Part 35 : One more step to the end

546 25 2
                                    

Perjalanan ke Palacio Real de Madrid sama sekali tak kunikmati. Aku merasa mual menyerang sepanjang jalan. Neymar tidak pergi bersamaku, ia lebih memilih untuk menyusul entah itu kapan. Tapi ayah memintaku untuk pergi ke Madrid bersamanya dengan sebuah limusin. Oh sial, mobil mewah ini semacam memperingatkanku tentang denting kematian yang semakin dekat. Aku mulai membuat daftar-daftar kesalahan yang telah kulakukan pada orang-orang disekitar dan berencana untuk minta maaf.

" Sayang kau baik-baik saja kan?" Ayahku bertanya setelah ia menuang minuman untuk Mira.

" Tidak ayah, aku sekarang ketakutan karena orang-orang yang berurusan denganmu dua puluh tahun lalu mengejar-ngejarku dengan pistol dan belati." Aku ingin sekali mengatakan hal ini. Tapi apa yang bisa ku perbuat, bagaimana pun juga Omar Yousoff adalah orang asing bagiku. Dia mungkin sekarang sudah tak ingat lagi seberapa banyak mafia yang terlibat dalam bisnisnya dan disini aku hanya merasakan akibat yang telah ia perbuat.

" Aku baik-baik saja."

" Well, tapi kau tidak terlihat baik-baik saja."

" Mungkin putrimu baru pertama kali naik mobil mewah dan bepergian jauh." Mira tersenyum licik. Oh sial, dia memang ular.

Aku memilih untuk memalingkan pandanganku ke luar jendela−dan sialan, ini adalah limusin. Aku tak dapat melihat banyak pemandangan di luar sana karena mobil pribadi ini tidak dirancang untuk jalan-jalan dan melihat keadaan di luar.

Mobil terus bergerak dan membuat tubuhku terguncang beberapa kali. Sayang sekali kemampuan berkomunikasi yang kudapatkan di café nyonya Maria tak bisa kugunakan lagi bersama ayahku. Dan bagus sekali,− melihat aku yang lebih memilih untuk diam sepanjang jalan, ayah dan Mira serta anak-anak mereka lebih senang berbicara dengan bahasa mereka. Aku berharap saat ini bisa menghilang dan kembali pada Neymar lalu menghabiskan waktu seharian bersamanya.

Mobil telah membawaku melewati sungai Manzanares, dari kejauhan telah terlihat bagaimana bangunan kerajaan berdiri kokoh dan menjulang diantara bangunan-bangunan kecil lainnya. Melihat bangunan itu mendadak udara yang masuk ke paru-paruku jadi semakin sedikit. Matahari sore di kota Madrid memantulkan cahayanya dengan indah di permukaan sungai, harusnya melihat hal ini adalah salah satu yang paling membahagiakan. Padahal beberapa tahun yang lalu,− saat aku masih SMA, kunjungan ke tempat itu adalah salah satu yang paling menyenangkan. Aku juga bersyukur bagaimana sekolahku mengadakan kunjungan untuk kelas sejarah kami.

Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, kepalaku terus menerus memikirkan hal-hal buruk, dan menginjakkan kaki di istana membuat perasaanku kian kacau. Inilah saat dimana aku merasa tubuhku limbung, aku tidak ingin berada di tempat ini dan melakukan semuanya. Bagaimana jika aku menjadi salah satu patung hias di taman saja?, atau berlari ke semak dan berharap untuk dapat menghilang selamanya. Jangan berlari lagi Ariana. Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu. Sayup-sayup apa yang Neymar pernah katakan menyadarkanku kembali. " Baiklah Ariana, kau bisa melakukan ini." Dengan sisa-sisa keyakinan yang kumiliki, aku bergumam dalam hati.

Beberapa buah mobil mewah telah terparkir di halaman utama kerajaan−dan limusin yang kutumpangi adalah salah satunya. Bagaimana dengan penampilanku?, apa gaunku kusut?, apa ada benang yang mencuat keluar dari jalurnya?. Oh Tuhan... aku akan bertemu dengan raja Spanyol, dan jika bukan karena hal ini aku takkan pernah –mungkin berjabat tangan dengan orang-orang penting di negeri ini.

Salah seorang ajudan menjemput kami, adik-adik tiriku terlihat sangat antusias memasuki istana. Dulu aku pernah mengikuti tur sekolah dan berkunjung ke beberapa bagian dari istana, lalu tempat acara berlangsung malam ini sepertinya bukan salah satu tempat yang diizinkan untuk pengunjung biasa.

ArianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang