Keheningan melanda dapur apartemen Renjun.
Renjun sedang sibuk memotong berbagai macam sayuran untuk membuat makan malam jadi wajar kalo ia lebih memilih diam, sedangkan Jeno? Pemuda yang berstatus kekasih Renjun itu sejak tadi mengunci mulutnya.
Padahal biasanya Jeno lah yang membuat polusi udara dengan berbagai macam cerita serta pertanyaan tak bermutu. Namun hari ini pemuda itu hanya duduk manis di salah satu kursi meja makan dengan alis menukik serta bibir mencebik.
"Masih ngambek?" tanya Renjun.
Jeno diam, enggan menjawab pertanyaan Renjun. Kepalanya diletakan di atas meja makan kemudian menutup matanya. Sedikit lelah karena padatnya pekerjaan hari ini.
Renjun menengok kebelakang. Dia terkekeh melihat Jeno yang sepertinya mengantuk. Kekasihnya itu sangat menggemaskan, walaupun Jeno sedang ngambek padanya tapi ia tidak meninggalkan Renjun sendirian di dapur.
Sudah menjadi rutinitas Jeno ketika mampir ke apartemen Renjun ia akan menemani Renjun memasak yang dilanjut makan malam bersama.
Cup!
Renjun mengecup pelipis Jeno. Mata Jeno terbuka, terlihat memerah karena Jeno memang mengantuk.
"Tidur di kamar, nanti kalau masakannya udah jadi aku panggil."
Jeno mengangguk, kemudian bangkit lalu berjalan gontai menuju kamarnya. Meninggalkan Renjun sendirian untuk menyelesaikan masakannya.
Setelah tiga puluh menit akhirnya makan malam siap, semua menu yang dibuat Renjun adalah favorit Jeno. Anggap saja sebagai sogokan supaya kekasihnya itu tidak marah lagi.
Ngomong-ngomong, alasan mengapa Jeno ngambek cukup sepele yaitu karena Renjun meninggalkan Jeno makan di cafe yang baru dibuka di depan kantornya. Mereka berjanji akan makan di cafe tersebut malam ini, tapi tadi siang Jaemin mengajaknya pergi ke sana sambil merengek. Tentu saja Renjun tidak bisa menolak dan akhirnya ia pergi berdua dengan Jaemin tanpa memberitahu Jeno.
Jika mengingatnya membuat Renjun tertawa. Kekasihnya itu walaupun terlihat dingin di luar tapi sebenarnya dia adalah sosok menggemaskan yang kadang membuat Renjun ingin menciuminya terus menerus.
Pintu kamar dibuka perlahan. Di atas tempat tidur, Jeno tertidur dengan posisi telungkup. Punggung lebar yang masih terbalut kemeja putih terlihat naik turun.
Kaki Renjun melangkah masuk tanpa menimbulkan suara. Menghampiri sisi tempat tidur dimana wajah rupawan Jeno berada. Ah, kekasihnya ini memang sangat menggemaskan.
Wajah tidurnya seperti bayi. Bibirnya sedikit terbuka, hidungnya yang mancung bernafas dengan tenang. Jangan lupakan rambut legamnya yang mencuat kemana-mana.
Cup! Renjun mengecup ujung hidung Jeno.
"Sayang bangun, ayo makan malam."
Belum ada pergerakan, Jenonya masih tertidur pulas. Tangan Renjun bergerak menuju surai Jeno. Mengusap lembut sambil sesekali ibu jarinya membelai pelipisnya.
"Jeno, bangun yuk. Kita makan malam dulu."
Perlahan Jeno membuka matanya. Kepalanya bergerak menyamankan diri karena usapan jemari Renjun.
"Nanti." ucapnya dengan suara parau kemudian mengganti posisi tidurnya.
Renjun masih belum menyerah. Pipi Jeno menjadi sasaran selanjutnya.
Tuk! Tuk! Tuk!
Telunjuk Renjun menusuk-nusuk pipi Jeno. Bergantian pipi kiri dan kanan lalu diakhiri cubitan kecil di hidung bangir Jeno.
"Aku masak makanan kesukaan kamu loh. Enak banget."
Mata Jeno sedikit terbuka, irisnya yang kelam memandang tepat pada wajah Renjun yang berjarak kurang dari sepuluh senti.
Akhirnya sebuah senyuman terbit di bibir Jeno yang mana membuat Renjun ikut tersenyum.
"Mau mandi apa makan dulu?" tanya Renjun lagi.
"Mau tidur."
"Jeno ish!"
Oke, kalo gini ini caranya mau tidak mau Renjun harus menggunakan cara ekstrim untuk membangunkan Jeno.
Bugh!
Renjun melompat ke atas punggung lebar Jeno. Mendusal pada tengkuk Jeno sambil meniup telinganya. "Bangun gak!" Renjun terus meniup sampai Jeno kegelian.
"Jen! Jangan dicubit!" Jeritan Renjun menggema. Tangan Jeno mencubit pinggang Renjun supaya kekasihnya itu turun dari atas punggungnya. Walaupun kecil tapi keberadaan Renjun diatas punggungnya membuat dadanya sesak.
"Kamu berat!"
"HEH!"
Bukannya takut, Jeno malah menarik selimut sampai menutupi seluruh wajahnya.
"Jenoo bangunn. Kamu gak laper apa?" Renjun merengek sambil menarik-narik selimut yang menutupi wajah Jeno.
"Kamu gak mau bujuk aku? Aku lagi ngambek loh." suara Jeno teredam oleh selimut namun masih bisa didengar Renjun dengan jelas.
"Kamunya aja kaya gini gimana aku bisa bujuk."
Hening. Jeno tidak merespon.
"Jenooo!"
"Oke besok kita makan di cafe itu. Aku yang traktir."
Tiba-tiba tangan Jeno keluar dari balik selimut, kemudian mengacungkan jari kelingking ke arah Renjun. "Janji?"
Renjun tersenyum, jari kelingkingnya dikaitkan pada jari kelingking Jeno. "Janji!"
Jeno keluar dari selimut. Badannya yang besar langsung menerjang Renjun dengan pelukan erat.
End.
Selamat pagi hehehe.
Semangat besok weekend!Semoga suka~
See you next chapter~
![](https://img.wattpad.com/cover/156697409-288-k1183.jpg)