Part 20 : If she will be loved

632 35 1
                                    

Neymar POV

" Kenapa kau meninggalkannya bodoh ?." Sebuah sms masuk ke ponselku beberapa menit setelah aku keluar dari kamar. Itu Rafaella.

" Apa maksudmu ?." Balasku kemudian.

" Ney, aku sengaja mengunci kamarku agar kalian berdua bisa tidur bersama. Kau bodoh."

" Sialan kau Raf."

" Ngomong-ngomong aku sedang di kamar ibu. Menemaninya tidur."

" Berikan kunci kamarmu sekarang."

" Tidak mau."

Gadis ini tidak berubah, dia tetap saja menyebalkan seperti dulu. Aku pun langsung pergi menuju kamar ibu. Aku membuka pintu kamar dengan pelan, dan melihatnya telah terlelap sementara Rafaella asik dengan ponsel dan juga laptopnya pada sofa yang terletak tak jauh dari ranjang ibu.

" Hey Ney... kau kemari." Sapanya begitu melihat kedatanganku. Tanpa ragu aku menyeret tubuhnya menjauh dari sana, keluar dari kamar ibu agar dia tak terbangun akibat perdebatan kami berdua.

" Berikan aku kunci kamarmu." Pintaku dengan memaksa, aku belum melepaskan cengkramanku dari lengan Rafaella.

" Ahh... sejak kapan kakakku menghindari seorang gadis ?." Balas Rafaella sarkatis, dia terlihat berpura-pura berpikir.

" Aku tidak menghindarinya, sialan."

" Lalu apa ini ?."

" Dia bukan siapa-siapaku."

" Kau mau aku percaya ?."

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, nyatanya Rafaella memang melihat aku dan Ariana berciuman tadi siang. Dan dengan jelas pula aku melihat bagaimana dia menyeringai kepadaku setelahnya. Aku sendiri tak tahu harus menyebut ini apa, gadis itu membuatku gila. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sendiri, berulang kali aku mencoba untuk menolaknya. Dia seperti terus memanggilku untuk tak pergi. Jelas apa yang terjadi pada kami berdua bukanlah direncanakan. Awalnya aku berpikir bahwa ini akan baik-baik saja, tak ada yang salah dengan menolongnya, tidak akan ada yang terjadi antara kami selama aku tetap pada jalurku. Tapi aku salah, aku sudah beberapa langkah keluar dari jalurku sendiri, dan malangnya aku tak bisa kembali.

" Aku akan memberikan kuncinya." Akhirnya Rafaella berkata demikian, maksudku tanpa ada yang kulakukan dia seperti menyerah begitu saja.

" Apa ?." Jawabku setengah tak percaya.

" Aku bilang aku akan memberimu kunci kamarku."

" Oh Wow... aku tidak salah dengar kan ?."

" Tidak Ney, aku mengerti. Kau tidak ingin melukai gadis itu kan ?."

"...."

" Kalau pun aku tetap tak memberikan kuncinya padamu, apa kau tetap akan kembali masuk ke sana ?."

" Tidak."

" Aku tahu Ney. Kau mencintainya."

Rafaella mengeluarkan sebuah kunci dari saku piyamanya. Menyerahkan benda itu secara cuma-cuma tanpa perlawanan. Setelahnya dia meninggalkanku dan kembali ke kamar ibu. Apa yang baru saja Rafaella katakan ?, aku mencintai Ariana ?.

......

" Bangun kau sialan." Aku menyerah, beberapa kali kudengar Rafaella terus berteriak, seperti berada di hutan saja. Aku sudah menyadari bahwa hari sudah siang, tapi apa salahnya bermalas-malasan. Lagi pula aku bukan anak sekolah yang harus bersiap-siap dengan seragam dan juga buku pelajaranku.

" F*ck Neymar, apa kau tuli ?." Sekarang aku merasakan sesuatu menghantam tubuhku. Dengan gusar aku bangun dari tempat tidur dan melotot pada Rafaella.

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang