Siang yang terik tak membuat kedua pemuda dengan tinggi hampir serupa mengeluh. Keduanya sedari tadi mengitari halaman kampus untuk menghitung perkiraan besar panggung beserta stand-stand yang diperlukan untuk acara.
Sebelumnya mereka bertemu dengan pihak setting panggung untuk membahas beberapa hal.
Waktu menunjukan tepat pukul setengah dua siang. Dengan peluh membanjiri pelipis serta perut berbunyi nyaring membuat Mark berinisiatif mengajak Jeno makan siang di kantin universitas.
Setelah memesan dua porsi nasi goreng dan jus jeruk mereka memilih tempat duduk yang berhadapan dengan taman universitas yang cukup rimbun. Tempat yang nyaman untuk menyantap makanan.
"Jen." panggil Mark.
Jeno mengalihkan tatapan dari ponsel "Ya, Kak?"
"Panggil Mark juga gapapa kok, santai." ucap Mark sambil tersenyum.
Ini adalah salah satu cara Mark untuk mengakrabkan diri. Setelah berdinamika selama hampir satu bulan, Mark belum banyak berinteraksi dengan Jeno selain menanyakan progres divisi yang dipimpin oleh Jeno.
Dan hanya sekedar basa-basi.
"Oke Mark."
Makanan yang dipesan sudah berada di meja, tanpa menunggu lama keduanya segera menyantap guna mengisi perut yang sedari tadi meronta.
Tidak ada yang berbicara, keduanya terlalu menikmati lezatnya nasi goreng yang sedikit demi sedikit mengisi perut.
Syukurlah kenyang.
"Habis ini mau kemana Jen?" tanya Mark setelah menengguk habis jus jeruk miliknya.
Jeno menggeleng, "Gak kemana-mana paling sejam lagi jemput Renjun di perpustakaan."
Mark mengangguk.
Renjun ya, hmmm. Mark jadi teringat kejadian tempo hari dimana Jaemin dan Haechan yang melakukan sidang dadakan di tempat mereka makan sekarang.
"Lo...deket banget ya sama Renjun?" tanya Mark hati-hati, takut membuat Jeno merasa tak nyaman.
Bukannya tersinggung atau merasa terganggu dengan pertanyaan Mark, Jeno justru terkekeh.
"Keliatan banget ya?"
Mark juga ikut tertawa. "Gue gak begitu merhatiin sebenernya cuma karena kejadian kemarin gue jadi sedikit kepo."
Jeno meletakkan ponselnya kemudian menatap Mark yang sedang menatapnya dengan tatapan ingin tau.
"Gimana ya, gue juga bingung sebenernya. Dibilang deket ya deket dibilang enggak tapi nyatanya deket." Jeno berkata sambil menatap pada tautan jemari tangannya.
"Lo sama dia terjebak friendzone?"
Lagi-lagi Jeno menggeleng.
"Mungkin lebih? Entahlah, gue juga bingung sama hubungan gue sama Renjun."
Mark menganggukkan kepala.
Ternyata rumit juga hubungan mereka berdua.
"Tapi lo sayang sama Renjun?"
Dan Jeno hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman.
👀
"Hari ini dianter sama Kak Jeno lagi?"
Renjun menggumam sebagai jawaban, dirinya terlalu malas membuka mulut untuk menjawab pertanyaan adiknya yang sudah tau apa jawabannya.
"Kalian berantem?" tanya Chenle lagi.
"Enggak."
Chenle memandang kakaknya lamat. Tidak mungkin tidak terjadi apa-apa antara kakaknya dan Jeno. Sejak memasuki rumah wajah kakaknya terlihat murung.
"Cerita aja kali kak, kaya biasanya gak pernah cerita." desak Chenle.
Renjun menghembuskan napasnya.
"Dia ngomong itu lagi Le." ujar Renjun pelan.
Chenle membawa kakaknya pada sebuah pelukan hangat. Mengusap lembut bahu sempit Renjun yang dilapisi sweater lembut.
"Dan jawaban kakak tetep sama?"
Renjun mengangguk.
"Kakak gamau coba?"
Kali ini Renjun menggeleng.
"Belum siap Le dan gak tau kapan akan siap." jawab Renjun.
Melepas pelukan Chenle untuk kemudian duduk berhadapan dengan adiknya.
"Aku berulang kali ngeyakinin diri buat mencoba, tapi rasanya susah." suaranya mengecil di akhir.
"Sebenernya aku udah capek kaya gini. Aku merasa jadi orang paling jahat dan paling egois karena udah berulang kali bikin dia sakit hati. Setiap dia menyinggung hal itu rasanya aku ingin pergi sejauh mungkin karna gak mau nyakitin dia lebih dalem lagi."
Setetes air mata akhirnya jatuh.
Chenle paham, sangat paham apa yang dirasakan kakaknya. Tapi dia tidak tau harus berbuat apa selain menarik tubuh kurus Renjun kembali ke dalam pelukannya. Dirinya tidak tega melihat kakaknya menangis seperti ini.
"Iya kak gapapa. Gak usah dipaksa kalau kakak merasa berat." bisik Chenle lembut di telinga Renjun.
"Sekarang kakak tidur ya, aku temenin."
Renjun mengangguk. Dengan lembut Chenle menarik tubuh kakaknya untuk berbaring di ranjang.
"Selamat tidur Kak Renjun."
???
Kenapa mellow sih:(
Ini endingnya mau gimana hshshshhsSemoga suka~
See you next chapter~
![](https://img.wattpad.com/cover/156697409-288-k1183.jpg)