Part 3 : Never try to getting in, or ...

1.5K 58 0
                                    

Ariana POV

Sialan....

Apa yang Denis lakukan ditempat ini?, aku harus bagaimana?, maksudku lihat keadaan disekitar sekarang. Aku muak dengan bau alkohol ini, kepulan asap rokok dimana-mana. Tempat ini bagai neraka, tapi hanya inilah satu-satunya jalanku. Dan pria ini sedang dalam proses menghancurkan jalanku, Oh Tuhan... apa aku sedang menyalahkannya?, ini seharusnya berjalan dengan lancar. Dia pria lucu yang kusukai kurang dari dua puluh empat jam yang lalu, datang seperti Ksatria gagal dengan pengakuannya yang mengejutkan. Mendapatkan pukulan dari para bajingan yang sebenarnya sudah sering mengacau di tempat ini. Asal tahu saja, kelima orang ini telah mendapat perhatian khusus dari Pique, pemilik bar karena seringnya keonaran yang mereka lakukan.

Pria malang yang terkapar tepat di hadapanku, Jo; si bodyguard tidak perlu bantuan siapapun untuk memapahnya bangkit dari lantai. Andai itu bukan Denis, aku takkan mau bersusah payah mengekor si body guard terseram versiku ini. Dari punggung saja, aku dapat merasakan kesakitan Denis akibat ulah para bajingan itu terhadapnya, kakinya memang masih mampu menapak di lantai walau tak sempurna, kenyataannya memang ia mampu berjalan karena bantuan Jo.

" Hey... kau mau kemana ?." Jo yang menyadari keberadaanku terlihat tidak suka aku mengikutinya.

" Dia temanku. Aku akan panggilkan taksi untuknya." Jawabku takut-takut.

" Baiklah." Sahut Jo, tanpa aba-aba dia langsung menyerahkan tubuh Denis kepadaku. Ughh... shit, dia berat sekali. Namun apa yang bisa kulakukan, Jo sudah memutuskan untuk kembali masuk ke dalam bar.

Susah payah aku memapah tubuh Denis menuju jalan utama dengan tenaga yang aku miliki, mungkin setelah ini aku juga butuh perawatan di rumah sakit. Dan bagus sekali, tak ada taksi yang langsung datang ke arahku. Aku menyerah... Denis kududukkan di trotoar dan menyandarkan kepalanya ke bahuku.

" Apa yang kau lakukan disini Denis?." Bertanya kepada pria tak sadar ini mungkin takkan memberiku jawaban apa-apa. Tanpa sadar aku menertawakan apa yang telah terjadi terhitung sejak saat tadi siang bertemu dengannya, bicara sebentar, berpisah, dan tahu-tahu dia mendatangiku ke bar dan bertindak patriotik lalu berakhir seperti seorang pengecut.

Aku mungkin memang mengharapkan akan ada interaksi lebih yang terjadi diantara kami berdua setelah pertemuan tadi siang, tapi tidak secepat ini, tidak pula dengan keadaan yang kacau seperti sekarang. Dia adalah satu-satunya pria yang mencoba datang ke hidupku setelah lebih dari empat bulan aku berpikir untuk berjalan sendiri. Tidak bisa kupungkiri, aku memang menyukai pria ini saat pertama kali melihatnya.

" Taksi." Terimakasih tuhan. Benda beroda empat itu cepat-cepat menepi menghampiri kami. Dan tak perlu diminta, sang supir taksi dengan suka rela membantuku membopong Denis masuk ke dalam mobil.

" Antarkan dia ke asrama putra Universitas. Seseorang disana pasti mengenali pria ini." Kataku sambil menyerahkan beberapa lembar uang kepadanya.

Yah... well, aku mungkin memang harus sedikit berkorban finansial karena keadaan yang sekarang.

......

Aku kembali masuk ke bar, meyakinkan diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Terlebih aku sangat berharap bahwa Pique sama sekali tidak ada di tempat; apalagi mengetahui kejadian ini. Dia tidak boleh mendapatiku melakukan kesalahan, maksudku aku sudah beberapa kali merusak reputasiku sendiri dihadapannya, sementara untuk masuk ke tempat ini aku sudah mempertaruhkan pertemananku dengan Shakira, kekasih Pique dan juga harus meminjam nama Joseph; ayahku yang juga bekerja di tempat ini sebagai Penjaga bar.

Dua kali aku melihat ke cermin yang ada di belakang Martin, si bartender, memastikan bahwa penampilanku masih sama dengan aku sebelum kejadian memalukan tadi.

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang