Tidak ada yang lebih membahagiakan selain bertambahnya usia dengan banyak limpahan doa dan kasih sayang yang tulus, itulah yang dirasakan Huang Renjun. Salah satu main vocal NCT Dream itu kini genap berusia dua puluh tahun –umur Korea dimana dirinya kini sudah memasuki usia yang sudah dianggap dewasa.
Tidak banyak yang diminta Renjun di usianya yang sudah meninggalkan angka belasan ini, dirinya hanya meminta diberikan kesehatan serta kebahagiaan. Tidak menginginkan apapun lagi, karena apa yang diinginkannya sudah berada di genggamannya –untuk saat ini.
Impiannya menjadi idol sudah tercapai, orang tuanya selalu diberikan kesehatan, banyaknya limpahan kasih sayang dari hyung serta dongsaengnya serta fans yang selalu ada untuk mendukungnya.
Serta seseorang yang selalu setia menggenggam tangannya.
Tanpa adanya orang-orang yang selalu mendukung di balik punggungnya, tidak akan ada sosok Huang Renjun seperti saat ini.
Senyuman tak hentinya mengembang dari bibir tipis Renjun hari ini, hal tersebut menular kepada Jeno.
Bertambahnya usia sang pujaan hati membuat Jeno merasakan kebahagiaan juga karena itu artinya Tuhan masih menyayangi kekasihnya ini sehingga diberi umur dan kesehatan serta kebahagiaan hingga kini.
"Bisakah kau berhenti tersenyum satu detik? Jantungku lelah berdegup kencang hanya karena melihat senyumanmu." Perkataan Jeno hanya dibalas pukulan ringan di bahu.
Senyuman itu kini berubah menjadi kerucutan lucu yang entah kenapa semakin menambah daya tarik seorang Huang Renjun.
"Aku sedang bahagia Jeno, memangnya tidak boleh jika seseorang sedang bahagia tersenyum."
Jeno mengacak rambut Renjun gemas. Tidak tahan dengan si manis Huang yang setiap saat selalu berhasil membuatnya semakin jatuh.
"Boleh saja, asalkan senyuman itu hanya untukku."
Renjun memutar matanya malas. Sejak kapan kekasihnya itu berubah menjadi perayu ulung, ugh jujur saja Renjun rasanya geli mendengar kata-kata manis keluar dari bibir Jeno.
"Jen, sepertinya kau harus berhenti bergaul dengan Yuta hyung dan Johnny hyung, rayuanmu semakin lama semakin mengerikan."
Bukannya tersinggung dikatai demikian Jeno justru tertawa dan merangkul pundak Renjun.
"Kalau rayuanku mengerikan tidak mungkin pipimu memerah seperti ini, sayang." Jeno menekan pipi bersemu Renjun dengan jari terlunjuknya.
Renjun tidak memungkiri jika kata-kata manis Jeno berhasil membuat darahnya berdersir hingga membuahkan semburat kemerahan di wajahnya.
"A-aku tidak." Elak Renjun. Disingkirkannya jari telunjuk Jeno dari pipinya lalu menggenggamnya.
Hening menyelimuti mereka. Renjun sibuk dengan jemari Jeno yang dimainkan oleh kedua tangan mungilnya sedangkan Jeno sibuk mengecupi surai lembut Renjun yang mengeluarkan aroma manis yang menenangkan.
Mereka berdua sedang berada di rooftop dorm mereka. Setelah kembali dari gedung Sment sehabis merayakan ulang tahun Renjun, Jeno segera mengajak kekasih manisnya ke rooftop yang awalnya ditolak Renjun karena angin yang berhembus kencang.
Namun dengan janji Jeno akan memeluknya saat mereka berada di rooftop, membuat Renjun mengiyakan ajakan sang visual Dreamies itu.
Dan disinilah mereka, duduk beralaskan karpet kecil yang dibawa Jeno dengan selimut membungkus tubuh keduanya yang sedang berbagi pelukan hangat.
Renjun meletakkan kepalanya di pundak Jeno yang mana menjadi tempat favoritnya saat dirinya sedang lelah.
"Terima kasih Jeno." Renjun menghentikan pergerakan tangannya yang memainkan jemari Jeno lalu menatap tepat di kedua iris kelam sang visual.