Kini Jeno dan Renjun berada di supermarket. Setelah melewati sesi ciuman yang memakan waktu hampir lima menit Jeno merengek pada Renjun supaya diijinkan ikut. Dan Renjun jelas tidak bisa menolak apalagi ketika melihat wajah memohon bak anak anjing milik suaminya itu.
Kemana Jeno yang liar ketika melumat bibirnya tadi.
Jeno mendorong trolley sedangkan Renjun memimpin di depan sembari sesekali mengecek daftar belanjaan yang ada di ponselnya.
Matanya memindai deretan rak yang terisi berbagai macam merk sabun mandi. Berhenti sejenak untuk melihat tulisan yang ada pada kemasan.
Menimang sebentar akhirnya sabun dengan bungkus warna biru menjadi pilihan, lalu diambil dan dimasukan ke dalam trolley.
Semua gerakan Renjun tak luput dari iris kelam yang terbingkai kaca mata milik Jeno. Membuatnya tersenyum tipis.
Renjun benar-benar istri idaman. Dia bisa mengurus rumah, mengurus dirinya, dan juga masih bisa melakukan pekerjaannya –walau dilakukan dari rumah. Itu semua cukup membuat Jeno semakin kagum dan jatuh dalam pesona Huang Renjun.
Istri mungilnya itu selalu memilih yang terbaik untuk mereka. Bahkan sikat gigi sekalipun!
Oleh karena itu Renjun membutuhkan waktu yang lama ketika berbelanja karena dia akan diam dan berpikir untuk memilih mana yang memiliki kualitas baik.
Seperti sekarang. Setelah memilih sabun mandi kini istri Lee Jeno sedang berjongkok di depan rak pelembut pakaian. Mata sipitnya membaca tulisan kecil-kecil yang ada di kemasan dengan seksama.
“Huang Renjun.”
Renjun tersentak kecil. Kepalanya mendongak masih dengan tangan yang sedang memegang botol pelembut pakaian. Perlahan tubuh kecil itu berdiri lalu berjalan mendekati Jeno dengan ekspresi yang sangat menggemaskan –menurut Jeno.
“Kenapa memilih yang ini?” tanya Jeno.
Pandangan Renjun mengarah pada botol sabun yang berada di dalam trolley lalu kembali menatap Jeno.
“Kamu panggil aku Huang Renjun?” tanyanya.
Jeno tersenyum di balik masker.
“Iya, kenapa? Bukannya namamu Huang Renjun?”
Kedua mata jernih Renjun menatap Jeno bingung. “Kamu gak pernah panggil aku Huang Renjun. Kamu marah sama aku?” cicitnya.
Akhirnya Jeno tidak bisa menahan tawanya.
“Kenapa aku harus marah?”
Kepala Renjun tertunduk sembari tangannya menarik lalu mendorong kecil besi trolley. “Kamu gak pernah panggil aku kaya gitu.”
“Memangnya aku biasanya panggil kamu gimana?” tanya Jeno main-main.
“Baby.” Jawab Renjun masih dengan suara lirih.
Jeno sudah tidak tahan dengan istri mungilnya ini. Dia maju untuk menghampiri Renjun lalu membawanya ke dalam pelukan hangat. Kepala Renjun terbenam di hoodie hitam milik Jeno.
“Aku pikir kamu marah soalnya kamu panggilnya gitu.” Kata Renjun.
Jeno terkekeh, mengusap lembut surai karamel yang mengeluarkan bau mint yang segar.“Aku kan gak bisa marah sama kamu, baby.” Jeno sengaja mengucapkan kata ‘baby’ tepat di telinga Renjun.
Membuat Renjun langsung menghadiahi cubitan di perut berotot suaminya.
End.
Selamat malam minggu buat jombs dan yg tidak jombs.
Ini juga terinspirasi dari video di tikt0k. Hobi baru yaitu scroll fyp hehehehe
Semoga suka~
See you next chapter~