d u a t i g a

2.6K 403 51
                                    

Gadis ber- nametag Nisa itu berjalan dengan langkah gontai mengingat setiap detail kejadian yang terjadi tadi malam, ketika ia dengan kasarnya memperlakukan teman lamanya, Yara.

"Astaga! Gue kemarin kenapa kayak orang ga berpendidikan gitusih?! Bodoh banget lo Nisa!" kesalnya sambil memukul-mukul kepalanya dengan minuman kaleng kosong yang sejak tadi sudah ia habiskan.

"Apa gue harus minta maaf?" tanyanya pada diri sendiri, lalu ia menggeleng cepat sambil memikirkan betapa memalukannya dirinya jika melakukan itu,"Ih ih ih, amit-amit."

Lalu langkahnya terhenti mengingat bahwa ia dan Yara satu kampus, yang artinya tidak ada kemungkinan bahwa mereka tidak akan bertemu satu sama lain, itu membuatnya merasa semakin tertekan. Walaupun hingga saat ini keduanya belum pernah berjumpa di area kampus.

"Sa, lo kalau mau jahat yang konsisten dong, udah tau penakut, suka overthingking, malah sok-sokan ngelabrak anak orang," ucapnya sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Apakah kalian pernah merasa sangat marah saat melihat sesuatu yang mengingatkan kalian pada luka lama yang pernah terjadi di masa lalu? Sampai kalian ingin memusnahkan 'sesuatu' itu karna telah dengan lancangnya membawa kalian kembali mengingat masa-masa pahit itu.

Itulah yang terjadi pada Nisa saat ia tak sengaja melihat Yara di taman bermain tadi malam. Jangan salahkan Nisa, jujur ia juga tak ingin itu terjadi, hanya saja sesuatu di luar kendalinya terjadi.

Yaitu emosi, jika emosi telah menguasai kita, maka sesuatu yang kita tau salah dan tak ingin kita lakukan bisa saja terjadi dan kita lakukan jika kita telah di kuasai oleh rasa emosi.

"Oke-oke gini." Nisa merapikan rambutnya sambil menegapkan tubuhnya dan kembali berjalan,"Lo harus minta maaf Sa, lo yang bikin api, lo juga yang harus madaminnya," tegasnya pada diri sendiri.

Ya namanya juga manusia, hidup dengan penuh kegengsian. Hanya dalam waktu sepersekian detik, Nisa kembali berubah pikiran dan kembali mengedapankan egonya untuk membiarkan kejadian itu berlalu hingga ia dan Yara sama-sama tamat dan wisuda.

Iya, selama empat tahun kedepan, jika Nisa memilih mengedepankan egonya, maka selama empat tahun kedepan Nisa akan selalu menghindari Yara.

Ya karena ia cukup merasa bersalah dan juga takut.

"Oke stop!" entah sudah selama apa, Nisa terus berbicara pada dirinya sendiri di sepanjang jalan menuju gerbang kampusnya karna kelasnya hari ini telah usai,"Oke gue harus bikin acuan gue harus minta maaf apa engga," ucapnya sambil mengedarkan penglihatannya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat tong sampah dengan sebuah mobil yang terparkir di depannya. Nisa mendapat ide, ia akan melempar kaleng ini ke dalam tong sampah itu, jika kaleng minuman itu masuk, ia akan segera mencari Yara dan meminta maaf atas kejadian kemarin, dan jika tidak masuk, maka ia takkan menganggap kejadian itu pernah terjadi.

Saat Nisa sedang bersiap-siap melempar kaleng itu, seseorang pria keluar dari mobil dan berdiri di depan mobil itu, membuat Nisa berdecak sebal karna ancang-ancangnya tadi jadi buyar.

"Semoga ajadeh ga meleset kenak tu cowok," pinta Nisa sambil melempar kaleng itu, tapi sepertinya semesta tak mendengarnya, kaleng itu malah tepat mengenai cowok yang berdiri di depan mobil itu,"Mampus gue," sesal Nisa sambil bersembunyi di belakang mobil itu.

Tidak hanya semesta, tuhan juga sedang tidak berpihak padanya saat ini, buktinya cowok itu langsung menemukannya dan bertanya apakah ia yang melempar kaleng itu.

"Lo yang yang lempar ini?" tanya cowok itu sambil mengangkat kaleng bekas minum Nisa tadi,"Lo yang lempar ya, Nisa?"

Nisa mendongak, matanya langsung bertemu dengan cowok itu. Nisa menoleh bukan karna namanya disebut, melainkan ia merasa tidak asing dengan suara itu, di tambah mata yang kini tengah ia tatap, ia yakin cowok yang ada di depannya ini adalah seseorang yang dia kenal.

✔Maknae • pjs [OT23]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang