Kafka duduk seorang diri menghadap jendela besar kamarnya. Diiringi sebuah lagu yang terputar dari turntable miliknya diatas meja. Ia memilih untuk dirawat jalan dirumah daripada di rumahsakit.
Beberapa hari terakhir setelah pulang dari rumah sakit lebih dulu dari Kafka, Alana sulit untuk dihubungi. Sosial media nya tidak aktif dan pesan yang Kafka kirimkan tak pernah sekalipun terbaca.
Ia kehilangan kabar apapun tentang Alana. Bahkan ketika Kafka iseng untuk sekadar duduk didalam mobil sendirian diseberang jalan rumah gadisnya, tetap tak menghasilkan apapun.
Bella pun sama. Tak bisa dihubungi. Ah, tepatnya Kafka diblokir. Hanaf bilang, Alana juga sama tidak masuk sekolahnya seperti Kafka. Gadis itu kemana?
Pagi hari nya, Kafka mencoba berangkat kesekolah setelah merasa luka luka dipunggungnya lumayan membaik. Iya, kondisinya membaik. Tapi Kakek tidak, bersamaan dengan kejadian kemarin, Kakek dinyatakan kritis.
"Kamu beneran mau berangkat, Kaf?"
"Loh, Tante Yuna kok udah disini?" Kafka menghentikan langkahnya saat melihat Tante Yuna sudah berada di pantry rumahnya. Sepertinya datang sebelum Kafka terbangun.
"Masakin sarapan buat kamu. Juga sekalian ngasih titipan Karin. Oh iya, Papanya Jeffrey kemarin bilang Krystal udah dihubungi kemarin, katanya dia mau buat nemenin kamu selama disana besok."
"Udah disiapin semuanya sama Tante Karin, tan?"
"Sama Om mu juga. Jeffrey nyusul pas nanti ambil magister nya. Organisasinya katanya nggak bisa ditinggal sekarang."
Om mu yang dimaksudkan Tante Yuna adalah Om Jung. Orang yang sangat menggantikan posisi Papa nya saat ini.
Kafka meghampiri pantry. Duduk dibangku sembari menanti Tante Yuna menyiapkan sarapannya.
"Mama mu, kemarin udah dikabari soal-"
"Iya, Mama katanya udah ketemu lagi sama bapak. Kevin juga masih diselidiki sama kepolisian. Jeffrey udah bilang kok, Tan."
"Ck. Ngomong apa sih. Mama mu itu dikabari kalo kamu mau ngambil syarat nya mendiang Papa mu dulu. Dan katanya, selamat buat kamu gitu."
"Selamat aku minggat gitu, tan?"
Tante Yuna menghembuskan nafas panjang. Menaruh sandwich Kafka keatas piring dan menyodorkan kecowok itu.
"Cepet sarapan. Udah mau telat ini. Obatnya jangan lupa diminum. Tante siapin bekal buat kamu sekalian."
"Makasih ya tan."
Tante Yuna yang tengah mengambil kotak makan menghentikan pergerakannya. "Hm?"
"Makasih udah mau gantiin sosok Mama buat Kafka." Tante Yuna tersenyum lebar.
"Makasih juga, untuk jadi anak kedua tante." Dan Kafka tersenyum tak kalah lebar.
■ ■ ■
Reira berjengit kaget begitu tangannya dicekal kuat oleh Kafka yang berpapasan dengannya dihalaman parkir sekolah.
"Kenapa?" Tanyanya basa basi.
"Alana mana?" Tanya Kafka balik. Menatap Reira sedikit penuh intimidasi supaya cewek itu mau menjawab jujur.
"Tanya Bella ya, aku gak tau. Beneran deh."
"Ck. Gak mungkin lo gak tau."
"Reiraaaa. Tugas akuntansi kita beluman, ayo buruaaann. Keburu gurunya dateng." Tanpa meminta izin dari Kafka, Angel segera menarik Reira menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fanfiction"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...