Part 19 : I am into you

600 38 1
                                    

Ariana POV

" Aku tak percaya telah menuruti perkataanmu." Kata Neymar dengan senyuman, saat itu hari sudah sangat malam. Aku dan pria itu sedang berada di balkon lantai dua rumahnya. Memandangi langit yang begitu gelap, di tambah keadaan sekitar rumah yang penuh dengan pepohonan. Aku tak yakin  jika berada di sini sendirian sebenarnya.

" Apa yang kukatakan ?." Sahutku tidak mengerti.

" Bermalam disini."

" Ini rumahmu sendiri Ney. Apa yang salah ?."

" Aku tidak menyukai rumah ini."

" Kau bohong Ney."

"...."

" Lalu untuk apa kau membuat rumahmu yang ada di Barcelona terlihat seperti rumah ini ?."

" Kau merindukan rumah ini. Hanya saja kau terlalu takut untuk kembali kemari."

" Berhenti bicara Ariana, atau... aku akan menciummu lagi." Neymar mengancamku. Tubuhnya mulai mengurungku diantara pagar pembatas balkon, tubuhku sudah terpojok di sana saat kedua tangan Neymar diletakkan pada pagar melewati kedua sisi pinggangku.

Mata hazelnya yang teduh, membuatku tak ingin beranjak meninggalkannya. Jantungku juga sudah mulai tak terkendali, seperti berjingkrak-jingkrak karena tatapan dari si pria neraka. Dan aku merasakan ada sensasi naik turun dari perutku, sudah lama sekali aku tak mengalami hal ini.

" Aku tidak takut pada ciumanmu." Jawabku setengah menahan napas, agar pria itu tak mencium rasa gugupku.

" Tentu saja kau tidak takut, kau menyukainya." Kata Neymar kembali dengan seringaiannya.

" Apa ini wajar Ney ?, kita baru saja bertemu dan..."

" Aku juga ingin menanyakan hal yang sama Ariana."

"...."

" Kau pasti lelah, aku akan antar kau ke kamar Rafaella." Neymar menarik tubuhnya menjauh dari tubuhku, seketika pemandangan mata hazel miliknya yang sedang kunikmati menghilang dan tak meninggalkan bekas apa-apa. Aku menelan air liur dengan berat, kenapa denganku. Seperti ada sesuatu yang menghalangi kerongkonganku saat bernapas, apa aku akan menangis ?. Hey Ariana, berhentilah menjadi gadis cengeng. Pria ini tak melakukan apa-apa padamu, dia tidak menyinggung tentang keperawanan, atau tak melakukan hal yang membuatmu dalam bahaya. Dia hanya tidak menciummu. Oh Tuhannnn... bukan itu, apa aku mulai jatuh cinta kepadanya ?.

.....

 " Raf... apa kau sudah tidur ?." Neymar mengetuk pintu kamar adiknya beberapa kali, namun sepertinya Rafaella telah tertidur.

" Sepertinya Rafaella sudah tidur." Kataku menghentikan Neymar yang terus-terusan menggedor pintu kamar adiknya.

" Rafaella itu seperti kelelawar, dia tidak tidur malam hari."

" Ada banyak hal yang telah kau lewatkan disini Ney. Mungkin dia telah berubah."

" Entahlah..."

Akhirnya Neymar membawaku ke kamarnya, dia bilang sebelumnya bahwa kamar tamu yang biasa digunakan sedang diperbaiki. Setelah ia menyalakan lampu di kamar itu, aku langsung melihat sebuah poster besar dengan gambar mobil ferari berwarna silver pada dinding di dekat ranjangnya. Kamar yang mungkin sudah lama tak digunakan, namun masih terlihat rapi. Tak jauh berbeda dari kamar yang ada di rumahnya, kamar itu sendiri tetap didominasi warna putih. Sebuah lemari besar dengan mainan-mainan masa kecil Neymar langsung menarik perhatianku. Mobil-mobilan, miniatur power ranger, bola, dan bahkan ada boneka kelinci yang besar pada lemari itu.

" Barang-barang lamaku." Gumam Neymar.

" Power ranger. Warna apa yang menjadi favoritmu ?."

" Merah. Tak pernah berubah dari aku kecil."

Mataku kini beralih pada sebuah bingkai foto berisi dua remaja yang duduk di sebuah rumah pohon, kedua kaki mereka menjuntai dari atas dan seseorang mengambil foto mereka dari bawah.

" Ini kau dan Rafaella ?." Aku meraih bingkai foto itu dan mengamatinya.

" Ya...tiga tahun yang lalu."

" Apa rumah pohonnya masih ada ?."

" Kurasa."

" Mau mengajakku ke sana ?."

" Ahh... itu sebenarnya tempat persembunyian aku dan Rafaella."

" Jadi kau tak bisa mengajakku ?."

" Harus ada persetujuan dari Rafaella."

" Baiklah aku mengerti."

" Kenapa kau tak tidur sekarang ?." Neymar melirikku, dan seolah memberi pertanda bahwa aku harus segera pergi ke ranjang.

" Kita tidur di ranjang berdua ?." Tanyaku sedikit ragu. Maksudku, wow... apa hanya karena sebuah ciuman lantas kami sudah bergerak terlalu cepat.

" Aku bisa tidur dimana saja." Jawab Neymar sambil menggeleng.

" Tapi ini kamarmu Ney." Oh bagus Ariana, apa sekarang aku terdengar seperti menginginkan untuk tidur bersamanya ?. benar begitu ?... sayang sekali aku sudah tak bisa menarik kata-kataku.

" Aku butuh udara segar." Dan baiklah, pria itu memutuskan untuk keluar dari kamarnya meninggalkanku. Aku memandangi bayangan tubuhnya yang semakin menghilang begitu ia menutup pintu kamar. Mungkin aku memang harus segera tidur, hari ini ada banyak hal yang telah kulewati dengan sangat berat. Seseorang yang sangat kusayangi pergi meninggalkanku untuk selamanya, aku pergi meninggalkan keluargaku dalam batas waktu yang aku juga tak tahu hingga kapan, dan disisi lain seseorang datang mengisi hidupku, ada keluarga lain yang siap menyambutku disini. Bersama Neymar, si pria neraka.

......

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang