Ariana POV
Kepalaku benar-benar terasa berat saat aku membuka mata. Beberapa kali aku memencet kepalaku untuk membuat semuanya jadi baikan. Aku menyadari ada sesuatu yang salah dengan lengan kananku, ada lebam berwarna keunguan di sana, dan terasa sakit saat aku menyentuhnya. Aku ingat tadi malam dengan tanpa sadar menabrakkan diriku ke mobil si pria neraka, dan aku pasti mendapatkan lebam ini dari sana. Tapi tunggu dulu, dimana aku ?, ini bukan rumahku.
Sebuah ruangan besar yang asing, ada banyak tirai putih di sini, beberapa furniture mewah tarlihat mencolok dari ruangan itu termasuk sofa tempat aku terbagun sekarang. Tak jauh dari tempatku ada sebuah televisi layar datar dengan dua buah speaker besar di sisi kiri dan kanannya. Ada sebuah tangga besi yang elegan tak jauh dari sana, menghubungkan ke lantai dua. Aku penasaran siapa pemilik rumah ini, dan tentu saja bagaimana caraku bisa terdampar di tempat ini begitu saja.
Tak lama aku teringat pada ponselku, dimana dia ?. tergeletak begitu saja di atas meja di samping sofa. Ada enam panggilan tak terjawab dan beberapa sms yang masuk. Itu pasti Anita. Buru-buru aku menelpon saudaraku untuk memberitahunya bahwa aku baik-baik saja.
" Halo..." Sahut Anita dari ujung telpon setelah lama aku menunggu, awalnya aku sudah berharap ia takkan mengangkatnya.
" Anita, aku tahu ibu pasti cemas sekali. Tapi aku disini baik-baik saja."
" Ckk... bagaimana baru sekarang kau menelponku?."
" Apa kau sedang kuliah? apa aku mengganggumu?."
" Tidak penting sekarang aku ada dimana?, yang terpenting adalah dimana kau sekarang?."
" Aku sedang berada di rumah Malika, tadi malam aku bertemu dengannya sepulang bekerja, kami minum sebentar dan aku sangat mabuk."
" Jangan berbohong Ariana, jangan buat aku memberitahu ibu dimana kau berada tadi malam."
" Eh?, apa maksudmu?."
" Seorang pria mengangkat telponmu dan mengatakan bahwa kau sedang di rumahnya."
" Apa?, pria bagaimana? aku tidak sedang berada dengan pria."
" Sudahlah... aku sedang sibuk." Anita memutus panggilanku begitu saja. Dari nada bicaranya dia benar-benar sedang marah, well...memang kapan terakhir dia baik padaku.
Ngomong-ngomong aku sedang berada bersama pria?, apa mungkin si pria neraka?, tapi dimana dia. Aku penasaran sekali siapa pria pemilik rumah ini, dia mungkin tidak akan marah jika aku melakukan sedikit penjelajahan kan?.
Aku berkeliling sebentar dan melihat sebuah pintu yang terbuka, bermaksud mendekat namun ternyata aku mendengar suara desahan dan jeritan dari kamar itu. Desahan dan jeritan?, ayolah Ariana, kau tidak mungkin sepenasaran itu kan?, jangan coba untuk mendekat. Tidak-tidak Ariana, aku sendiri tak percaya melihat kakiku melangkah semakin mendekati kamar itu. Sementara hatiku berusaha memperingatkan, kakiku tetap tak bisa diajak untuk bekerja sama.
" Oh shit..." aku melihat si pria neraka sedang bercinta dengan seorang gadis pirang, dan parahnya lagi keduanya dalam keadaan telanjang tanpa tertutup selimut atau benda lain yang bisa menutupi tubuh mereka berdua. Jelas sekali sebelum aku menutup mataku si pria neraka melihatku sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Buru-buru aku menjauh dari tempat itu, tak tahu kemana aku harus menghindar, yang jelas aku tak mau mendengar atau melihat adegan memalukan itu. Bagaimana bisa pagi-pagi seperti ini aku sudah di suguhi kegiatan macam itu.
Tak lama aku melihat seorang gadis lain dengan gusar datang tanpa aku tahu, mulai melempar apa yang ia lihat di hadapannya, mulai dari vas bunga, asbak hingga bingkai foto yang ada di meja ke lantai tanpa ampun. Gadis dengan rambut merah dengan kulit cokelat eksotis itu menatap padaku dengan tatapan yang meremehkan. Seketika tubuhku membeku melihat kejadian lain yang terjadi di rumah ini, kenapa ada banyak kekacauan sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariana
RomanceAriana adalah gadis pekerja keras yang bekerja di dua tempat sekaligus demi mewujudkan keinginannya untuk bersekolah di Universitas terkemuka dengan uang yang ia kumpulkan. siang hari bekerja di cafe dan bertemu seorang pemuda tampan bernama Denis y...