e p i s o d e - 5 0

459 64 7
                                    

Samar-samar aku mendengar suara yang tak asing dari telingaku, suara itu semakin dekat dan aku juga dapat mendengar suara yang memanggil-manggil namaku. Aku mencoba membuka mataku, terasa sangat sulit dan sedikit sakit tapi aku tetap mencobanya. Awalnya aku hanya melihat langit-langit bangunan yang sangat buram dan sedikit cahaya silau dari lampu. "Yeoreum siuman" ucap Sunoo "Yeoreum, ini ibu bangunlah" ucap Ibu. Pandanganku semakin lama semakin jelas dan aku bisa melihat ibu bersama Sunoo yang sedang menangis. "Ibu kenapa?" tanyaku dengan suara yang sangat kecil "Ibu tidak apa-apa, syukurlah kau sudah sadar" ucap ibu. "Sunoo? bukannya kau akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi di Amerika?" tanyaku "Aku segera kesini setelah selesai mengikuti ujiannya" jawab Sunoo. 

"Heeseung dimana? aku harus minta maaf dengannya, aku tidak menepati janji padanya" ucapku, aku ingat kalau saat itu aku ada janji untuk pergi bersama Heeseung. "Heeseung? dia pasti akan menjengukmu juga" ucap ibu. Sebenarnya aku belum diberitahu bahwa kecelakaan itu membuatku kehilangan penglihatan dan ibu juga sengaja menutupi kondisinya Heeseung dariku. Setelah operasi, Kondisi Heeseung sangat menurun dan mengkhawatirkan.

Aku selalu menunggu Heeseung datang menjengukku sampai ke esokkan harinya Niki pun datang menjengukku dengan berpakaian serba gelap. "Niki? apa kau datang bersama Heeseung?" tanyaku, Niki menunduk dan sedikit menangis. "Ke-kenapa kau menangis? aku tidak apa-apa kok? aku hanya bertanya Heeseung" ucapku "Kak Heeseung tidak akan kesini, putarlah ini" Niki memberiku ponselnya dan menyuruhku untuk memutar video yang ada di ponselnya "Video apa ini?" tanyaku. Aku pun memutar video rekaman itu, ternyata itu video rekaman dari Heeseung "Oh ini Heeseung, pasti dia ke luar negri lagi makanya dia tidak bisa menjengukku kan?" tanyaku "Tonton saja video itu" ucap Niki dengan menahan tangisannya. 

"Halo Yang Yeoreum, kau sedang menonton ini kan?. Aku merekam ini sehari sebelum kau dapat melihat kembali, kau sudah tidak sabar bukan?. Mungkin saat kau bangun nanti, aku sudah tidak dapat bertemu denganmu lagi. Sejujurnya aku berbohong padamu tentang penyakitku yang sudah pulih, saat itu kondisiku sudah melemah dan dokter bahkan menyatakan bahwa aku tidak akan hidup lama lagi. Bagaimana penglihatanmu? aku merawat mataku dengan baik kan?. Aku senang kau dapat melihat wajahku terakhir kali, walau hanya lewat video rekaman ini. Maaf aku belum mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung padamu, maaf aku juga belum memberimu hadiah mahal seperti yang Sunoo berikan untukmu. Maaf juga aku berbohong tentang kondisiku, aku hanya ingin kau tidak mengkhawatirkanku. Ada satu hal yang paling ku sesali saat ini, aku tidak bisa menjawab ungkapanmu saat itu secara langsung padamu. Aku menyukaimu, pasti saat itu kau berpikir bahwa aku akan menolakmu bukan?. Yeoreum, tolong jaga dengan baik mataku. Aku sangat ingin kau mencapai impianmu untuk menjadi seorang pelukis terkenal. Tolong ikhlaskan kepergianku dan jangan berlarut dalam kesedihan karena itu membuatku tidak tenang. Jangan lupakan aku, aku sangat sedih bahkan jika kau hanya melupakan tanggal lahirku saja. Baiklah, aku pergi ya. Selamat tinggal Yang Yeoreum tersayangku" itulah yang diucapkan Heeseung di video singkat yang di rekamnya itu.

Air mataku tak lagi tertahan olehku, aku menangis tersedu-sedu setelah melihat video itu. "Ini tidak nyatakan? aku hanya bermimpi kan?" tanyaku "Kak Yeoreum, ikhlaskan saja kak Heeseung" ucap Niki. Niki juga ikut menangis karena melihatku menangis. "Dia baru saja dimakamkan tadi pagi" ucap Niki. "Aku berjanji, aku akan mengantarmu ke pemakaman kak Heeseung saat kau pulih nanti" ucap Niki.

