Part 27 : My lovely girl

565 35 0
                                    

Neymar POV

Malam itu aku masuk ke arena dengan tak bersemangat; seperti biasa. Benar, beberapa minggu terakhir aku disebut Jordi seperti zombie. Aku jarang mengisi perutku, tidak pernah tidur dengan gadis lagi, dan yang lebih parah aku sangat tidak manusiawi saat bertarung. Beberapa gadis menyapaku di depan, dan aku hanya mengabaikan mereka semua. Entah berubah menjadi makhluk seperti apa aku sekarang ini. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah aku berubah karena seorang gadis.

Aku penasaran dengan siapa malam ini akan bertarung−tidak perlu mengulang musuh yang sama; aku seratus persen akan memenangkannya. Hanya penasaran saja siapa lawan yang bersedia kupukuli malam ini. Biasanya Ivan akan mengurusi semuanya, dia begitu antusias jika sudah berhubungan dengan pertarungan. Tentang siapa yang akan menjadi lawanku, seberapa banyak uang yang bisa kudapatkan, atau siapa yang bersedia bertaruh atas namaku. Biasanya Ivan akan menyambut kedatanganku dengan penuh semangat, tak perlu membuatku mencarinya; Ivan sendiri yang akan datang padaku. Tapi dimana pria itu ?.

Terpisah dari komplotan teman-temanku yang biasa, Ivan duduk bersama seseorang di sebuah meja. Mungkin itu kekasihnya −Raquel, apalagi di sudut lainnya aku melihat Ella dan Jordi serta pasangan Bartra Melissa sedang asik berkumpul. Aku mendekat padanya, tidak seharusnya pria itu mengabaikan kedatanganku.

" Hai Ney..." Aku tercekat begitu melihatnya, sebuah senyuman indah terukir dari bibir mungil itu. Dia disini. Masih sama seperti Ariana yang terakhir kali kulihat sebelum kami dipisahkan oleh Adrian. Rambut keritingnya ia biarkan tergerai begitu saja, membingkai wajah bulatnya dengan sempurna. Dia terlihat baik-baik saja, lebih baik dari Ariana yang aku kenal. Tapi disisi lain aku tahu bahwa gadis itu pasti bisa menyembunyikan kerapuhannya. Aku hanya tidak menyangka ia ada disini.

" Ariana..." Langkahku seperti tertahan, semuanya bagai membeku. Maksudku aku benar-benar ingin memeluknya sekarang, meraih tubuhnya dan tak melepaskannya. Aku tidak mau kehilangan Ariana sekali lagi. Tapi bagaimana ia bisa datang kemari ?, apa ia masih dalam permainan Adrian ?, apa ia bagian dari rencana Adrian ?.

Dia benar-benar nyata, hangat permukaan kulitnya dengan jelas kurasakan dari telapak tanganku yang menyentuh pipinya. Ariana memejamkan matanya, tak melakukan apa-apa. Kenapa sekarang aku jadi merasakan waktu mendadak berhenti ?. Ariana membeku dalam sentuhanku.

" Bukankah kau harus bertarung sekarang Ney ?." Ariana bicara dengan mata yang masih terpejam.

" Terakhir kali aku benar-benar bertarung, aku kehilanganmu Ariana." Gadis itu membuka matanya, menatap lekat pada kedua mataku. Dari sana aku tak melihat apa-apa, hanya Ariana yang cantik dengan mata coklatnya.

" Aku takkan pergi kemana pun Ney."

" Kau ingin aku percaya ?."

" Kau tak percaya padaku ?."

" ..." Tak ada yang bisa kukatakan, aku percaya padanya. Hanya saja aku sudah terlalu lama kehilangan gadis ini. Dan itu benar-benar menyiksaku.

" Ivan, bisa kau batalkan pertarungan malam ini ?." Tanyaku pada Ivan yang masih terpaku melihat adegan antara aku dan Ariana.

" Hey... kau tak bisa membatalkan pertarungan begitu saja. Pedro sudah menyerahkan uangnya padaku." Protes Ivan.

" Kau bisa mengembalikan uangnya pada orang itu." Tatapanku beralih pada Ivan, pria itu tidak terima. Ia menatapku dengan tatapan tak suka. Ah...aku tahu−kecuali dia sudah memakai sebagian uang Pedro.

" Bertarunglah Ney, kau harus menyelesaikan apa yang sudah kau mulai." Kembali Ariana meyakinkanku.

" Apa yang kudapat darimu jika aku menang ?." Aku menyeringai pada Ariana, kulihat dia hanya memutar kedua bola matanya tak percaya dengan tawaranku.

" Apa ?." Ulangku sekali lagi. Menuntut jawaban pada gadis itu.

" Kau akan mendapatkan segalanya." Aku senang dengan bagaimana Ariana mengatakannya. Rasanya seperti melihat gadis polos yang mencoba untuk bermain-main.

" Aku akan menyelesaikannya dengan cepat." Sahutku lalu mengecup pipi Ariana singkat. Aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan aku juga tak sedang berusaha untuk mencari tahunya. Karena yang lebih penting sekarang adalah bagaimana Ariana telah kembali padaku dengan keadaan yang masih sama. Dua minggu kehilangannya seperti menyiksaku seumur hidup. Entahlah, mungkin terlambat sekali untuk mengatakan bahwa aku tak ingin tumbuh dewasa lalu jatuh cinta. Mungkin juga sangat berlebihan saat aku mengatakan bahwa aku tak bisa hidup tanpa Ariana; faktanya sebelum bertemu gadis itu aku baik-baik saja. Katakan saja secara harfiah aku memang tidak mati, tapi apa yang Jordi katakan tentangku sangatlah buruk, aku seperti zombie. Berbeda lagi dengan Alves, dia bilang aku sangat aneh saat berdiam diri. Aku seperti membuang teman-temanku, mengabaikan mereka dan tenggelam dengan pikiranku tentang Ariana. Itu memang hidup, tapi semuanya sangat kacau tanpa Ariana.

Malam ini, seperti beberapa malam sebelumnya aku kembali berhasil mengalahkan lawanku. Tapi dengan pukulan yang masih bisa dikatakan sebagai standar untuk pertarunganku yang dulu. Aku bisa mengendalikan diriku untuk tak terlalu menyakiti lawanku; karena pada dasarnya Neymar bukanlah monster. Neymar yang dulu telah kembali, tentu saja. Dengan memandangi senyuman Ariana yang sedang menontonku, itu sudah bisa dikatakan lebih dari cukup untuk memberiku kekuatan. Semuanya seperti kembali normal, menang dengan cara yang wajar, Pedro mendapat uangnya, dan Ariana telah kembali. Sempurna.

" Wow... Neymar telah kembali." Alves langsung memelukku begitu aku turun menemui teman-temanku. Tak ada yang benar-benar kuperhatikan melebihi senyuman Ariana sekarang. Gadis itu bagai dewi berada ditengah para bajingan macam teman-temanku.

" Selamat teman. Kau telah memenangkan segalanya." Jordi menangkat gelas birnya untukku. Aku langsung mendekat kepada Ariana dan memeluknya, gadis itu seperti banyak berubah. Dia jadi lebih banyak tersenyum, dan aku sangat penasaran apa yang membuatnya menjadi seperti itu. Jika aku bisa, aku akan melakukan hal yang sama demi melihat pemandangan menakjubkan berupa senyuman Ariana.

" Aku mau hadiahku." Bisikku di telinga Ariana. Gadis itu hanya menanggapinya dengan tertawa.

.....

Next chapter is on my privacy, only available for my follower. so sorry bcse they relate 2 sexual content and unavailable freely.

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang