Persiapan untuk tampil sudah selesai, semua member Dream sudah siap dengan outfit yang akan digunakan serta properti seperti mikrofon dan in-ear monitor yang telah terpasang.
Sembari menunggu waktu naik ke atas panggung, mereka berlatih beberapa part pada lagu yang akan dinyanyikan nanti.
"Bisakah kau merapikan kerah belakangku?" Jeno bertanya pada Renjun yang tengah mendengarkan lagu yang akan dibawakan mereka nanti melalui ponsel.
Atensi Renjun beralih dari ponsel ke arah Jeno yang sedang kesulitan merapikan kerah jas hitam yang dipakainya. Tanpa banyak bertanya Renjun langsung melakukan apa yang Jeno pinta dengan diam.
"Sudah selesai."
Jeno berbalik saat tangan Renjun sudah tidak berada di kerah jas yang dikenakannya. Kemudian menatap wajah kekasihnya yang terlihat semakin cantik karena make up.
Senyuman Jeno berikan sebagai tanda terima kasih lalu mengusap lembut rambut Renjun. Namun si empunya tidak terlalu memperdulikan karena masih sibuk mendengarkan lagu yang keluar dari ponselnya.
"Suaramu sudah stabil, tidak perlu berlatih terlalu keras."
Renjun menatap Jeno dengan bibir cemberut. Membuat wajahnya berkali lipat lebih menggemaskan bagi Jeno. Untung di sini banyak orang coba kalau tidak, pasti sudah Jeno kecup.
"Aku khawatir Jeno-ya." Renjun merengek.
Ah, Jeno kangen rengekan Renjun. Wajah kekasihnya itu kini sedang dalam mode menggemaskan. Alis yang terangkat ke atas, bibir mengerucut kecil dan jangan lupakan dahinya yang mengerut lucu.
Jeno menangkup wajah Renjun menggunakan tangan besarnya, menggerakannya ke kanan dan ke kiri sambil bergumam 'kiyowo' berulang kali.
Untung Renjun tidak mengamuk Jeno begitukan, biasanya kekasih mungilnya ini langsung mencubit Jeno keras-keras. Bibir Jeno rasanya gatal ingin mencium bibir tipis yang masih betah mengerucut itu, tapi sebisa mungkin ia tahan.
"Apa yang kau khawatirkan hm? Suaramu sudah bagus baobei, aku seperti mendengar nyanyian malaikat."
Bola mata Renjun berputar malas mendengar kata-kata gembel Jeno. Tapi pipinya tetap bersemu.
"Anak-anak, waktunya berpindah ke backstage."
Suara sang manager mengalihkan perhatian mereka dari kegiatan masing-masing. Mereka semua lantas berpindah dari ruang tunggu menuju backstage. Renjun segera melepaskan diri dari Jeno dan berlari ke arah Jaemin yang sudah memberikan tangannya minta digandeng.
Jaemin kangen digandeng sepertinya.
Jarak antara ruang tunggu menuju backstage lumayan jauh, jadi mereka harus berjalan kira-kira sepuluh menit. Selama perjalanan Renjun dan Chenle tak hentinya bernyanyi random, terkadang Jisung juga ikut.
"Hyung, apakah aku boleh meminta kopi?" Renjun menghentikan langkahnya, membuat manager hyung yang berada beberapa meter di belakangnya berhenti.
Kening manager hyung mengernyit.
Tumben Renjun meminta kopi, pikirnya.Seperti mengerti apa yang dipikirkan managernya, Renjun melanjutkan "Aku sedikit mengantuk hyung hehe."
"Baiklah, nanti aku pesankan. Mau seperti milik Jaemin?" tanya manager hyung.
Renjun langsung menggeleng dengan keras. Menolak perkataan managernya. Renjun masih sayang dengan lidahnya, tidak mau meminum kopi seperti milik Jaemin. Cukup sekali dan Renjun tidak mau mencoba lagi.
"Aku mau coffee latte saja hyung."
Manager hyung mengangguk, membuat Renjun tersenyum lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertinggal.