Part 7 : Flower Power

744 31 0
                                    

Neymar POV

Aku menyeringai puas setelah berhasil mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku. Bukan bermaksud menyombong, tapi Pique tetaplah akan menjadi seorang pecundang, kenyataan yang sesungguhnya. Puas memukuli pria itu di tempatnya sendiri, aku tak tahu apa ini harus dikatakan sebagai keberuntungan, yang jelas tak ada satupun anak buah Pique yang membantunya saat aku menghajar pria itu.

Penasaran apa yang terjadi ?, baiklah mari kita buat jelas semuanya dengan memperkenalkan siapa aku yang sebenarnya, dan bagaimana aku harus terlibat dengan salah seorang anak mafia terkenal di daerah ini. Aku adalah seorang petarung jalanan yang mendapatkan segalanya hanya dengan memukul dan dipukul. Tidak sesederhana itu sebenarnya, aku bertarung untuk orang-orang yang bersedia membayar mahal penampilanku di arena. Yup.., benar, seperti tinju, kami berkelahi satu sama lain bukan untuk sabuk, lebih kepada judi.

 Setiap tempat di dunia pastinya memiliki ajang atau arena semacam ini, dan beruntung aku termasuk yang dikenal di tempatku. Dengan tubuh yang tinggi, semuanya terasa mudah bagiku. Orang-orang menyebutku ferrari. Entah itu cocok atau tidak, yang jelas kenyataannya adalah lawan-lawanku seperti tak dapat memprediksi kapan aku akan membalas pukulan mereka atau kapan aku hanya akan menyingkir begitu saja dan menunggu waktu yang tepat untuk membalas.

Dengan perpaduan julukan "ferrari" itu dan sedikit bakat capoera, orang-orang sering memperhitungkanku pada setiap pertandingan. Dan untuk kasusku bersama Pique, aku tak yakin apakah ini harus disebut salah paham atau bukan. Beberapa malam yang lalu, Pique memasang taruhan untuk salah seorang lawanku yang berjuluk "Diablo", aku bertarung dengannya untuk beberapa ronde, tepat pada ronde ke tiga aku tumbang di tangan Diablo, jarang sekali aku dikalahkan, tapi aku sendiri merasa telah terjadi kecurangan saat itu. Aku melihat Vanessa, gadis yang selama ini sangat kusukai berada di arena, berdiri tepat di sebelah Pique. Mereka menggunakan gadis itu sebagai kelemahanku.

Belum sempat Pique melihat aku bangkit untuk ronde ke empat, dia sudah optimis bahwa aku benar-benar telah kalah, pria itu kabur membawa uang yang seharusnya menjadi milikku, dia bahkan tidak melihat pada akhirnya aku mengalahkan Diablo dengan membabi buta. Sejak itulah aku terus memburu dan mencari tahu dimana pria itu berada, tentu saja untuk alasan lainnya. Sedikit rumit, namun untuk informasi tambahan, aku juga mempertaruhkan uang untuk diriku sendiri saat bertarung dengan Diablo. Dan semua uangnya di bawa kabur oleh Pique. Dia memang bajingan, tak jauh berbeda dari ayahnya.

Sudah mendapatkan luka pada wajahku, kehilangan uang yang dibawa kabur oleh Pique, dan sisa-sisa uang terakhirku malah di curi oleh seorang bajingan kecil begitu aku keluar dari arena. Dan saat aku mengejar anak itu aku malah bertemu seorang gadis menyebalkan; bertindak sok pahlawan dengan menolong anak kecil itu kabur hingga akhirnya dia menendang keras bolaku tanpa ampun.

Beruntung penderitaanku berakhir, malam ini aku bertemu dengan gadis itu dan ia membawaku pada Pique; uangku yang berharga. Aku memang selalu percaya pada keberuntungan, dan apa yang seharusnya menjadi milikku akan tetap menjadi milikku. Oh tunggu sebentar, sepertinya aku tidak benar-benar selesai. Saat aku sudah melangkah dengan bahagia dengan uangku, tiba-tiba anak buah Pique yang ada di luar langsung menyerangku. Sialan... aku sebenarnya benci membuang-buang tenagaku untuk bertarung di luar arena, tapi sepertinya malam ini aku memang harus kembali bertarung.

Seperti membereskan debu-debu yang menempel pada kerah baju, anak buah Pique mungkin tidak sebanding denganku; aku juga heran mengapa ia mempekerjakan para pecundang ini, namun dengan jumlah pecundang yang lumayan banyak, aku harus mengeluarkan tenaga ekstra sebelum akhirnya aku berhasil membereskan mereka semua. Setelah semuanya berakhir, aku kembali ke mobilku di depan bangunan.

