Denis POV
Akhhh... aku malu sekali, bagaimana aku bisa berakhir terbangun di pagi hari di atas ranjangku sendiri. Maksudku, aku ingat dengan jelas bagaimana tadi malam orang-orang itu melayangkan pukulannya ke wajah dan bagian tubuhku yang lain. Rasa sakitnya saja masih terasa hingga sekarang , ditambah tanda lebam kebiruan yang sangat mengganggu. Tapi bukan itu yang membuatku benar-benar malu, apa mungkin Ariana yang mengantarkanku kemari. Dari mana ia tahu tentang asramaku ?.
" Hey... sudah merasa baikan ?." Sapa Sergi, teman sekamarku yang baru saja keluar dari kamar mandi.
" Bagaimana aku bisa tiba di sini ?." Tanpa menjawab pertanyaannya, aku hanya ingin tahu apa Ariana yang mengantarku pulang.
" Sekuriti di sini menggedor pintu beberapa kali dan menyerahkanmu padaku." Jawab Sergi terlihat kesal, aku ingat bahwa tadi malam saja aku berangkat ke bar hampir jam 11 malam, tentu saat aku diantarkan kemari ia sudah tertidur lelap.
" Dia tak mengatakan apa-apa padamu ?." Lanjutku masih dengan rasa penasaran yang sama.
" Apa yang kau harapkan dengan perkataannya ?."
" Hmm... mungkin seorang gadis yang ..."
" Hey.. tunggu dulu. Ada seorang gadis yang terlibat ?, siapa dia ?."
" Ahh.. sudahlah. Kau sama sekali tak membantu."
" Hey dude, aku disini untukmu. Jika ada seorang gadis yang membuatmu dipukuli, kau bisa bilang padaku."
" Sialan kau Sergi. Aku harus segera kuliah."
....
Pagi ini pikiranku kacau sekali, proposal yang akan diajukan untuk acara teater amal kami sama sekali belum disetujui oleh Profesor Hardy, masalahnya orang yang bertanggung jawab penuh atas proposal itu adalah aku sendiri; orang memiliki masalah pribadi dengannya. Profesor tua itu takkan segan menunda memberi tanda tangannya jika aku sama sekali tak berkelakuan baik. Dan berita buruknya adalah aku hanya memiliki beberapa hari tersisa demi tanda tangan itu sebelum teater di mulai Sabtu malam nanti.
Ditambah lagi urusanku dengan Ariana yang sama sekali belum terselesaikan. Aku yakin sekali bahwa gadis itu bisa saja marah padaku gara-gara kejadian tadi malam. Aku dengan lancang menyebutnya sebagai gadisku di depan semua orang; aku tahu aku salah. Tak seharusnya aku mengaku-ngaku sebagai kekasihnya hanya untuk menyelamatkan gadis itu. Ditambah saat Ariana mengatakan bahwa aku seharusnya tak berada di sana, artinya keberadaanku memanglah sangat mengganggunya. Sekarang apa ini artinya bahwa aku akan mendapatkan penolakan bahkan sebelum aku sempat menyatakan cinta padanya.
Aku melihat teman-temanku sibuk dengan persiapan teater amal, dengan properti dan segala macam kebutuhan, bahkan beberapa dari mereka bersedia latihan di tempat ini; bercampur dengan mereka yang sedang menyusun properti. Dua teman dekatku, Adama dan Juan sepertinya sengaja memilih untuk bekerja dengan para gadis. Aku sudah benar-benar tidak fokus dan tak tahu harus memilih untuk menyelesaikan masalah yang mana terlebih dahulu.
" Hey Denis... bagaimana dengan proposal kita ?." gadis pirang primadona jurusan seni ini langsung menghampiriku, bahkan tak lebih dari sepuluh menit aku tiba di tempat ini. Aku pernah mendengar bahwa dia sepertinya menyukaiku, tapi entahlah... dia mungkin hanya mencoba untuk bertindak profesional demi acara teater ini. Maklum saja, teater amal ini adalah ide yang ia ajukan pada Profesor Hardy, tebak apa yang terjadi. Dengan senang hati dosen kami itu menyambut idenya dan dengan gampangnya mengatakan bahwa selain untuk acara amal, acara ini juga akan dijadikan sebagai ajang penilaian untuk ujian akhir pada kelas musim panas ini. Well... bagus sekali jika acara amal ini hanyalah sebagai acara dimana semua orang melakukannya dengan tulus demi kemanusiaan dan tanpa harus menjadikan diriku sebagai sang ketua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariana
RomanceAriana adalah gadis pekerja keras yang bekerja di dua tempat sekaligus demi mewujudkan keinginannya untuk bersekolah di Universitas terkemuka dengan uang yang ia kumpulkan. siang hari bekerja di cafe dan bertemu seorang pemuda tampan bernama Denis y...