Seneng banget chapter kemaren banyak yang komen😆Pukul sepuluh pagi Jeno sudah berada di kamar Renjun. Merebahkan tubuhnya dengan nyaman di atas kasur sang pemilik kamar. Tidak peduli dengan bed cover yang masih berantakan karena Renjun belum sempat merapikannya.
Indera penciumannya terbuai oleh bau pelembut pakaian yang tercampur dengan aroma Renjun. Sangat menangkan. Membuatnya ingin kembali memejamkan mata.
"Jen! Jangan tidur." Tepukan dari tangan dingin di pipinya membuat mata Jeno terbuka. Wangi segar dari sabun mandi Renjun langsung masuk ke hidungnya.
Jeno segera bangun, mendudukkan diri di pinggir ranjang sembari memerhatikan Renjun yang tengah menyiapkan sesuatu di atas meja.
"Kamu yakin warna cokelat?"
Jeno mengangguk yakin.
"Tapi warna biru yang sekarang masih bagus. Sayang kalo diganti jadi cokelat."
Jemari Renjun menyisir helaian rambut Jeno yang berwarna biru terang. Menyibak poni Jeno yang menutupi dahi lalu membubuhkan satu kecupan disana.
"Hehehe." Renjun terkekeh kecil setelah aksinya mencium dahi lebar Jeno.
"Bisa banget ya curi kesempatannya." Hidung Renjun menjadi sasaran cubitan kecil oleh Jeno.
"Mulai sekarang aja ya biar gak kesorean selesainya."
Renjun kemudian meminta Jeno untuk duduk di lantai yang beralas karpet bulu, sedangkan dirinya duduk di ranjang. Tak lupa Jeno melepas hoodie serta kaos hingga kini bertelanjang dada. Kemudian memakai jubah untuk melindungi badannya supaya tidak terkena cat rambut.
Pertama-tama Renjun membagi rambut Jeno menjadi beberapa bagian lalu menjepitnya menggunakan jepit rambut. Rambut Jeno tidak terlalu panjang tapi cukup tebal jadi Renjun memutuskan untuk mulai dari bagian belakang.
"Kamu hadap bawah, Jen."
Jeno menurut, kepalanya ditundukkan supaya Renjun mudah mengaplikasikan cat rambut disana.
Tak sengaja jemari Renjun yang tidak memegang sisir semir menyentuh tengkuk Jeno. Membuat Jeno tersentak kecil.
"Kamu kenapa?" tanya Renjun.
"Geli waktu tanganmu di leherku."
Renjun mendengus, "Kamu baru disentuh lehernya gitu aja udah geli gimana aku yang hampir setiap hari lehernya kamu cium-cium?"
"Kalo itu beda lagi." ujar Jeno dengan cengiran lebar.
Selesai mewarnai bagian bawah, Renjun meminta Jeno untuk duduk menyamping. Dibuka sedikit demi sedikit jepitan rambut untuk kemudian dioleskan dengan cat yang mengeluarkan bau khas yang sangat menyengat.
"Kamu kenapa tiba-tiba pengen ganti warna rambut?"
Jeno bergumam, "Emm.. Kepingin punya warna rambut sama kaya kamu."
"Padahal kamu ganteng banget pake rambut biru." Renjun berkata jujur. Memang benar kan Jeno dan rambut berwarna biru adalah perpaduan yang pas. Bahkan beberapa orang jadi ingin memiliki rambut berwarna biru seperti kekasihnya ini.
"Sekarang hadap sana."
Renjun memutar tubuh Jeno hingga sisi samping rambutnya yang belum diwarnai terlihat.
"Renjun."
"Hm?"
"Besok malem ngemovie yuk."
Tangan Renjun yang sedang mengoleskan cat seketika berhenti mendengar perkataan Jeno. Otaknya sedang mencerna perkataan dari kekasihnya barusan.
Sedangkan Jeno, pemuda itu degdegan menanti jawaban yang keluar dari mulut Renjun.
"Liat besok ya. Badanku lagi agak pegel." jawab Renjun sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.
Renjun tau ajakan Jeno tidak sekedar menonton film saja.
Bibir Jeno merengut kecil. Gagal. Padahal dia sudah sangat rindu dengan kekasihnya ini.
Setelah percakapan itu keduanya diam. Tidak ada yang berbicara. Renjun sibuk mengoleskan cat di rambut belakang telinga Jeno yang lumayan sulit dijangkau sedangkan Jeno sedang mencari akal supaya Renjun mau menerima ajakannya.
Bahu Jeno ditarik sehingga mereka berdua kini berhadapan. Kepala Jeno masih tertunduk lesu dan itu membuat Renjun terkekeh.
Apakah Jeno merajuk karena Renjun menolak ajakannya? Lucu sekali kekasih tampannya ini.
Renjun meletakkan sisir cat lalu melepas sarung tangan plastik yang dipakainya. Kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi rahang Jeno dan membawa wajah tampan itu untuk menghadapnya.
"Hey." panggil Renjun lembut.
Iris kelam Jeno perlahan menatap dua netra sebening embun milik Renjun.
Cup!
"Jangan ngambek. Bibir kamu jadi kaya bebek."
Perkataan Renjun sukses membuat Jeno tersenyum kecil.
Jemari Renjun yang masih berada di sisi wajah Jeno bergerak lembut mengusap rahang tegas yang menjadi dambaan semua orang. Jeno memejamkan matanya, merasakan afeksi yang diberikan sang kekasih.
Renjun tersenyum melihat wajah Jeno yang bak kucing manis yang sedang dimanjakan pemiliknya. Bibirnya mengecup pucuk hidung Jeno.
"Besok aku mau nonton film. Tapi-"
Seketika Jeno membuka matanya.
"Setelahnya hanya cuddle, tidak lebih. Bagaimana?" tawar Renjun.
Jeno langsung mengangguk-angguk semangat seperti mainan di dashboard mobil.
"Gemes banget pacar aku! Sini cium."
Tangan Renjun menarik tengkuk Jeno agar bibir keduanya bertemu. Walaupun Renjun harus sedikit menunduk dan Jeno harus mendongak tapi keduanya tidak masalah, selagi masih bisa mengecap bibir satu sama lain.
End.
Hehehe jadi ketagihan bikin os
Semoga suka~
See you next chapter~