"Jadi pacar abang ya?"
Yara mengedipkan matanya berkali-kali. Bingung.
"Wah parah nih demam nya," jawab Yara sambil memegang kening Doyoung,"Tuhkan masi panas banget, udah ah baringan lagi biar Yara kompres."
Yara mendorong Doyoung hingga kembali berbaring di kasur, membuat Doyoung merasa tak mempunyai harga diri karna ucapannya hanya di anggap angin lalu.
"Ra, barusan abang nembak kamu loh buat jadi pacar abang," ucap Doyoung sambil kembali bangkit dari tidurnya, tapi langsung di dorong Yara lagi untuk kembali berbaring.
"Iya-iya tau, kadang orang kalau demam emang suka ngomong ngaur." Yara memeras kain konpres yang sudah ia masukkan ke dalam air tadi,"Nih sini Yara kompres lagi biar cepat sembuhnya."
Namun, Doyoung tak mau menyerah, enak saja di kacangin kayak gini, gengsi dong.
"Ih Ra, barusan bias kamu nembak kamu loh ngajak pacaran, kamu gamau?" lagi-lagi Doyoung bangkit dari tidurnya, membuat Yara kembali mendorongnya untuk tetap berbaring.
"Ya mau lah, gila aja gamau," jawab Yara tak peduli,"Tapi sekarang abang lagi ngingau, kayaknya abang belum sadar sepenuhnya habis Yara bangunin tadi," di letaknya kain kompres itu di atas kening Doyoung lagi, lalu bangkit dari duduknya.
"Ih Ra abang ga ngingau, abang lagi sadar, abang serius," rengek Doyoung sambil menahan tangan Yara.
"Nah ininih yang bikin Yara makin yakin kalau abang lagi ngigo, ngapain ngerengek-ngerengkek kek bayi gini?" tanya Yara sambil menaikkan sebelah alis matanya,"Udah ah, Yara ada kelas pagi," kata Yara sambil melepas tangan Doyoung yang masi menahannya.
"Abang istirahat yang full ya, nantik Yara pulang cepat deh buat ngerawat abang, itu aja ya hukuman nya." Yara menarik selimut Doyoung hingga batas dada,"Dadah abang," pamitnya, lalu meninggalkan kamar 96 line.
Sesampainya di luar Yara langsung bersandar pada dinding untuk menopang tubuhnya yang sudah begitu lemas mendengar pertanyataan tiba-tiba Doyoung.
"Pasti tadi efek demam tinggi, makanya ngomongnya jadi ngaur gitu, huft," di tegakkannya tubuhnya sambil mengatur detak jantungnya yang sudah tidak karuan.
"Gamungkinlah bang Doy ngomong serius, dia kan udah mendeklarasi diri sendiri gaakan pacaran sama fans nya sendiri, masa mau jilat ludah sendiri."
Yara masi berusaha meyakinkan dirinya bahwa tadi Doyoung memang asal ngomong karna efek demam tinggi, gaboleh kepedean pokoknya. Kentang gaakan bisa sama berlian. Sadar diri!
Setelah di rasanya cukup tenang, Yara kembali berjalan menuju kamarnya dengan melewati meja makan.
"Gimana Ra si Doy?" tanya Taeyong yang membuat langkah Yara terhenti, lalu ia menoleh dan duduk di kursi terdekat
"Parah bang, sampe ngomong ngaur," jawab Yara seadanya. Ya menurut Yara itusi parah, bisa-bisa nya ngomong ngaur ngajak Yara si kentang pacaran.
"Iyaya? Yaudah abang cek dulu," ucap Taeyong bangkit dari duduknya.
"Ngomong ngaur apa si Doy emang?" tanya Kun,"Perasaan tadi pagi dia gaada tuh yang kayak ngigau-ngigau gitu."
Yara hanya mengedikkan bahunya,"Gatau Yara," lalu menoleh pada Jisung yang sedang menunduk,"Sung?" panggilanya lembut.
"Iya Ra?" jawab Jisung pelan sambil menatap Yara, membuat atmosfir di meja makan tiba-tiba sangat canggung karna seluruh abangnya ini paham apa yang sedang terjadi, sedangkan Yara tidak tau.
Xioajun berdehem sambil memukul pundak Lucas,"Bella, Louis, Leon dah pada sarapan?" tanyanya sambil memainkan matanya mengajak Lucas untuk meninggalkan ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Maknae • pjs [OT23]
Fanfiction"Jadi temannyaa idol aja ribet, apalagi sampe jadi pacarnya"- Yara Berteman baik dengan seorang idol tentulah bukan hal yang muda bukan? Mulai dari kau akan di hujat oleh para fans nya, menjadi bahan perhatian tiap kali kau sedang bersama idol itu...