Ariana POV
Barcelona
Sudah dua kali terhitung sejak tadi pagi aku memindahkan pot bunga Garber Daisy milik bosku; Nyonya Maria ketempat yang lebih teduh. Musim panas tahun ini sepertinya akan lebih membakar dari pada tahun lalu, atau hanya aku yang melewatkannya. Entahlah...
Sejak nyonya Maria memutuskan untuk melepas semua tirai yang menutupi kaca di tempat itu dengan alasan agar semua pelanggan bisa melihat apa yang tersaji di café, aku merasa bahwa cahaya matahari bisa masuk lewat celah mana pun. Belum lagi dia tetap membiarkan café tetap lima belas jam beroperasi seperti biasanya. Padahal para mahasiswa di Universitat de Barcelona sudah mulai jarang yang datang berkunjung; tentu kutebak karena ini libur musim panas mereka. Terlebih ada banyak café sejenis di sepanjang jalan ini dengan fasilitas yang lebih... ahh sudahlah.
Kalau kusebut nyonya Maria itu sedikit kolot, dia tak tahu apa itu "wireless" sebelum akhirnya aku menunjukkan bagaimana mahasiswa-mahasiswa itu bekerja dengan internet dan kemudian memutuskan untuk menyediakan fasilitas itu di café ini. Mungkin hidupnya terlalu lama dihabiskan bersama tanaman-tanaman liar yang sengaja ia bawa ke dalam café. Dan Garber Daisy yang jadi favoritnya; yang akhir-akhir ini terus menjadi perhatian lebihku.
Nyonya Maria itu tidak suka menghabiskan banyak uang hanya untuk menyewa pegawai di café-nya. Hanya ada aku dan Jay yang akan bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 2.30 siang, selanjutnya akan ada Malika dan Cyntia yang bekerja melanjutkan hingga tutup jam 10 malam. Dengan hanya empat pegawai yang digajinya, Nyonya Maria punya pemasukan ekstra untuk bunga-bunganya dan bisa dibayangkan bagaimana aku dan tiga temanku harus bekerja keras untuknya.
Meski aku selalu bekerja di café ini pada hari-hari sibuk, aku selalu memiliki waktu untuk mengamati keadaan sekitar, hanya mungkin tak seleluasa saat ini. Tempat kerjaku begitu besar, seperti bearada dalam balok raksasa tanpa ada sekat pembatas. Lantai marmer hitam yang saat ini menjadi tumpuanku jelas bukanlah sesuatu yang biasa, harusnya Nyonya Maria takkan membiarkan bangunan berlantai marmer hitam ini hanya menjadi sebuah café, kecuali dia tak tahu apa-apa dengan marmer atau dia hanya mendapatkan bangunan ini dengan harga yang murah. Dinding-dinding dengan bata merah yang terlihat kokoh, dibiarkan begitu saja tanpa harus di lapis ulang agar terkesan lebih asli atau entahlah. Tapi tidak apa-apa, aku senang melihat kombinasi warna merah bata yang menyala dengan warna abu-abu pada tiap celahnya.
Dua lampu besar digantung berdampingan ditengah ruangan, hanya berfungsi pada malam hari saja sejak tirai-tirai dilepas. Keputusan untuk melepas semua tirai sepertinya tidak sepenuhnya salah, karena dari jarakku yang sekarang aku dengan leluasa memandang orang-orang yang berjalan diluar sana. Dan aku pernah mencoba melihat dari luar satu kali, tulisan daftar menu serta mesin pembuat kopi yang terletak tak jauh dari aku duduk sekarang terlihat begitu menggoda. Harusnya orang-orang tak perlu berpikir dua kali untuk segera mampir.
Kursi-kursi yang ditata ditengah ruangan juga tak kalah menarik, warna merah dan warna orange mendominasi. Setiap meja memiliki empat buah kursi, dua warna merah dan sisanya berwarna orange. Kursi dibagian dinding bisa dikatakan lebih mewah dari kursi yang terletak dibagian tengah, Nyonya Maria sengaja memilih kursi panjang menyerupai sofa dengan meja yang juga disesuaikan. Biasanya kursi-kursi itu yang menjadi favorit bagi para mahasiswa yang sengaja berlama-lama di café.
Aku tak tahu sebenarnya apa fungsi tanaman-tanaman gantung pada bagian kiri ruangan itu, akar-akarnya memang terawat rapi, hanya saja benda-benda mungil itu tak cukup mampu menaungi dua kursi yang ada di sana dari panas matahari. Nyonya Maria memang sedikit susah untuk ditebak dengan pemikirannya yang menurutku sangat unik. Tapi tak dapat dipungkiri, sosoknya sering memberiku inspirasi saat otakku sebenarnya sedang buntu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariana
RomanceAriana adalah gadis pekerja keras yang bekerja di dua tempat sekaligus demi mewujudkan keinginannya untuk bersekolah di Universitas terkemuka dengan uang yang ia kumpulkan. siang hari bekerja di cafe dan bertemu seorang pemuda tampan bernama Denis y...