■□■□■

Beberapa hari kemudian pun aku dinyatakan sudah pulih dan diperbolehkan pulang kerumah. Aku sangat senang dan langsung menagih janji Niki padaku saat itu. Dan kami berdua pun mengunjungi pemakaman Heeseung.

"Heeseung, apa kabar? lihatlah aku sudah pulih. Aku sudah melihat videomu itu juga, kau sudah memberiku hadiah paling mahal Heeseung. Terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk mencapai impianku. Aku berjanji akan menjaga matamu ini dengan baik. Aku juga sangat senang bahwa ternyata kau juga menyukaiku. Aku akan sering berkunjung kesini Heeseung tenanglah. Aku sangat merindukanmu, jika kau merindukanku juga datanglah ke mimpiku. Aku tak menyangka bahwa pertemuan kita akan sesingkat ini. Aku ingin berterimakasih secara langsung denganmu, namun itu tidak mungkin. Aku juga menyesal menganggapmu akan menolakku saat itu, andai saja aku membiarkanmu menjawab langsung saat itu. Aku akan coba untuk ikhlas dengan kepergianmu agar kau juga bisa tenang Heeseung" lagi-lagi aku menangis untungnya ada Niki yang menenangkanku.

■□■□■

Beberapa tahun kemudian...

Aku berada di restauran mewah di Amerika bersama Sunoo sekarang dan ini adalah hari ulang tahunku yang ke dua puluh tiga tahun. Ya, kami disini untuk merayakan hari ulang tahunku sekaligus mengenang Heeseung. Kini hampir mencapai impianku untuk menjadi pelukis terkenal itu.

"Yeoreum, apa kau masih menyimpan cincin yang ku berikan beberapa tahun yang lalu?" tanya Sunoo "Masih, aku selalu menyimpannya di kotak ini" ucapku "Apa aku boleh memintanya lagi?" tanya Sunoo "Apa-apaan kau ini" ucapku "Kembalikanlah padaku, aku akan menukarnya dengan yang lebih bagus" ucap Sunoo "Benarkah?" tanyaku lalu aku memberikan kotak yang berisi cincin itu.

Sunoo mengambil kotak itu lalu menukarnya dengan kotak yang lebih kecil lagi namun terlihat lebih mewah. "Bukalah, itu gantinya" ucap Sunoo "Wah! Bagus sekali" aku terpukau dengan cincin pengganti yang sangat indah itu. "Yeoreum, apa kau mau menjalani hubungan yang lebih serius denganku?" tanya Sunoo "Tapi Sunoo, kau tau sendiri kalau aku masih sering mengingat Heeseung" ucapku "Aku bisa memakluminya" balas Sunoo.

Tiba-tiba seorang pelayang datang mengantar sebuah cake pada kami, padahal kami tidak pernah memesan itu. "Apa ini? Sepertinya kau salah meja" ucapku, pelayan memakai topi dan hanya menunduk. "Mungkin kau salah mengantar pesanan" ucap Sunoo. Pelayan itu tetap meletakkan cake itu diatas meja "Tapi kami benar-benar tidak memesan ini" ucapku. "Selamat ulang tahun Yang Yeoreum" ucap pelayan itu "Bagaimana kau bisa tau?" tanyaku. Suara pelayan itu tidak asing bagiku "Heeseung?".

Pelayan itu membuka topinya "B-bagaimana bisa?" aku sangat kebingungan karena orang yang beberapa tahun sudah meninggal kini malah berada di depan mataku. "Ceritanya sangat panjang Yeoreum, apa kabar?" tanya Heeseung. Wajahnya tidak banyak berubah dari Heeseung yang ku kenal dulu. Aku memeluk pelayan yang mengaku sebagai Heeseung itu "Kau benar-benar Heeseung kan?" tanyaku sambil menangis "Roti kacang merah dan warung tteokbokki di dekat tempatku berlatih, bukankah itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa aku Heeseung?" tanyanya.

Aku sangat kebingungan apa yang sebenarnya terjadi namun aku semakin yakin bahwa orang yang tiba-tiba muncul sebagai pelayan restoran itu benar-benar Heeseung.

dear my boy▪lee heeseung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang