Part 22 : Fallen knight

654 40 1
                                    

Ariana POV

Aku benar-benar bersenang-senang dengan Rafaella di pesta bibinya hari ini, andai saja tak mengingat waktu, aku dan gadis itu sepertinya tidak ingin pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang kami terus-terusan bicara tentang pesta dan juga beberapa pria yang ada di sana. Rafaella juga mengajakku membaur dengan orang-orang di tempat bibinya. Setidaknya pesta itulah yang terbaik diantara hari-hari lain dalam dua minggu terakhir.

Matahari sudah tinggi begitu kami tiba di rumah orang tua Neymar. Aku melihat ada mobil lain telah terparkir di depan rumah, namun muka Rafaella berubah panik saat melihat mobil itu. Dia memandangiku dengan tatapan cemas−ketakutan.

" Ada apa Raf ?." Tanyaku ikut-ikutan panik, menyusul Rafaella yang telah keluar dari mobil.

" Itu papa." Jawabnya singkat dan buru-buru masuk ke rumah. Perasaanku sudah benar-benar tidak enak. Neymar pasti tidak suka jika melihat ayahnya ada di sana, maksudku dia mungkin saja bertindak gila di rumah ini−mengamuk misalnya.

Di dalam rumah suasana menjadi begitu kaku dan senyap, Anna yang biasanya ada di kamar, duduk di kursi roda di dekat meja makan. Rafaella terduduk lemah di sana, dan seorang pria yang begitu mirip dengan Neymar jika aku melihatnya dalam posisi itu, sedang berdiri menghadap keluar jendela.

" Neymar kabur lagi." Kata Rafaella lemah memberitahuku. Seratus delapan puluh derajat aku melihat perubahan sikap pada Rafaella saat itu, jika biasanya ia terlihat begitu atraktif dan menyenangkan, Rafaella yang sekarang tak jauh berbeda dari Ariana yang baru saja kehilangan ibunya.

" Rumah pohon. Dimana itu ?." Tanyaku reflek, secara spontan saja aku langsung terpikir tempat itu. Maksudku dia pernah mengatakan tentang kemana dia seharusnya melarikan diri dan disanalah saat ini kemungkinan pria itu berada.

" Kau ikuti saja jalan setapak di belakang rumah, berhenti saat kau temukan danau. Tempatnya tidak jauh dari sana." Balas Rafaella.

" Aku akan membawanya pulang."

.....

Aku benar-benar mengikuti petunjuk yang Rafaella katakan, mengikuti jalan setapak berkerikil ini harusnya sangat mudah saat aku mengenakan sandal atau sepatuku yang biasa. Namun aku bahkan tak sempat melepas high heels milik Rafaella yang ada di kakiku. Apa boleh buat, aku benar-benar terganggu dengan sepatu itu; dari pada aku merusaknya lebih baik kulepaskan saja. Dan apa yang kupikirkan tadi malam tentang pohon-pohon disini sedikit mengusik otakku, matahari seperti tertutup oleh dedaunan tebal, dan yang lebih utama adalah aku sendirian berjalan disini. Bagaimana jika ada monster yang bersembuyi dibalik pohon-pohon itu, atau serigala seperti pada cerita Hansel and Gretle, bisa juga ada sekumpulan Vampire yang sedang berburu binatang buas disini.

" Ayolah Ariana... kau tidak mungkin terpengaruh oleh itu semua." Batinku menguatkan, Twilight sialan... film itu secara tak langsung menakutiku, jelas saja. Aku heran bagaimana semua remaja tergila-gila pada sosok Edward Cullen yang begitu romantis pada Bella Swan, maksudku... Hey, dia itu Vampire, dia bisa menggigitmu dan kau akan mati tanpa diketahui siapa orang yang membunuhmu. Itulah alasan utama kenapa aku tak menyukai Twilight, pikirkan saja... Tak semua gadis dari tiap remaja yang menggilai Edward itu akan menjadi Bella, si vampir harus membasmi sisanya dengan cara menghisap darah mereka. Ahhh... Kenapa pikiranku menjadi seliar ini, kumohon jangan ada lagi darah atau apapun yang berbau bahaya.

Lumayan lama berjalan, akhirnya aku melihat sebuah danau dengan air biru dari tempatku berdiri. Dalam hati aku bersorak, artinya sebentar lagi aku akan menemukan Neymar. Saat posisiku sudah dekat dengan danau, mataku terus menyapu pepohonan disekitarnya. Mencari dimana letak pohon yang memungkinkan untuk didirikan sebuah rumah diatasnya. Heck... bahkan itu hanyalah sebuah kiasan.

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang