Luna memandang rumah kecil reot yang berdiri hampir roboh di depannya. Dindingnya terbuat dari kayu-kayu berwarna hitam yang sudah lapuk sementara atapnya di tutupi katu yang disusun hingga menutupi semua bagian atasnya.
Luna berdiri tepat beberapa langkah dari gerbang melengkung yang terbuat dari besi berkarat dan di penuhi sulur tanaman liar.
"Kau yakin ini sekolahnya?" Luna bertanya pada Hanna yang sedang mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil. Wanita itu kemudian berjalan mendekat ke tempat Luna berdiri sambil menyeret koper Luna.
Hanna mengangguk. "Tentu saja," jawab wanita itu tanpa ragu.
Luna makin mengerutkan alisnya hingga hampir menyatu. Dia jelas hanya melihat gubuk tua yang hampir roboh dan itu tidak mungkin sebuah sekolah. Rumah itu mungkin akan langsung hancur ketika Luna menghentakan kakinya sekali saja. Hanna pasti sedang bergurau.
Hanna yang melihat tampang tak percaya yang ditunjukkan Luna jelas terkekeh. Semua orang yang baru pertama kali tahu akan memasang ekspresi serupa.
Luna merasakan tangan Hanna yang tiba-tiba memegang tangannya dan menarik Luna menuju gerbang besi karatan tersebut. Luna hanya pasrah mengikut, tapi kemudian dalam sekejap-ketika kakinya melangkah melewati gerbang besi karatan tersebut, rumah reot hampir roboh itu berubah menjadi bangunan besar dan megah.
Ada tiga gedung terpisah yang bisa Luna lihat. Gedung yang berada di tengah tampak lebih besar sementara dua gedung lainya tampak sama dan bahkan memiliki desain serupa. Jika dihitung dari jumlah jendela dari bawah ke atas, bangunannya memiliki empat lantai. Warna gedung itu putih kusam dengan atap berwarna hitam arang. Dan ketika Luna berbalik untuk melihat gerbang besi berkarat, gerbang itu sudah berubah menjadi gerbang super megah yang melengkung tingi. Pada bagian atasnya terdapat lambang sekolah Alter yang berbentuk perisai dengan huruf a besar di bagian atasnya sementara bagian bawahnya terbentang pita lurus bertuliskan 'Alter Academy'.
"Sihir manipulasi." Hanna tiba-tiba berujar, lagi-lagi seolah tahu pertanyaan yang ada di benak Luna. "Agar orang-orang biasa tak bisa melihat Alter," katanya sembari melangkah menuju gedung sekolah di ikuti Luna di belakangnya.
"Kenapa?"
"Mereka menganggap orang-orang seperti kita yang bisa mengendalikan elemen sebagai seorang penyihir, dan mereka menganggap penyihir seperti Mahluk gelap yang hanya membawa malapetaka. Itu sebabnya Alter di sembunyikan dengan sihir manipulasi, di mana hanya para elementis yang bisa melewati sihir itu sementara untuk orang biasa, mereka hanya akan masuk melewati gerbang dan melihat rumah kumuh yang reot."
Mereka telah masuk sepenuhnya ke dalam gedung sekolah. Lobi utama benar-benar luas. Ada beberapa bangku dan meja kecil yang terdapat di sisi dinding hingga sudut lobi. Ada koridor di sebelah kiri dan kanan, dua buah tangga melingkar menuju lantai dua di mana sebuah pintu besar berada tepat di antara tangga. Tangga lain berada di sisi kanan dan kiri menuju lantai tiga-masih bisa dilihat dari lobi bawah hingga tangga dari lantai tiga menuju lantai empat. Langit-langit lobi berbentuk kubah dengan gambaran empat elemen dan simbol tiga rasi bintang di setiap satu elemen. Di tengahnya tergantung lampu kristal yang bersinar memantulkan cahaya.
Hanna menaruh koper dan tas Luna di tempat koper dan barang lainnya berada. Tepat di sisi sebelah kiri dekat lorong. Ada banyak koper dan barang-barang di sana yang sudah bisa dipastikan milik para murid lainnya.
