balik aja aku." Kafka hampir beranjak dari sofa. Mengancam, juga kepalang gondok.
Tante Karin tertawa.
"Duduk dulu. Ketemu tante nya baru sekarang kok buru buru."
"Ngeselin. Sana nikah. Mama aja udah mau kawin lagi."
"Astaga mulutnya. Ambil lagi nih kartunya."
Sebelum Tante Karin akan mengambil kembali. Kafka berhasil meraih kartu kredit tanpa limit diatas meja itu dengan cepat. Kartu itu memang milik mendiang Papanya yang disyaratkan boleh diambil Kafka ketika usianya sudah dirasa cukup untuk mengontrol diri.
"Udah dapet jas?"
"Gatau. Kan bukan acaraku."
"Kafka-"
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...