Part 9 : A good day to say goodbye

714 36 0
                                    

Ariana POV

Pria neraka itu cukup membuat pagiku kali ini benar-benar rusak, belum lagi mendapati kenyataan bahwa rumahnya begitu jauh dari tempat tinggalku. Aku juga harus memikirkan bagaimana alasan yang tepat untuk ibuku; maksudku jika Anita memang mengatakan hal yang sesungguhnya tentangku tadi malam, bahwa aku bersama seorang pria. Shit... bahkan Neymar begitu nekat menerima panggilan telponku. Demi Tuhan jangan sampai aku bertemu dengannya lagi, aku pasti akan dapat masalah yang besar karenanya.

Dan well... pagi ini aku terlambat datang ke café, namun seperti yang sudah kukatakan; bersyukur ini adalah libur musim panas hingga dengan mudah aku mendapat pengampunan dari Nyonya Maria, dan Jay tidak mengomeliku karena keterlambatan ini. Sebelumnya aku juga harus pulang dan berganti pakaian, dan ibu tentu saja tak ada di rumah. Mendadak pikiranku sangat kacau akhir-akhir ini, aku mulai tidak fokus pada masa-masa pengamatanku. Dimana aku hanya melihat semuanya dalam keadaan sama, kegiatan yang kulakukan sekarang, orang-orang di sekitarku. Apa aku sedang mengalami fase-fase kebosanan, padahal kupikir kemarin aku cukup bahagia dengan pekerjaanku yang sekarang, bahagia dengan kehidupan yang kumiliki. Jika demikian, aku berharap libur musim panas bisa segera berlalu. Aku lebih baik tenggelam dalam kesibukan bersama para pengunjung café.

Apa hanya ini yang bisa kulakukan ?, memindahkan pot bunga dari panas matahari ?, atau hanya membuat kopi. Apa aku harus mengambil masa cutiku dan pergi berlibur ke suatu tempat. Kenapa ada banyak pertanyaan dibenakku ?, semua jawaban yang telah kupersiapkan seakan tak membuatku puas. Seperti tentang siapa saja orang yang ada di sekitarku, ya... aku punya Jay dan Nyonya Maria saat ini, keduanya adalah orang yang paling sering kutemui setiap harinya, bahkan melebihi jumlah pertemuanku dengan ayah, ibu dan saudara-saudaraku sendiri.

Tiba-tiba otakku kembali memikirkan Neymar, ah pria itu lagi. Ayolah Ariana, dia itu bajingan. Kau punya pria yang lebih pantas untuk dipikirkan yaitu Denis. Pria tampan yang sudah merebut sebagian hatimu saat ini. Aku merindukannya, dua hari tidak melihat wajahnya sepertinya mulai menyiksaku. Ah kenapa aku sekarang jadi lebih memikirkan para pria yang akhir-akhir ini kutemui, maksudku aku baru saja kehilangan pekerjaanmu di bar dan menemukan pekerjaan baru adalah prioritas utama.

Malam harinya aku memutuskan untuk pergi ke teater yang diadakan oleh Denis dan teman-teman mahasiswanya−termasuk Anita. Awalnya aku memang sedikit ragu untuk masuk ke sana, terlebih itu adalah acara sebuah kampus. Di depan pintu masuk aku juga harus mengisi form yang terdaftar sebagai pengunjung kategori umum. Ada banyak orang yang datang, dan tak satupun dari mereka adalah orang yang kukenal. Jika pun aku bertemu Denis, jangan terlalu berharap dia bisa menemaniku karena tugasnya malam ini. Dan untuk Anita, aku juga tak terlalu menginginkan untuk bertemu dia.

Susah payah aku mencari tempat duduk dengan nomer yang sesuai dengan yang tertera di tiketku, terlebih sudah banyak orang yang duduk di bangku penonton. Aku tidak yakin acara ini akan berjalan lancar untuk diriku sendiri.

" Hey... Ariana, apa yang lakukan disini ?." aku melihat Anita yang sebelumnya menepuk pundakku, sebenarnya aku terlalu kaget melihatnya di sini. Berbanding terbalik dengan reaksinya, yah...yang dia tahu dia tak mengundangku.

" Uhmm... menghadiri undangan teman." Jawabku singkat.

" Siapa temanmu ?." Anita terlihat kaget, pasti dia tak menyangka aku punya teman di sini.

" Uhmmm... Denis Suarez." Jawabku sedikit tak yakin. 

" Apa?, kau kenal Denis?." Raut wajah Anita mulai berubah, dan aku melihat sesuatu yang tidak baik dari perubahan itu.

" Ya... apa Paul sudah datang?." Buru-buru aku mengalihkan pertanyaan tentang adik kami. 

" Tentu, dia ada di deretan paling depan." Anita malingkan wajahnya ke arah tempat duduk Paul. 

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang