07. back to city in 90

40 8 1
                                    

Pameran foto lama yang diadakan dibalai kota memang dibuka untuk umum, namun tetap harus memiliki tiket untuk masuk kedalamnya. Alana sempat mendengar kabar jika pameran itu akan menampilkan video rewind fashion street dari tahun 1900 hingga tahun ini.

Bahkan beberapa foto yang ada dipameran sempat memenangkan ajang perlombaan fotografi tingkat internasional. Juga dimeriahkan beberapa pertunjukkan kesenian dari beberapa perwakilan sekolah yang ditunjuk langsung oleh pemkot. Bisa dibayangkan akan sekeren apa acara nanti.

Alana selesai mengoleskan pelembab bibirnya. Ia menatap bayangan dirinya di cermin sekali lagi, lantas tersenyum senang karena penampilannya lebih baik dari hari biasanya.

Gaya nya kasual namun tetap memikat siapapun yang melihatnya. Alana memang seperti memiliki sihir tersendiri untuk menarik perhatian orang lain.

Ketika ujung matanya tak sengaja melihat sebuah jaket yang tergantung didepan almarinya, ia menghentikan langkahnya yang baru saja akan keluar kamar. Beberapa hari setelah ia meminta nomor Kafka pada Hanaf, Alana justru tidak bertemu secara langsung dengan cowok itu. Dan sejujurnya ia memang belum mencoba menghubungi Kafka sama sekali.

Baru saja akan menyalakan ponselnya untuk mencoba menghubungi Kafka, pintu kamar Alana terketuk.

"Alana, temen kamu udah dateng." Suara Mamanya terdengar dari luar kamarnya.

"Iya, Ma." Jawab Alana cepat dan bersegera keluar dari kamarnya.

"Hai." Sapa Hanaf begitu Alana tiba dihadapannya.

"Lama ya nunggu nya?" Tanya Alana, basa-basi.

"Enggak, gue baru saja sampe kok." Hanaf tersenyum manis diakhir kalimat.

"Emm, kalo gitu tante saya pamit ya, pinjam Alana nya sebentar."

Mama Alana tersenyum hangat, sangat menyenangkan. "Iya. Hati-hati dijalan ya."

"Siap Mama."

"Kalau Alana nya nakal, bilang aja ke Tante. Jangan sungkan."

Dan Hanaf hanya tertawa ringan. Tawa yang membuat seorang Keyra Adijaya dimabuk cinta.

■ ■ ■

Alana membawa serta kamera dslr nya. Jadi sedari masuk kedalam balai kota ini, ia tak hentinya memotret apa saja yang menurutnya menarik. Bahkan terkadang beberapa kali ia memotret senyum manis Hanaf secara candid.

"Ini foto yang menang lomba di bangkok kemarin nih." Seru nya riang begitu menemukan sebuah foto seorang penari bali dengan konsep foto bali tempo dulu.

Hanaf berjalan mendekatinya, ikut takjub melihat hasil jepretan dihadapannya.

"Gue seneng banget. Ini semua keren banget." Ujar Alana sembari melihat sekitarannya dengan wajah ceria. Hanaf sejujurnya salah salah tingkah, maka ia hanya terus tersenyum sedari tadi tanpa tau harus menjawab Alana dengan kata apa lagi.

Dan kemudian, pandangan mata Alana terjatuh pada sebuah foto siluet seseorang dengan latar senja, dimana foto itu terasa sangat tak asing untuk Alana. Ia melangkah  mendekat kearah foto itu.

~kim

Tangannya terulur, menyentuh sebuah watermark yang berada di ujung foto tersebut. Warna nya yang kontras sangat menonjol diantara paduan warna lain dalam foto itu.

"Kim?" Ia berbisik, bertanya pada dirinya sendiri.

Kim Lana. Namanya juga bermarga Kim.

"Kenapa, Lan?" Tanya Hanaf yang ikut melihat kearah tangan Alana.

walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang