"Renjun!"
Suara cempreng dari arah belakang membuat langkah kaki Renjun terhenti. Kepalanya menoleh kebelakang untuk melihat siapa gerangan yang memanggilnya sekeras itu.
Lee Haechan ternyata.
Pemuda dengan ransel berwarna hitam itu menubruk punggung Renjun lalu melingkarkan tangannya ke leher yg lebih kecil.
"Buru-buru amat bro kaya mau upacara."
Renjun mendengus, "Mau ke ruang dekan."
"Ngapain?"
"Ya ketemu dekan lah."
"Ada acara apa lo ketemu Pak Dekan?"
Haechan kepo banget kaya Dora, batin Renjun.
"Bukan gue sih tapi Jeno, gue mau nemenin Jeno ketemu dekan habis itu ke sekretariat prodi buat urus surat." Jelas Renjun.
Tangan Haechan yang melingkar di lehernya dilepas, "Gue duluan."
Setelah itu Renjun langsung melesat pergi.
"Gue baru tau kalo Renjun sebucin itu."
"Siapa yang bucin?"
Haechan berjengit kaget, matanya menatap nyalang pada Jaemin yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.
"Bisa gak sih kalo dateng ngasih salam dulu."
Jaemin meringis.
"Jawab pertanyaan gue, siapa yang bucin?"
"Renjun." jawab Haechan singkat.
"Jangan ngadi-ngadi, emang dia bucin sama siapa?"
Haechan berdecak kemudian tangannya merogoh ponsel yang ada di saku celana jeans yang dipakainya. Membuka galery kemudian menujukkan barang bukti yang didapatkannya semalam.
"Nih."
Mata Jaemin melotot.
"ITU JENO SAMA RENJUN??"
Haechan mengangguk anggun. Merasa bangga bisa membuat Jaemin terkaget-kaget seperti itu.
"Mereka ada hubungan ya?" tanya Jaemin lirih, takut ada orang yang mendengar.
"Kayanya gak mungkin, mereka kalo ketemu kan bawaannya berantem masa iya ternyata pacaran."
"Lo sama Lucas juga berantem terus kali."
"Yakan beda konteks." cibir Haechan.
Mereka berdua lalu terdiam, bergelut dengan pikiran masing-masing karena sebuah foto yang cukup mencengangkan.
"Kita harus sidang mereka berdua." Haechan berkata tiba-tiba setelah keterdiamannya.
"Setuju." balas Jaemin mantab.
👀
"Duduk!"
"Ngapain sih gue mau pulang!"
"Gue bilang duduk Huang Renjun. Lo juga Lee Jeno, duduk!"
Jeno terlalu malas berdebat karenanya dia langsung menuruti apa kata Haechan, berbeda dengan Renjun yang terus menerus menolak.
"Gue mau pulang, capek." kata Renjun lirih dirinya sudab cukup lelah hari ini.
"Yaudah makanya duduk. Gue cuma mau nanya doang."
Akhirnya Renjun duduk di sebelah Jeno yang terus menatapnya sedari tadi.
"Tanya apa buruan kasian Renjun." Gantian Jeno yang bersuara, dirinya tidak tega melihat wajah Renjun yang mulai pucat.
"Gue cuma mau tanya, kalian pacaran?" tanya Haechan yang diangguki Jaemin.
Oh iya, di tempat persidangan -alias kantin univ- pasangan Jaemin dan Mark turut hadir.
Mark hanya diam sedari tadi karena dia tidak tau duduk permasalahanya.
Disini dia hanya menunggu Jaemin yang sedang 'menyidang' Renjun dan Jeno.
Mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Haechan tidak hanya membuat Jeno dan Renjun saja yang kaget, tapi juga Mark. Dirinya yang sedang bermain ponsel seketika berhenti lalu memandang Haechan dengan tatapan penuh tanya.
Hening selama beberapa detik.
Haechan dan Jaemin sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban langsung dari kedua tersangka.
"Kita gak pacaran." Renjun bersuara, matanya menatap Haechan dan Jaemin bergantian.
"Iya kan, Jen?" kemudian matanya beralih pada Jeno.
Jeno mengangguk sebagai jawaban.
"Bener kata Renjun, kita gak pacaran."
Haechan dan Jaemin melongo sedangkan Mark kebingungan. Masih belum paham.
"Terus kalo gitu, ini maksudnya apa?"
Haechan menunjukkan barang bukti utama.
"Memangnya kenapa kalo gue sama Jeno pelukan? Lo kan juga sering peluk-peluk gue kan? Cium-cium juga." Renjun berkata enteng.
Haechan menepuk kening, "Tapikan beda Njun."
"Bedanya dimana? Kalian sama-sama temen gue. Jeno temen gue, lo temen gue Jaemin sama Mark juga. Jadi apa salahnya?"
Haechan terdiam, begitu pula dengan Jaemin. Tidak bisa membantah perkataan Renjun karena itu semua benar adanya.
Tapi mereka masih belum puas sebelum mendapat jawaban 'Ya' dari keduanya.
Tatapan Haechan beralih pada Jeno yang sedari tadi terdiam.
"Lo gak mau bilang sesuatu?" tanya Haechan.
"Harus bilang apa lagi? Renjun udah jelasin semua kan?"
Haechan menghembuskan napasnya.
"Oke kalo gitu sorry kalo gue nuduh kalian. Habis kalian aneh banget, waktu rapat adu bacot tapi selesai rapat malah peluk-pelukan. Siapa yang gak curiga."
Renjun merotasikan matanya malas.
"Lo kaya admin lambe turah tau gak sampe ngefoto gue sama Jeno diem-diem gitu."
Haechan meringis, "Ya maap namanya juga penasaran."
"Yaudah gue sama Jeno balik dulu. Bye!"
Selepas kepergian Renjun dan Jeno, ketiga orang disana sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
Perlahan-lahan Mark sudah mulai paham dengan kejadian barusan. Dirinya yang sedari tadi memilih tak banyak berkomentar diam-diam mengamati ekspresi dua orang yang baru saja pergi.
Menurut hasil pengamatannya, Jeno sebenarnya memiliki sesuatu yang ingin dikatakan namun pemuda itu mengurungkan niatnya. Dirinya memilih diam dan membiarkan Renjun mengatakan segalanya.
Entahlah Mark juga bingung. Dia tidak terlalu dekat dengan Jeno makanya dia tidak mengetahui apa-apa tentang koordiator perlapnya.
Mungkin lain kali dia harus mengajak Jeno makan bersama supaya menjadi akrab.
"Gue masih belum puas." kata Haechan.
Jaemin mengangguk, "Sama gue juga."
"Kita harus amati mereka mulai sekarang, pokoknya sebelum mereka ngaku kalo mereka beneran pacaran gue gak akan berhenti."
Mark bergidik mendengar perkataan Haechan.
Seram juga pacar Lucas Wong ini.
???
Aku jadi tertarik buat part dua karna banyak yg penasaran kelanjutannya hwhw. Padahal itu udah ending loh tapi kalo minta lanjut okedeh aku lanjut :))
Tapi aku belum yakin endingnya bakal kaya apa.
Semoga suka~
See you next chapter~