Luna dan Bibi Hana kemudian menaiki tangga menuju pintu besar di lantai dua. Sebelum Luna masuk, Hanna menariknya untuk berhenti sejenak. Dia memegang bahu Luna dan menepuknya sekilas. "Mulai hari ini, aku tidak akan bisa mengawasimu setiap saat. Jadi jangan buat masalah dan belajarlah mengendalikan elemenmu dengan baik dan jangan lupa juga untuk mengirim pesan setiap seminggu sekali." Hanna menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Jujur, dia merasa berat untuk meninggalkan Luna meski dia tahu bahwa Alter adalah satu-satunya tempat teraman bagi keponakannya tersebut.
Luna memutar bola mata mendengar nasehat Hanna yang entah sudah ke berapa kalinya wanita itu ucapkan sejak dia bangun pagi ini, tapi tak pelak dia tetap mengangguk mematuhi perkatakan Hanna.
"Masuklah, kau mungkin murid terakhir yang datang." Pintu aula terbuka lebar setelah Hanna mengatakan kalimat itu, membuat Luna menarik napas dalam sebelum melangkah memasuki aula utama. Meninggalkan Hanna yang masih berdiri dengan senyuman hangat di belakangnya, menatap punggung Luna yang perlahan menghilang seiring dengan pintu aula yang perlahan kembali menutup.
Ada banyak murid yang sudah berbaris rapi memenuhi aula. Mereka semua memakai seragam berupa kemeja putih, dasi hitam polos, rok hitam dengan dua garis putih meliuk di bagian bawahnya dan memakai almamater putih dengan garis hitam di setiap sisinya. Seragam yang sama persis seperti yang Luna pakai saat ini. Sementara itu, pada tempat yang lebih tinggi terdapat jejeran para guru dengan sosok pria bertubuh gagah dan terpancar jelas kharisma darinya, hendak menyampaikan sesuatu.
Luna masih berdiri diam, tak tahu harus bergabung di barisan sebelah mana. Dia masih tak tahu apa-apa tentang sekolah ini dan bahkan tak mengenal siapa pun.
"Hey! kalian berdua, cepatlah bergabung dengan barisan kalian. Acara penerimaan akan dimulai." Sosok pemuda yang berbaris di barisan tengah, menyahut sambil mengarahkan dagu ke arah barisan sebelah kanan.
Luna mengernyitkan alisnya ketika mendengar kata 'kalian berdua' yang di ucapkan pemuda itu. Bukankah dia adalah orang terakhir yang masuk ke aula?
Pertanyaan itu langsung terjawab, begitu sosok pemuda berjalan melewatinya dan bergabung dengan barisan paling kanan.Luna tertegun sesaat, merasa familiar dengan wajah dingin itu. Dia berjalan dengan otak yang masih berusaha mengingat, bahkan ketika langkahnya telah berhenti pada barisan ketiga dari barisan paling kanan.
"Selamat pagi semuanya. Seperti biasa yang selalu kita lakukan setiap tahunya. Saya Alfred Dalbert selaku kepala sekolah akan kembali menjelaskan perihal mengenai ZA. Atau yang kita ketahui dengan zodiak aktif serta sistem sekolah yang penting untuk kalian ketahui. Yang pertama, asrama dibagi berdasarkan elemen yang kalian miliki. Earthsoli untuk elemen tanah, Aquater untuk elemen air, Airventus untuk elemen angin dan Ignisflare untuk elemen api," kata Alfred Dalbert menjelaskan.
"Di Alter, kalian tidak hanya belajar mengenai ilmu sihir serta bagaimana mengendalikan elemen kalian. Sekolah ini juga mengajarkan pelajaran penting yang ada disekolah pada umumnya. Science, matematik, bahasa inggris... jadi kalian bisa tetap masuk universitas yang kalian inginkan saat lulus nanti. Dan untuk pemberitahuan tambahan yang akan selalu diingatkan, jangan melewati tabir menuju hutan, kami akan mengunci tabir selama masa sekolah, tolong patuhi atau hukuman akan menanti kalian.
Nah anak-anak, selamat datang dan kembali, Alter menyambut kalian dengan suka cita!"
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost Souls ✓
Fantasy[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah, udara dan air. Namun ada dari mereka yang memiliki dua elemen sekaligus. Mereka menyebutnya elemen...