Brak.
Suara benda jatuh yang cukup keras membuat beberapa member yang kebetulan sedang duduk santai di ruang tengah dorm menolehkan ke sumber suara.
Benda berbentuk persegi panjang itu sudah teronggok manis di atas lantai kayu dengan keadaan layar masih menyala.
Sang pelaku sepertinya tidak peduli dengan keadaan ponselnya, hal tersebut terbukti karena sang empunya justru sibuk dengan piring dan gelas yang digunakan para member untuk makan malam tadi.
Drrrt.. Drrrrt...
Hanya lirikan mata, tanpa niatan untuk mengangkat panggilan tersebut.
Masih dengan gelas di tangan, pemuda manis itu membiarkan ponselnya bergetar di atas lantai. Tidak peduli dengan penelepon yang sepertinya sudah tidak sabar karena sudah tiga kali panggilannya diabaikan.
Chenle mengerang pelan, menolehkan kepala ke arah dapur yang kebetulan berdekatan dengan ruang tengah, tempatnya kini. Suara deringan itu sukses memecah konsentrasinya untuk bermain game dengan Jisung.
"Ge, angkat telponmu. Berisik!"
Akhirnya suara Chenle mengalun indah memenuhi ruang tengah hingga dapur.
Dua detik.
Lima detik.
Sepuluh detik.
Tidak ada jawaban, yang masuk ke indera pendengarannya hanya dentingan piring dan deringan ponsel yang lagi-lagi berbunyi. Karena gemas sekaligus kesal akhirnya pemuda Zhong itu berdiri tadi duduknya kemudian berjalan dengan kaki dihentak menuju ponsel yang masih berdering.
Dirinya mendengus begitu melihat siapa gerangan yang menelepon gegenya itu terus menerus.
Sudah tertebak siapakah orang itu.
Si pemilik ponsel hanya melirik Chenle lalu kembali pada kegiatanny lagi, tanpa berniat mencegah ataupun menghalanginya.
"Ya hyung?"
Renjun -si pemilik ponsel melirik sekilas. Menghentikan kegiatannya yang sedang mengeringkan gelas dengan kain lap. Memasang telinga baik-baik.
Chenle sadar dengan hal itu, membuat bibirnya mendecih pelan.
Suara berat keluar dari ponsel yang tertempel di telinga kanannya. Mendengarkan dengan baik apa yang hyung nya katakan.
Satu anggukan menunjukkan tanda bahwa dia siap menjalankan perintah yang diberikan oleh si penelepon.
"Ya hyung, aku mengerti."
Setelahnya ponsel itu turun dari telinganya. Kepalanya berbalik guna melihat ekspresi wajah seperti apa yang ditunjukkan gegenya.
Tenang, tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tapi bukan Chenle namanya kalo tidak mengenali gelagat gege manisnya ini. Alis pemuda yang lebih tua itu sedikit terangkat, menandakan dirinya sedang berpikir -atau mungkin penasaran. Intinya seperti itu, menurutnya.
"Aku letakkan disini ya ge."
"Hmm."
Hanya gumaman yang menghantarkan Chenle meletakkan benda persegi itu di atas meja makan sebelum kembali ke tempatnya semula.
Lima belas menit kemudian pintu dorm terbuka, menampakkan sosok pemuda tampan dengan kaus tanpa lengan berwarna hitam.
Dua orang yang berada dekat pintu hanya melihatnya sekilas sebelum kembali sibuk pada ponsel di tangannya masing-masing."Sepi sekali." gumamnya.
Tas yang sedari tadi bergantung pada pundaknya, diletakan di sofa. Tungkainya melangkah menuju dapur yang berada di sebelah kanan ruang tengah. Menuju tempat seseorang yang sepertinya sedang merajuk saat ini.