Malam yang sedikit membosankan, aku mengemudikan mobil dengan malas. Tanpa tujuan yang pasti, aku mungkin harus mendatangi sebuah bar dan bersenang-senang di sana. Kenyataan bahwa malam ini tak ada pertarungan di arena membuat malamku terasa sangat panjang. Ada pertarungan, ada minuman, dan ada wanita. Semuanya bagaikan perpaduan yang sangat luar biasa.

" Berhenti...." Seorang wanita melompat dengan cepat ke jalan, tanpa berhasil menghentikan mobil, dia rubuh tepat di depan mobilku. Jezz.... Aku menabraknya. Serius?, jika mundur beberapa detik ke belakang sepertinya bukan aku yang salah, dia yang menabrakkan dirinya sendiri ke mobil.

" Oh shit... Ariana." Dia adalah gadis yang membawaku ke tempat Pique, gadis penendang bola. Maksudku, bagaimana dia masih ada di tempat ini?, dan apa maksudnya dengan menabrakkan diri pada mobilku. Aku tentu tidak bisa meninggalkan dia dalam keadaan pingsan seperti ini. Siapa yang akan menolongnya, bagaimanapun juga aku memiliki tanggung jawab besar dengan keberadaannya di sini. Well... aku harus mengangkat tubuh gadis ini ke dalam mobil dan... apa aku harus membawanya pulang ke rumahku ?. Atau apa aku perlu membawanya ke rumah sakit ?, tidak boleh... aku tidak boleh membawanya ke rumah sakit. Bagaimana jika dokter di sana bertanya bagaimana gadis ini bisa mendapatkan luka, aku bisa saja mengatakan bahwa Ariana adalah korban tabrak lari, lalu bagaimana jika ada polisi yang terlibat, dia bisa menjadikan hal ini sebagai kasus yang serius. Ya... tak ada jalan lain, aku memang harus membawanya ke rumahku.

Tiba di rumah, dengan susah payah aku membopong tubuh Ariana. Dia mungkin bukan gadis pertama yang kubawa kemari, tapi yang pertama kubawa dalam keadaan pingsan dan bukan untuk bercinta denganku. Oh shit... gadis ini sepertinya bukan tipe gadis yang mudah, lihat saja dari caranya berpakaian. Terlalu sopan untuk seseorang yang bekerja di sebuah bar. Aku berani bertaruh bahwa gadis ini masih perawan. Ah... melihat penampilannya saja aku ingin tertawa, aku penasaran bagaimana jenis gadis sepertinya masih ada di zaman modern seperti sekarang ini. Paling tidak dia lumayan, untuk ukuran pria baik-baik sepertinya gadis ini akan menjadi idola.

" Oh shit... jangan sekarang." Aku benci saat harus melakukan panggilan darurat untuk salah seorang gadisku. Tapi apa yang terjadi padaku sekarang benar-benar diluar rencana. Sangat memalukan jika orang-orang tahu aku sedang horny gara-gara seorang gadis pingsan yang kubawa ke rumah. Dia memang tidak melakukan apa-apa padaku, tidak menggodaku, atau memperlihatkan bagian-bagian sensual tubuhnya, tapi demi Tuhan gadis ini berperan secara tidak langsung.

Sesaat setelah meletakkan Ariana di sofa, aku langsung menghubungi salah seorang gadisku. Dia mungkin tidak akan lama lagi sampai kemari. Dan pikiran licik untuk memanfaatkan seorang gadis pingsan tidak seharusnya kulakukan dalam bentuk nyatanya kan?. aku tidak bercinta dengan perawan, tentu saja.

" Honey... aku datang."

Itu dia...

Gadisku Lucy telah datang dan siap untukku. Aku menyambutnya dengan senyum lebar, siap untuk memeluknya dan memperlakukannya dengan baik−atau dengan kasar.

" Apa  kau mau threesome ?." Tanya Lucy setengah kaget saat ia melihat Ariana yang terbaring di sofa.

" Tidak sayang. Hanya kita berdua."

" Lalu siapa gadis itu ?."

" Dia bukan siapa-siapa."

" Baiklah... pastikan dia takkan mengganggu kita."

......

Akkkkhhh... hari ini Neymar ultah, dan gue menghinakan dia dengan semena-mena. maafin gue bang, gue khilaf... asal lu tau aja, cewek-cewek tuh seneng karakter2 bad boy @neymarjr >.<

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang