Part 16 : Broken girl

601 39 0
                                    

Neymar POV

Tak tahu bagaimana semuanya berawal, aku sudah menemukan Ariana menangis di tepi ranjang pagi-pagi sekali. Apa ia sedang bermimpi buruk atau bagaimana ?. Gadis itu terlihat begitu hancur dan sangat berantakan. Apalagi jika mengingat bagaimana tadi malam ia begitu mabuk dan tak sadarkan diri.

" Apa yang terjadi ?." Tanyaku mendekat kepadanya. Duduk di sampingnya dan melihat ponselnya yang tergeletak begitu saja di lantai.

" Ibuku meninggal." Jawab Ariana disela tangisnya. Aku langsung memeluk Ariana dan membiarkannya menangis di sana. Tubuhnya yang hangat terasa bergetar, ditambah lagi cengkramannya yang kuat pada bajuku. Hanya ini yang bisa kulakukan, mungkin para mafia yang dimaksudnya itu sedang berusaha memancing Ariana, dan mereka tak berhasil dengan cara yang lembut, maka membunuh Carla adalah satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan.

Gadis ini benar, ia tidak akan pernah siap untuk berada dalam zona terburuk yang ada di dunia ini. Seperti yang telah kuduga sebelumnya, gadis ini adalah jenis orang yang hidup dengan tumpukan buku, dan zona terburuk yang pernah ia masuki hanyalah pekerjaannya di bar milik Pique. Dia baru pertama kali melihat pria telanjang, melihat manusia di adu di dalam sebuah arena, merasakan di todong dengan pisau, bahkan baru pertama kali meminum bir dan memuntahkannya.

Keesokan harinya barulah acara pemakaman dilaksanakan, aku menemani Ariana kembali ke rumahnya. Dengan keadaan yang benar-benar lemah, Ariana hanya bertumpu pada tubuhku yang selama beberapa jam terakhir terus menuntunnya Di pemakaman itulah pertama kali aku melihat Anita, kakaknya, juga Paul dan Joseph. Carla sepertinya memang wanita yang benar-benar baik, banyak orang yang datang ke pemakamannya.  Aku ikut-ikutan terlarut dalam kegiatan ini, seketika aku mulai memikirkan tentang keberadaan ibuku yang sudah lama sekali tak kukunjungi.

Sudahlah Neymar, tidak apa-apa jika kau juga ingin menangis. Hanya disini kau bisa menangis dengan bebas tanpa ada yang tahu apa sebenarnya masalahmu. Tapi seorang Neymar tidak akan menangis, aku sendiri sudah lupa kapan terakhir kali aku menangis.

Acara pemakaman ini terasa begitu lambat bagiku, ada banyak do'a-do'a sementara aku sendiri tak pernah berdo'a.  Demi tuhan semua orang tahu aku tak pernah suka berada di tempat yang seperti ini, bukan bermaksud tak mengormati. Hanya saja jika aku terlihat gelisah berdiri di sana, akan jelas terlihat lebih tidak sopan. Aku meremas bahu Ariana sebentar, membiarkan gadis itu untuk mengikuti upacara pemakaman dan setelahnya aku berbalik meninggalkan kerumunan.

Berjalan beberapa langkah dan aku melihat Anita, kakaknya mengikuti arah kepergianku. Gadis itu sejak tadi memperhatikan bagaimana aku dan Ariana terlihat begitu dekat. Setelah merasa cukup jauh dari kerumunan, aku mulai mengeluarkan rokok dan korek api yang ada di sakuku. Benda ini terasa begitu klasik, selalu bisa menolong dalam keadaan bagaimanapun.

Aku melihat sekeliling, di antara hamparan rumput hijau dan nisan-nisan yang hampir semuanya berlumut. Jalan setapak berbatu dan berkerikil membuat kakiku mulai bergerak memainkan mereka tak jelas. Berharap bisa membantuku membunuh rasa bosan yang sudah menyerangku sejak tadi. Cepat dan tak kusadari, mataku menangkap ada beberapa orang yang mengawasi upacara pemakaman dari salah satu mobil yang terpakir di jalan. Menyadari kehadiranku, salah seorang diantaranya segera menutup kaca mobil. Oh shit... mereka disini.

Setengah berlari aku kembali ke kerumunan orang, memastikan bahwa Ariana ada di sana. Aku membuang puntung rokok yang tersisa ke tanah dan berdiri dengan gelisah di belakang Ariana.

Begitu upacara berakhir aku segera menarik tubuh Ariana mendekat kepadaku, membuatnya tetap aman.

" Mereka disini." Kataku berbisik kepadanya, namun gadis itu tak terlihat kaget.

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang