Ariana POV
Butuh beberapa saat untuk mengendalikan keadaan−maksudku mengapresiasi semua ucapan selamat yang diberikan kepadaku. Bahkan aku sempat menangkap tatapan terkejut Nyonya Suarez saat ia menyalamiku. Tapi itu tak berlangsung lama, aku tak ingin melihat wanita itu terlihat malu sekarang. Yang kuinginkan hanyalah bertemu Neymar dan memastikan bahwa dia baik-baik saja. Ya Tuhaaannn... Ariana, sepertinya kau lupa siapa Neymar yang sebenarnya, dia bahkan lebih kuat dari yang kau bayangkan.
Sekarang siapa yang bertingkah seperti Cinderella?, maksudku apa ini dongeng modern?, seorang puteri yang sekarang mencari pangerannya. Langkah kakiku seperti membawa ke tempat yang sama−tempat tanpa Neymar. Aku melihat banyak ruangan dan melewati puluhan lorong sendirian dengan harapan akan bertemu kekasihku. Kenapa dia menghilang?, apa dia tidak suka dengan caraku?, aku bisa mengganti sesuai dengan keinginannya jika dia mau.
Terimakasih Tuhan...Neymar ada di sana.
Di taman Sabatini, wow aku pernah membaca tentang taman ini di internet. Hanya keluarga kerajaan yang boleh memasuki kawasan ini, dan saat aku tur sekolah pun tempat ini tidak ada dalam daftar kunjungan. Aku dengar taman ini dulu adalah tempat Pangeran Felipe dan istrinya bertunangan. Jujur aku sedikit tersanjung−jika ini memang dia rencanakan, dari ratusan sudut di istana, ia memilih tempat ini untuk menungguku.
" Kenapa kau ada di luar?" Aku berhenti sejenak sebelum benar-benar mendekat padanya. Aku memperhatikan Neymar dan seringaiannya yang samar; lampu taman tak membantu banyak untuk melihat pria itu sepenuhnya. Tapi beberapa saat kebersamaan kami, itu cukup memberiku pengetahuan tentang bagaimana dia yang sebenarnya.
" Aku tidak suka tempat ramai." Aku dapat merasakan bagaimana Neymar mengucapkannya. Tanpa beban... dan terdengar seperti rasa bahagia.
Aku memeluknya sekali lagi. Pelukan yang kurasa berbeda dari yang pernah kami lakukan sebelumnya, sebuah pelukan yang tidak mengikat−aku takkan mengatakan "Demi Tuhan aku tidak mau pelukan ini berakhir", hanya saja... suasana hatiku benar-benar baik saat ini. Jadi aku masih ingin berlama-lama dengan keadaan seperti ini bersama Neymar. Menyelesaikan semuanya dengan sempurna dan melihat Neymar hingga akhir−menunggu untuk ku peluk, ini lebih dari apapun. Inilah yang aku inginkan.
" Terimakasih telah bersamaku selama ini Ney." Aku memejamkan mata dan mempererat pelukanku. Aku seperti merasakan aliran-aliran kebahagian yang tersalur pada pria itu lewat pelukan ini.
" Yes Ariana, you did a great job." Neymar membalas pelukanku. Malam ini akan terasa panjang dan menyenangkan.
......
" Ariana...senang rasanya bisa melihatmu lagi." Ella dan Melissa memelukku bergantian. Ah... dua gadis ini tidak berubah sama sekali. Mereka tetap menjadi biang keributan di antara para pria.
" Baiklah ladies... kita rayakan kembalinya Ariana dengan ini." Alves datang dengan beberapa botol bir yang ia letakkan di atas meja. Pria itu sengaja mengambil satu botol dan membuka tutupnya untukku.
" Terimakasih." Kataku sambil tersenyum. Aku melirik keadaan di sekitar. Wow... sepertinya arena akan menjadi tempat bersenang-senang bagi para pria ini. Dan entahlah... aku seperti melihat tumpukan bir dimana-mana.
" Uhmm... maafkan aku. Tapi aku tidak minum dulu untuk beberapa waktu." Melissa mendorong botol-botol itu menjauh dari hadapannya.
" Sialan...aku juga, Meli." Ella mengumpat lalu tertawa pada Melissa. Aku menatap keduanya tak percaya.
" Apa yang terjadi?" Alves bertanya dengan muka kebingungan setengah mati. Buru-buru kuteguk bir yang dia berikan lalu mengembalikannya pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariana
RomanceAriana adalah gadis pekerja keras yang bekerja di dua tempat sekaligus demi mewujudkan keinginannya untuk bersekolah di Universitas terkemuka dengan uang yang ia kumpulkan. siang hari bekerja di cafe dan bertemu seorang pemuda tampan bernama Denis y...