Bagaimana kau mendefinisikan masa SMA? Sebagian besar orang akan menjawab "masa SMA adalah masa yang tidak akan pernah terlupakan, yang dengan kata lain menyenangkan. Banyak hal terjadi selama masa-masa itu, sebuah transisi indah menuju tingkat yang lebih dewasa saat masuk universitas nanti."
Well, Luna Fletcher bukan salah satu dari orang-orang itu. Mungkin, sebelumnya dia sempat berpikir hal yang sama, sebelum mengalami hari-hari buruk selama tahun pertamanya di SMA -yang kata mereka menyenangkan.
"Sialan! Buka pintunya!"
"Maaf Fletcher, kau harus melakukannya sendiri. Atau kau bisa menunggu Adams datang dan menyelamatkanmu lagi."
Suara tawa para cewek terdengar. Luna mengumpat, menggedor-gedor pintu bilik dari dalam.
"Bitch!" Seru Luna.
Suara tawa mereka berhenti, kemudian salah satu dari mereka menyahut, "apa kau sedang memberi julukan untuk dirimu sendiri, Fletcher? Kau sadar kalau dirimu adalah pelacur?"
Mereka tertawa lagi, dan Luna memukul pintu dalam sekali hentakan tangan, menyalurkan kekuatan pada telapak tangan dan membayangkan yang dipukulnya adalah wajah tiga cewek yang menguncinya dalam bilik. Ini hari terakhir sekolah, Luna berharap menghabiskan waktu dengan Kai di luar. Dia menatap lurus pintu, menatap tajam seolah sanggup melihat menembusnya.
Tiba-tiba saja, suara tawa para cewek diluar bilik berganti dengan suara teriakan. Alis Luna menekuk kebingungan. Suara teriakan mereka saling bersahutan, Luna juga bisa mendengar arus air dan tak lama kemudian genangan air mulai bergerak melalui cela bagian bawah bilik.
Suara teriakan mereka hilang dan tidak lama kemudian pintu bilik dibuka dari luar. Seorang gadis yang Luna kenal berdiri di depannya, sorot matanya menunjukkan kekhawatiran.
"Oh, Liv, syukurlah." Luna menghembuskan nafas legah saat melihat temannya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Olivia Adams. Kekhawatirannya menghilang, digantikan dengan ekspresi penasaran dan bingung.
"Seperti yang kau lihat, aku baru saja jadi objek para psikotik itu lagi." Luna mendengus dan mengerlingkan bola mata kesal.
"Tidak, bukan itu, tapi ini...apa yang terjadi disini?" Olivia Memperhatikan lantai toilet yang banjir. Membuat Luna turut memperhatikan "aku juga baru saja melihat mereka keluar dalam kondisi basah kuyup," lanjut Liv.
Luna menekuk alis bingung. Dia kemudian berjalan mendekati wastafel, melihat keran rusak dan air terus mengalir memenuhi wastafel dan turun membanjiri lantai.
"Apa-apaan ini?"
Perhatian Luna dan Olivia tertarik pada sosok wanita berambut blonde yang berdiri diambang pintu dan menatap tajam pada mereka. Wanita yang mereka kenali sebagai kepala sekolah mereka.
Luna dan Olivia saling melirik, kemudian menghela nafas secara bersamaan. Hari ini sungguh tidak akan berakhir baik.
__
Pintu mobil dibuka, Luna melirik dengan wajah merengut pada wanita yang membuka pintu, menatap Luna dengan raut wajah datar.
"Itu bukan salahku, mereka yang---"
"Kita bicara di rumah. Sekarang masuk ke dalam mobil."
Luna menghembuskan nafas kesal, wajahnya makin ditekuk saat dia bergerak masuk, menduduki kursi samping kemudi.
Luna sedikit berjengkit kaget saat pintu mobil ditutup dengan agak kasar.
Luna memperhatikan saat bibinya melintas di depan mobil."Luna!"
Perhatian Luna segera teralihkan saat mendengar panggilan dan suara familiar. Dia segera menurunkan kaca mobil, tersenyum pada sosok pemuda tampan yang berlari menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost Souls ✓
Fantasía[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah, udara dan air. Namun ada dari mereka yang memiliki dua elemen sekaligus. Mereka menyebutnya elemen...