Secret Angel

1.9K 192 6
                                    

Langit sudah berubah menjadi gelap ketika pembawa acara mempersilakan penampil terakhir untuk naik ke atas panggung. Renjun selaku salah satu 'orang penting' acara tersebut menghela nafas lega sembari bertepuk tangan.

Acara serah terima jabatan sekaligus penyambutan anggota baru club seni sudah berjalan selama dua jam dan selama itu juga Renjun tak henti wara-wiri kesana kemari. Lumayan melelahkan tapi tidak apa, hitung-hitung sebagai bentuk persembahan terakhir Renjun dan teman-temannya sebagai pengurus club seni. 

"Kak Renjun, kakak disuruh makan sama Kak Yangyang." salah seorang adik tingkat membuyarkan lamunan Renjun.

Renjun mengangguk kemudian berucap terima kasih sebelum berjalan menuju salah satu ruang yang dijadikan ruang dadakan panitia. Di dalam ruangan terdapat Yangyang dan Ten yang sedang fokus dengan ponselnya masing-masing.

"Apa ini bagianku?" suara Renjun membuat dua orang itu langsung mengangkat kepalanya. Yangyang kemudian mengangguk, "Iya. Bawa satu lagi untuk Jeno kalo dia datang. Ada banyak sisa makanan sayang kalau tidak dihabiskan."

Ah benar, dimana Jeno? Dia berkata akan merampungkan rapat dulu sebelum kemari. Renjun mengecek ponselnya. Tidak ada pesan ataupun panggilan masuk dari Jeno, mungkin rapatnya belum selesai.

Renjun menyisikan dua box makanan untuk diletakan di dekat tasnya. Nanti akan ia makan bersama dengan Jeno atau kalau sudah terlalu malam mungkin akan dibawa pulang saja.

"Jeno belum selesai rapat?" tanya Ten.

Renjun menggeleng, "Belum kak. Mungkin sebentar lagi, biasanya selesai sekitar jam 7." Ten hanya ber-oh sebelum melanjutkan sketsa di iPad miliknya.

Renjun memutuskan untuk kembali ke tempat acara yang masih menampilkan band 'lokal' kampus. Tidak ada yang dilakukan selain diam memperhatikan Chenle yang tengah bernyanyi di atas panggung.

Suasana masih cukup ramai. Acara ini bersifat umum jadi semua mahasiswa boleh datang menyaksikan. Tempat diadakannya acara pun dibuat seperti galeri seni dimana terdapat banyak karya seni yang dipajang hal tersebut membuat mahasiswa yang lewat tertarik untuk melihat.

Renjun merasakan bahunya bersentuhan dengan—"Jeno?"

Senyuman secerah mentari milik Jeno terbit, hal tersebut membuat Renjun ikut mengembangkan senyum.

"Acaranya udah selesai?" tanya Jeno sambil matanya menatap kesana-kemari.

Renjun menggeleng, "Belum, ini tinggal penampilan band terus habis itu sambutan terakhir dan selesai."

Tangan Jeno naik menuju puncak kepala Renjun lalu mengusap rambutnya, "Kakak ketua hebat sekali. Terima kasih sudah memimpin club seni dengan baik selama setahun ini." ucap Jeno lembut.

Ucapan Jeno membuat mata Renjun kembali memanas. Sedari tadi entah kenapa Renjun rasanya ingin menangis, padahal ia hanya melepas jabatan bukan keluar dari club seni tapi ada sesuatu yang membuat matanya panas. Begitu banyak kenangan yang tercipta selama setahun kebelakang pengabdiannya sebagai ketua club seni.

Melihat Renjun yang ingin menangis membuat Jeno segera membawanya ke dalam pelukan, "Hey, jangan nangis. Nanti aku dikira yang bikin kamu nangis."

"Emang kamu yang bikin aku nangis." ucap Renjun sambil menyeka matanya. Jeno terkekeh lalu kembali mengusak rambut Renjun.

"Kamu belum makan kan? Ayo ke ruang panitia kita makan bareng."

Belum sempat menjawab, tangan Jeno sudah ditarik Renjun untuk dibawa ke ruang panitia. Jeno agak sungkan karena dia bukan anggota club seni apalagi panitia, apakah boleh masuk kesana?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kebiasaan Jeno ◆ NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang