Ice

3.1K 303 19
                                    

Jeno menolehkan kepala ketika Mark memanggilnya dari luar ruang ganti. Dengan segera ia melepas body pad dan perlengkapan keamanan lain yang masih melekat di tubuhnya. Setelahnya menyimpan di lemari khusus lalu meraih selembar kaos hitam dari dalam tas.

Sayup-sayup dirinya mendengar suara Mark dan juga teman-teman teamnya sedang tertawa. Membuat Jeno dengan cepat merapihkan barang bawaannya untuk segera menyusul.

"Kenapa lama? Kasian pacarmu harus menunggu." Kata Mark.

Dan benar ditengah kerumunan ada seorang pemuda mungil tengah tersenyum ke arahnya.

Langkahnya mendekat membuat Yangyang dan Haechan otomatis memberinya jalan supaya ia dapat menghampiri pacarnya.

"Katanya latihanmu selesai jam 5."

Renjun mengangguk kemudian menggeleng, "Pelatih Kim menghentikan latihannya mendadak katanya ada urusan penting jadinya selesai lebih awal."

Jeno menganggukan kepalanya.

"Kami duluan ya, tidak mau jadi obat nyamuk disini." Celetuk Haechan yang diangguki Yangyang dan Mark.

"Jeno, Renjun kami duluan!" Ketiga teman team Jeno berlalu meninggalkan mereka berdua. Menyisakan Jeno dan Renjun yang masih berdiri berhadapan.

Jeno meraih tangan Renjun untuk digengam. "Mau pulang atau...?"

Renjun berpikir sejenak. Jam masih menunjukan pukul lima sore, masih terlalu awal untuk pulang ke rumah. Matanya melirik ke ruang tempat latihan Jeno yang pintunya masih terbuka.

"Jeno."

"Hm?"

Telunjuk Renjun menunjuk pintu ruangan itu, "Ruangannya masih dibuka?"

Jeno mengangguk.

"Boleh main disana sebentar? Aku belum mau pulang." pinta Renjun dengan suara lirih.

Jeno terdiam sebentar membuat Renjun gugup. Tanpa sadar ia menggigit bibirnya sendiri menanti jawaban Jeno.

"Baiklah. Tapi jangan lama-lama nanti kamu dicari mama."

Kaki Renjun menghentak-hentak kecil tanda kegirangan karena permintaannya dikabulkan. Tanpa menunggu lebih lama Renjun menarik tangan Jeno untuk masuk kesana. Mendudukan dirinya dan Jeno di bangku yang ada untuk berganti sepatu.

Renjun mengeluarkan sepatu miliknya dari dalam tas lalu dengan cekatan mengganti bootsnya dengan sepatu itu. Begitu pula dengan Jeno. Dia membuka lokernya untuk mengambil sepatunya yang berwarna hitam.

"Hati-hati." Jeno menggandeng tangan Renjun untuk berjalan menuju lapangan es, tempat Jeno biasanya berlatih.

Ya, Jeno adalah anggota club ice hockey dan termasuk jajaran pemain yang cukup disegani lawan.

Setelah keduanya sudah berada di atas es, Jeno melepas genggaman tangannya. Pacar mungilnya itu langsung meluncur dengan gerakan yang anggun. Kakinya yang jenjang melangkah dengan elok diatas es yang berkilau. Membuat putaran yang terlihat rumit namun selalu indah dalam pandangan Jeno.

Huang Renjun, figure skating kebanggan universitas.

Dengan perlahan Jeno menghampiri Renjun yang kini sudah berada di tengah lapangan. Mendekat pada sosok mungil yang baru saja melakukan putaran terakhirnya.

Hup!

Pinggang ramping itu sudah berada dalam kungkungan tangan besar Jeno. Wajah mereka berhadapan. Sangat dekat.

"Gerakanmu selalu indah."

Renjun tersipu mendengar pujian yang keluar dari bibir Jeno. "Terima kasih." Jawabnya.

Jeno mengeratkan tangannya yang merengkuh pinggang Renjun, membawa tubuh mungil kekasihnya bergerak dengan lembut. Seperti berdansa namun mereka melakukannya di atas es.

Tatapan keduanya masih terjalin.

"Sebenernya udah lama aku mau kaya gini. Tapi kamu sibuk."

Renjun mengeluarkan isi hatinya. Tangannya yang berada di pundak Jeno meremat kecil hoodie yang dipakai Jeno. Menyalurkan keinginan kecil yang selama ini terpendam di hatinya.

Sebuah kecupan mendarat di kening Renjun.

"Maaf mengabaikanmu." Sesal Jeno. "Pertandingan kemarin membutuhkan latihan lebih karena lawannya cukup berat."

"Aku rela diabaikan kalau pacarku yang tampan ini selalu berhasil membawa piala." Kata Renjun sambil menggesek hidungnya ke hidung bangir Jeno.

Hati Jeno menghangat.

Suhu dingin tak lagi berarti karena mataharinya selalu berhasil menghangatkan hanya dengan senyuman dan sentuhan sehangat matahari pagi.

"Saranghae, Huang Renjun."

"Wo ye ai ni, Lee Jeno."

Pernyataan cinta itu diakhiri dengan sebuah pagutan manis yang membawa kehangatan bagi keduanya di penghujung hari.

End.


Terinspirasi dari teaser 90s love.

JENO GANTENG BANGEEEET ASGDHAKSFBAKFJB

Selain itu aku juga keinget satu fanart ini dan gatel banget pengen bikin oneshootnya

Selain itu aku juga keinget satu fanart ini dan gatel banget pengen bikin oneshootnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga suka~

See you next chapter~

Kebiasaan Jeno ◆ NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang