BAB 14 | Pretty Bad Day

842 151 4
                                    

Luna berlari tergesa-gesa menaiki tangga, dengan panik keluar dari area ruang bawah tanah yang kini terasa menakutkan sekaligus menyesakkan baginya. Nafasnya naik turun dengan jantung berdebar hebat.

"Apa itu tadi?" Gumamnya, menatap tangga menuju ruang bawah tanah dengan raut wajah mengeruh.

Tampak seperti lukisan, tepi begitu gambarnya bergerak dan mulai mengeluarkan suara teriakan, Luna hanya bisa melihat kegilaan darinya.

Tapi apa pun itu, bagaimana bisa pihak sekolah menyimpan hal seperti itu dalam sekolah. Sangat menakutkan.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Nona Fletcher?"

Luna berbalik untuk menemukan Profesor Grint di belakangnya, menatapnya dengan sorot bertanya yang tampak sedikit mengintimidasi.

"Kelas berikutnya akan dimulai semenit lagi, dan kalu aku tidak salah ingat. Kau memiliki kelas astrologi. Kelasnya terletak di menara barat, kau akan terlambat jika tidak bergegas."

Luna meringis malu "maaf Profesor, kalau begitu saya permisi." Luna buru-buru pergi setelah berpamitan pada kepala asramanya tersebut. Tapi saat di tengah jalan, Luna berhenti berjalan dan melihat ke belakang pada Profesor Grint. Memikirkan apa yang ditemukannya dalam dungeon dan apakah dia harus menanyakannya atau tidak.

Luna menghela napas berat "aku akan bertanya nanti, sekarang ayo masuk kelas lebih dulu." Dengan itu, Luna memutuskan menunda niatnya. Mendahulukan kelas lebih penting saat ini. Lagi pula, Luna tidak yakin kalau Profesor Grint akan memberitahu alasannya.

Ruangan itu terletak jauh di dungeon yang lebih dalam, seolah memang tidak ingin siapa pun menemukannya. Pihak sekolah mungkin memang berniat menyembunyikan tempat itu, terutama dari para murid. Luna mungkin hanya sial karena telah menemukannya.

"Sial, apa mereka tidak kepikiran untuk membuat lift atau eskalator," keluh Luna. Dia menghela nafas panjang melihat ribuan anak tangga yang melingkar. Jika begini, Luna bukan hanya hampir terlambat, tapi memang sudah terlambat.

Dengan susah payah, Luna berjalan menaiki setiap anak tangga sambil tidak berhenti mengomel dan mengeluh. Sekolah ini benar-benar kuno. Selain dari keajaiban yang disajikan, Luna membenci setiap sudut sekolah ini kecuali kamar asramanya.

Kelas telah dimulai ketika Luna tiba. Langkahnya memelan di anak tangga terakhir ketika suara seorang Profesor terdengar, sepertinya sedang menerangkan teori.

"Apa aku seharusnya bolos saja?" Gumam Luna, mengintip ke dalam kelas. "Tapi akan melelahkan untuk turun lagi saat baru saja bersusah payah naik." Luna membuang nafas berat, merasa jengkel.

"Kau bisa masuk, Nona Fletcher."

Luna terkesiap, langsung berdiri tegap. Terkejut bahwa Profesor Megasy Hadley menyadari keberadaannya. Padahal, Luna yakin kalau wanita itu bahkan tidak berpaling ke belakang sedikit pun.

"Ini kelas pertama untukmu, bukan. Jadi aku akan memberikan toleransi. Tapi selanjutnya, tidak akan ada lagi," kata Profesor Hadley tegas. Mengarahkan Luna untuk segera pergi ke tempat duduknya.

Luna tersenyum kaku, mengusap bagian punggung lehernya dengan sikap canggung. "Terima kasih, Profesor," kata Luna, lantas segera pergi mencari tempat duduk. Kelas pun segera dimulai.

The Frost Souls ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang