Jarum jam menunjuk ke angka empat yang artinya sudah hampir tiga jam Renjun, Haechan, Jaemin dan Yangyang mengerjakan proyek tugas akhir semester ini. Barang berserakan dimana-mana, membuat apartemen Jaemin seperti tempat pengungsian korban bencana alam.
Renjun merenggangkan tubuhnya yang pegal. Kakinya kebas dan pantatnya terasa 'rata' akibat terlalu lama duduk. Matanya melirik ke arah Jaemin yang masih mengetik di atas tempat tidur.
"Na, jam 5 aku pulang ya. Mau jemput Jeno di bandara." Renjun meminta izin sang ketua kelompok untuk pulang lebih awal.
Jaemin menatap Renjun. Pemuda dengan rambut hitam legam itu mengangguk sambil tersenyum. Memperbolehkan Renjun untuk pulang dan menjemput kekasihnya.
"Sebelum pulang makan dulu, dari siang kita belum makan." usul Yangyang.
Ah benar juga, saking banyaknya yang harus dikerjakan mereka sampai lupa makan. Langsung saja Haechan membuka ponselnya untuk memilih makanan yang akan dipesan.
"Mau delivery apa?"
Haechan menatap tiga orang yang ada disana. "Ayam? Pizza?" tanyanya.
"Pizza. Kalau makan berat sekarang tanggung, bentar lagi udah jam makan malem." Jawaban Renjun disetujui oleh Jaemin dan Yangyang.
Sembari menunggu makanan datang mereka bertiga melanjutkan pekerjaan yang masih tersisa. Yangyang yang duduk di meja belajar Jaemin sudah meletakkan kepalanya di atas meja. Matanya terpejam karena lelah menatap layar laptop sejak tadi.
"Yangyang, tiduran sini kalo capek." Jaemin menepuk kasurnya. Langsung saja Yangyang merebahkan tubuhnya di kasur milik Jaemin. Renjun dan Haechan yang melihat Yangyang tertawa kecil.
"Ren, Jeno pulang hari ini?" tanya Haechan.
Renjun mengangguk, "Dia bilang jam 6 pesawatnya landing. Jadi aku harus kesana sebelum jam 6."
"Akhirnya gak LDR lagi." Goda Jaemin. Dia sudah lelah menghadapi Renjun yang terus merengek karena ditinggal Jeno ke US untuk menjenguk kakeknya.
Senyum malu-malu terbit di bibir Renjun. Setelah menunggu selama dua minggu, akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Jeno. Ini kali pertama mereka berjauhan lebih dari tiga hari dengan jarak yang bisa dibilang sangat jauh.
Sebuah rekor.
"Hehehe. Maaf ya kalo selama ini aku rewel." Renjun sadar kalo selama berjauhan dengan Jeno moodnya menjadi naik turun. Hal tersebut berimbas pada teman-temannya yang tak jarang mendapat omelan atau rengekan darinya.
"Wajar kok. Ini juga pertama kali kalian jauhan kan?" tanya Yangyang yang dijawab anggukan oleh Renjun.
"Iyalah. Biasanya mereka nempel terus kaya perangko." ini Haechan yang berbicara. Dihadiahi lemparan bolpoin oleh Renjun.
Ding dong!
"Ren, kamu yang buka."
Renjun yang sedang fokus mengetik langsung protes ketika Haechan menyuruhnya membuka pintu. "Lah kenapa aku?"
"Karna yang paling deket?" Yangyang menjawab.
Dengan ogah-ogahan Renjun bangkit lalu berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu apartemen Jaemin untuk mengambil pizza yang mereka pesan.
Ketika pintu dibuka Renjun melihat orang yang mengantar pizza menggunakan helm serta masker hitam yang menutupi seluruh wajahnya. Renjun menatapnya dengan waspada, takut-takut orang di depannya akan melakukan hal yang berbahaya.
Orang di depannya itu langsung mengangkat plastik besar berisi pizza lalu menyodorkan ke arah Renjun tanpa berbicara sama sekali. Dengan hati-hati Renjun mengambil plastik tersebut, "Terima kasih, ini uangnya." Kemudian memberikan dua lembar uang. Tapi bukannya menerima, pengantar pizza itu justru menggeleng.
Renjun mengernyit heran, "Kenapa menolak? Ini uang untuk membayar pizzanya."
Lagi-lagi pengantar pizza itu menggeleng. Dari pada buang-buang waktu, tangan Renjun yang masih memegang plastik langsung menarik tangan kanan si pengantar pizza. Tanpa sengaja matanya melihat sebuah cartier berwarna silver yang sangat familiar.
Walaupun si pengantar pizza menggunakan jaket dan sarung tangan tapi kilau cartier tersebut tertangkap oleh kedua mata Renjun. Pandangannya beralih dari tangan menuju wajah yang tertutup helm dengan kaca gelap.
Tangan Renjun terangkat untuk membuka kaca helm dengan perlahan. Persetan dengan sopan santun, Renjun sangat amat mengenali gelang yang dipakai orang didepannya.
Renjun tidak mungkin salah.
Ketika kaca helm terbuka, sepasang obsidian dengan alis tebal langsung menatap tepat pada kedua mata Renjun. Tangan yang Renjun gunakan untuk membuka kaca helm tadi bergetar.
"Jeno...?" panggilnya lirih.
Mata yang tadinya menatap dengan sorot tajam langsung berubah menjadi lengkungan sabit yang indah. Sebelah tangannya yang masih digenggam Renjun ditarik sehingga membuat tubuh Renjun menubruk badan tegap yang berbalut jaket kulit.
"Aku pulang." bisik Jeno di telinga Renjun yang mana membuat tangis Renjun pecah saat itu juga.
"BALIK KU US LAGI SANA GAUSAH PULANG!!"
End.
Selamat siang hehehe.
Tiba-tiba kepikiran waktu liat WGM SungJoy waktu Sungjae pura-pura jadi tukang delivery ayam ke ruang latihan RV😂Btw, percakapannya enak pake 'aku-kamu' atau 'lo-gue' ??
Semoga suka~
See you next chapter~